Penegak Kebenaran

Melatih diri untuk terus menuntut ilmu dan memberikan informasi yang sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi. Berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkan dengan harapan akan menjadi Penegak Kebenaran yang diridloi Allah SWT.

Pengusung Peradaban

Menjadikan madrasah, pesantren, dan tempat pendidikan lainnya sebagai tempat thalabul ilmi agar terbentuk generasi muda yang kuat, cerdas, dan taqkwa sehingga suatu saat dapat menjadi mujahid masa depan dan menjadi Pengusung Peradaban yang bermoral dan berakhlaq Islami.

Penerang Kegelapan

Bekerja keras untuk selalu mengamalkan dan mengimplementasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan lain sebagai salah satu kewajiban muslim dengan harapan dapat menjadi Penerang Kegelapan. Berbagi informasi dalam kebaikan dan takwa serta saling menasihati dalam kebenaran

Memperkuat Aqidah

Melatih generasi muda sedini mungkin melalui berbagai media pendidikan exact dan non-exact sebagai bekal hidup di masa depan untuk mewujudkan penjuang masa depan yang mandiri, kuat, disiplin, dan amanah.

Disiplin

Menyalurkan bakat dan mengembkangkan kemampuan generasi muda melalui berbagai kegiatan positif dengan harapan dapat tertanam sikap persaudaraan, persahabatan, dan disiplin.

Search

Pengorganisasian Penididikan

A. Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat, bagian, anggota ataupun badan. Menurut istilah, pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat sebagai berikut :
  1. Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions” mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih” (I define organization as a system of cooperatives of two more persons).
  2. James D. Mooney mengatakan bahwa : “Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose” (Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama).
  3. Menurut Dimock, organisasi adalah : “Organization is the systematic bringing together of interdependent part to form a unified whole through which authority, coordination and control may be exercised to achive a given purpose” (organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).
  4. Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
  5. Sedangkan menurut R.E. Freeman dan Daniel Gilbert, Jr, organisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerjasama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :

1. Orang-orang (sekumpulan orang),
2. Kerjasama,
3. Tujuan yang ingin dicapai.

Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.


B. Ciri-Ciri Organisasi

Seperti telah diuraikan di atas bahwa organisasi memiliki tiga unsur dasar, dan secara lebih rinci organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Adanya suatu kelompok orang yang dapat dikenal dan saling mengenal,
  2. Adanya kegiatan yang berbeda-beda, tetapi satu sama lain saling berkaitan (interdependent part) yang merupakan kesatuan kegiatan,
  3. Tiap-tiap orang memberikan sumbangan atau kontribusinya berupa; pemikiran, tenaga, dan lain-lain,
  4. Adanya kewenangan, koordinasi dan pengawasan,
  5. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

C. Prinsip-prinsip organisasi

Prinsip-prinsip organisasi banyak dikemukan oleh para ahli, salah satunya A.M. Williams yang mengemukakan pendapatnya cukup lengkap dalam bukunya “Organization of Canadian Government Administration” (1965), bahwa prinsip-prinsip organisasi meliputi :

1. Prinsip bahwa Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas,
2. Prinsip Skala Hirarkhi,
3. Prinsip Kesatuan Perintah,
4. Prinsip Pendelegasian Wewenang,
5. Prinsip Pertanggungjawaban,
6. Prinsip Pembagian Pekerjaan,
7. Prinsip Rentang Pengendalian,
8. Prinsip Fungsional,
9. Prinsip Pemisahan,
10. Prinsip Keseimbangan,
11. Prinsip Fleksibilitas,
12. Prinsip Kepemimpinan.

Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas.

Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, dengan demikian tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan. Misalnya, organisasi Pendidikan sebagai suatu organisasi, mempunyai tujuan yang ingin dicapai antara lain, memberikan Pendidikan yang berkualitas, dan lain lain.

Prinsip Skala Hirarkhi.

Dalam suatu organisasi harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban, dan akan menunjang efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.

Prinsip Kesatuan Perintah.
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.

Prinsip Pendelegasian Wewenang.
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan hubungan dengan orang lain, dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan lebih dahulu kepada atasannya lagi.

Prinsip Pertanggungjawaban.
Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.

Prinsip Pembagian Pekerjaan.
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berjalan optimal maka dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan kepada kemampuan dan keahlian dari masing-masing pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian tugas, akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, serta menunjang efektivitas jalannya organisasi.

Prinsip Rentang Pengendalian.
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi, semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin kompleks rentang pengendaliannya.

Prinsip Fungsional.
Bahwa seorang pegawai dalam suatu organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenangnya, kegiatannya, hubungan kerja, serta tanggung jawab dari pekerjaannya.

Prinsip Pemisahan.
Bahwa beban tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.

Prinsip Keseimbangan.
Keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan organisasi tersebut akan diwujudkan melalui aktivitas/ kegiatan yang akan dilakukan. Organisasi yang aktivitasnya sederhana (tidak kompleks) contoh ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berbeda dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar seperti di Jakarta, Bandung, atau Surabaya.

Prinsip Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi sendiri (internal factor) dan juga karena adanya pengaruh di luar organisasi (external factor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai tujuannya.

Prinsip Kepemimpinan.
Dalam organisasi apapun bentuknya diperlukan adanya kepemimpinan, atau dengan kata lain organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut.


D. Jenis-Jenis Organisasi

Pengelompokan jenis organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan.
  • Bentuk tunggal, yaitu pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, semua kekuasaan dan tugas pekerjaan bersumber kepada satu orang.
  • Bentuk komisi, pimpinan organisasi merupakan suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang, semua kekuasaan dan tanggung jawab dipikul oleh dewan sebagai suatu kesatuan.

2. Berdasarkan lalu lintas kekuasaan.
Bentuk organisasi ini meliputi:

  • Organisasi lini atau bentuk lurus, kekuasaan mengalir dari pucuk pimpinan organisasi langsung lurus kepada para pejabat yang memimpin unit-unit dalam organisasi,
  • Bentuk lini dan staff, dalam organisasi ini pucuk pimpinan dibantu oleh staf pimpinan ahli dengan tugas sebagai pembantu pucuk pimpinan dalam menjalankan roda organisasi,
  • Bentuk fungsional, bentuk organisasi dalam kegiatannya dibagi dalam fungsi-fungsi yang dipimpin oleh seorang ahli dibidangnya, dengan hubungan kerja lebih bersifat horizontal.

3. Berdasarkan sifat hubungan personal, yaitu :
  • Organisasi formal, adalah organisasi yang diatur secara resmi, seperti : organisasi pemerintahan, organisasi yang berbadan hukum
  • Organisasi informal, adalah organisasi yang terbentuk karena hubungan bersifat pribadi, antara lain kesamaan minat atau hobby, dll.

4. Berdasarkan tujuan.
Organisasi ini dapat dibedakan, yaitu :
a. organisasi yang tujuannya mencari keuntungan atau ‘profit oriented’ dan
b. organisasi sosial atau ‘non profit oriented ‘

5. Berdasarkan kehidupan dalam masyarakat, yaitu ;
a. organisasi pendidikan,
b. organisasi kesehatan,
c. organisasi pertanian, dan lain lain.

6. Berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani, yaitu :
a. Organisasi produksi, misalnya organisasi produk makanan,
b. Organisasi berorientasi pada politik, misalnya partai politik
c. Organisasi yang bersifat integratif, misalnya serikat pekerja
d. Organisasi pemelihara, misalnya organisasi peduli lingkungan, dan lain lain.

7. Berdasarkan pihak yang memakai manfaat.
Organisasi ini meliputi :
  • Mutual benefit organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh anggotanya, seperti koperasi.
  • Service organization, yaitu organisasi yang kemanfaatannya dinikmati oleh pelanggan, misalnya bank.
  • Business Organization, organisasi yang bergerak dalam dunia usaha, seperti perusahaan-perusahaan,
  • Commonwealth organization, adalah organisasi yang kemanfaatannya terutama dinikmati oleh masyarakat umum, seperti organisasi Pendidikan, rumah sakit, Puskesmas, dll
Menurut Manullang, jenis-jenis organisasi dapat dibedakan atas tiga golongan yaitu:
1. Organisasi garis.
2. Organisasi fungsional.
3. Organisasi garis dan staff.


E. Macam-Macam Organisasi
Bila uraian di atas (tentang kebutuhan dan hak-hak dasar) kita hubungkan dengan keseharian kita, maka kita membutuhkan organisasi yang sesuai untuk memperjuangkan hak-hak tersebut. Maka, kita perlu mengerti tentang macam-macam bentuk organisasi.
Dari tujuan dan usaha yang dilakukan terdapat setidaknya tiga macam bentuk organisasi, yaitu:

1. Organisasi Sosial
Adalah organisasi yang memberikan pelayanan sosial bagi anggotanya atau massa di luar anggotanya. Umumnya organisasi seperti ini mengandalkan pembiayaan dari pihak luar sebagai penyumbang atau donatur untuk menjalankan usahanya. Contoh: Yayasan Pendidikan, Lembaga Kesehatan, Lembaga Bantuan Hukum dan lain-lain. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah termasuk dalam jenis organisasi ini.

2. Organisasi Massa
Adalah organisasi yang memperjuangkan kepentingan sosial-ekonomi dan politik sekelompok massa tertentu yang bersandarkan dengan kekuatan dari massa anggota dan massa non-anggotanya. Tempat di mana, rakyat dapat mengembangkan potensi dan menemukan wadah perjuangannya. Tempat mengembangkan potensi maksudnya, di dalam organisasi massa dapat diselenggarakan pendidikan-pendidikan sosial-ekonomi dan politik atau kegiatan lain yang dapat menunjang penghidupan.
Contoh dari organisasi ini adalah serikat buruh (bagi buruh), persatuan tani, persatuan pemuda, persatuan perempuan, dan lain-lain.

3. Organisasi Politik
Adalah organisasi yang memperjuangkan kepentingan sosial-ekonomi dan politik anggotanya dan massa non-anggotanya, namun memiliki tujuan khusus untuk mengubah politik (kebijakan) pemerintahan suatu negara. Organisasi ini dalam kiprahnya memang bertujuan untuk menguasai negara. Contohnya adalah partai politik.


F. Perilaku Organisasi

Perilaku Organisasi adalah telaah dan penerapan tentang bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi. Perilaku Organisasi adalah sarana manusia bagi keuntungan manusia. Perilaku Organisasi dapat diterapkan secara luas dalam perilaku orang-orang di semua jenis organisasi, seperti bisnis, pemerintahaan, sekolah, dan organisasi jasa. Apapun organisasi itu, ada kebutuhan untuk memahami perilaku organisasi.

Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi.

Stephen P. Robbin mendefinisikan perilaku organisasi dengan suatu bidang studi yang menyelidiki dampak yang dipunyai individu, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi, dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki suatu keefektifan organisasi.

1. Lingkup Perilaku Organisasi
Menurut S.P. ROBIN, Mempelajari perilaku manusia dalam organisasi melalui tiga tingkatan analisis.

a. Tingkatan Individu : karakteristik bawaan individu dalam organisasi.
b. Tingkatan Kelompok : dinamika perilaku kelompok dan faktor-faktor determinannya
c. Tingkatan Organisasi : faktor-faktor organizational yang mempengaruhi perilaku.

2. Unsur Pokok Perilaku Organisasi

Unsur pokok dalam perilaku organisasi adalah orang, struktur, teknologi, dan lingkungan tempat organisasi beroperasi. Apabila orang-orang bergabung dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan, diperlukan jenis struktur tertentu. Orang-orang juga menggunakan teknologi untuk membantu penyelesaian pekerjaan, jadi ada interaksi antara orang, struktur, dan teknologi. Disamping itu, unsur-unsur tersebut dipengaruhi oleh lingkungan luar, dan unsur itu juga mempengaruhinya. Masing-masing unsur perilaku organisasi itu akan diulas secara ringkas.

a. Orang
Orang-orang membentuk sistem sosial intern organisasi. Mereka terdiri dari orang-orang dan kelompok, serta kelompok-kelompok besar, termasuk juga kelompok kecil.
Selain itu ada juga kelompok tidak resmi dan informal, serta berbagai kelompok yang lebih resmi dan formal. Semua kelompok itu dinamis. Kelompok “terbentuk”, berubah, dan bercerai berai. Dewasa ini organisasi manusia tidak sama dengan organisasi yang serupa dimasa lampau, atau sehari sebelumnya. Orang-orang adalah makhluk hidup yang berjiwa, berpikiran, dan berperasaan yang menciptakan organisasi untuk mencapai tujuan mereka.
Organisasi dibentuk untuk melayani manusia, dan bukan sebaliknya orang hidup untuk melayani organisasi.

b. Struktur
Struktur menentukan hubungan resmi orang-orang dalam organisasi. Berbagai pekerjaan yang berbeda diperlukan untuk melakukan semua aktivitas organisasi. Ada manajer dan pegawai bukan manajer, akuntan, dan perakit. Orang-orang ini harus dihubungkan dengan cara tertentu yang terstruktur agar pekerjaan mereka efektif. Semua hubungan ini menimbulkan berbagai masalah kerjasama, perundingan, dan pengambilan keputusan yang rumit.

c. Teknologi
Teknologi menyediakan sumber daya yang digunakan orang-orang untuk bekerja dan sumber daya itu mempengaruhi tugas yang mereka lakukan. Mereka tidak dapat menghasilkan banyak hal dengan tangan kosong ; jadi mereka mendirikan bangunan, merancang mesin, menciptakan proses kerja, dan merakit sumber daya. Teknologi yang dihasilkan menimbulkan pengaruh signifikan atas hubungan kerja. Lini perakitan tidak sama dengan laboratorium penelitian, dan pabrik baja tidak memiliki kondisi kerja yang sama dengan rumah sakit.

d. Lingkungan
Semua organisasi beroperasi di dalam lingkungan luar. Organisasi tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari system yang lebih besar yang memuat banyak unsur lain, seperti pemerintah, keluarga, dan organisai lainnya. Semua unsur ini saling mempengaruhi dalam suatu system yang rumit yang menjadi corak hidup sekelompok orang. Suatu organisasi, seperti pabrik atau sekolah, tidak dapat menghindar dari pengaruh lingkunga luar. Lingkungan luar mempengaruhi sikap orang-orang, mempengaruhi kondisi kerja, dan menimbulkan persaingan untuk memperoleh sumber daya dan kekuasaan. Oleh sebab itu, lingkungan luar harus dipertimbangkan untuk menelaah perilaku manusia dalam organisasi.

3. Sudut Pandang Administrasi
Semua orang dalam organisasi berurusan dengan upaya meningkatkan perilaku organisasi. Guru, tata usaha, kepala sekolah dan yayasan bekerja dengan orang-orang dan karenanya mempengaruhi kualitas perilaku kehidupan dalam organisasi. Akan tetapi, para kepala sekolah cenderung memiliki tanggung jawab lebih besar, karena merekalah yang mengambil keputusan yang mempengaruhi banyak orang dalam organisasi, dan hampir seluruh aktivitas mereka sehari-hari berorientasi manusia. Para kepala sekolah sebagai manajer mewakili system administrasi, atau system manajemen, dan peranan mereka adalah mendayagunakan perilaku oraganisasi pendidikan untuk meningkatkan hubungan orang-organisasi seperti yang terlihat dalam Gambar. Para manajer berusaha menciptakan iklim yang kondusif untuk memotivasi orang-orang, bekerja sama secara produktif, dan mejadi orang-orang yang lebih efektif.

Apabila perilaku organisasi berhasil diterapkan, ia menjadi system imbalan rangkap tiga ( triple reward system ) dimana tujuan manusia, organisasi, dan masyarakat menyatu. Orang-orang merasa lebih puas dalam pekerjaan apabila terwujud kerja sama dan kerja tim. Mereka belajar, tumbuh, dan memberikan kontribusi. Organisasi juga lebih berhasil, karena beroperasi secara lebih efektif. Kualitas meningkat dan kerugian menyusut. Barangkali yang memperoleh maslahat terbesar dari system imbalan rangkap tiga adalah masyarakat itu sendiri, karena ia dapat memperoleh produk dan pelayanan lebih baik, warga negara lebih baik, dan iklim kerja sama dan kemajuan. Dengan demikian, semua pihak mengalami kemenangan.

Sistem
Administrasi
Perilaku
organisasi
Hubungan
Orang-organisasi
Yg lebih baik
Tujuan
Manusia/
orang Tua
Tujuan
Organisasi/
Sekolah
Tujuan
Masyarakat
Gambar Sistem Administrasi dalam organisasi


G. Keefektifan Organisasi
Keefektifan Organisasi adalah tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya. Dalam pengertian lain keefektifan organisasi adalah sejauh mana cepat, murah atau efisiensinya kemajuan ke arah tujuan itu.

1. Pengukuran Efektivitas Organisasi
Pengukuran Efektivitas Organisasi dapat ditinjau dari dua pendekatan yaitu:
a. Pendekatan Sumber- Proses- Sasaran
b. Pendekatan Constituency :
1) Pemilik Perusahaan : Tingkat Keuntungan
2) Karyawan : Kepuasan Kerja
3) Konsumen / Pelanggan : Kepuasan Pelanggan
4) Pemberi Pinjaman : Kredibilitas Pengembalian
5) Lingkungan / Komunitas : Sumbangan / kontribusi
6) Supplier : Kelancaran transaksi / pembayaran
7) Pemerintah : Kepatuhan terhadap hukum & peraturan.
8) Sekolah : Lulus 100 %, ….

2. Kriteria Pengukuran Keefektifan Organisasi
a. Adaptabilitas dan fleksibilitas organisasi
b. Produktivitas
c. Kepuasan karyawan / Guru.
d. Tingkat keuntungan
e. Keberhasilan dalam mendapatkan sumber
f. Kebebasan dari rasa tertekan para anggota organisasi.
g. Kontrol terhadap lingkungan
h. Efisiensi organisasi
i. Kemampuan organisasi untuk mempertahankan anggotanya.
j. Pertumbuhan organisasi
k. Kelancaran komunikasi dalam organisasi
l. Kemampuan mempertahankan eksistensi organisasi

Di antara faktor penunjang keefektifan organisasi yang tak kalah pentingnya dari yang disebutkan di atas adalah komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi merupakan dasar dari kebanyakan pergaulan dalam organisasi. Efektivitas komunikasi ini dapat sangat besar sumbangannya kepada kelancaran berfungsinya organisasi.


H. Pengorganisasian Pendidikan

1. Pengertian
Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dalam pengertian yang hampir sama, Freeman mendefinisikan pengorganisasian adalah proses memperkerjakan dua orang atau lebih untuk bekerjasama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga memperlihatkan arus interaksi dalam organisasi itu siapa yang memutuskan apa, siapa yang memerintah, siapa yang menjawab, dan siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan.

Struktur organisasi pada umumnya kemudian digambarkan dalam suatu bagan yang disebut bagan organisasi. Bagan organisasi adalah suatu gambar struktur organisasi yang formal, dimana dalam gambar tersebut ada garis-garis (instruksi dan koordinasi) yang menunjukkan kewenangan dan hubungan komunikasi formal, yang tersusun secara hierarkis.
Menurut Terry, manusia merupakan unsur yang terpenting dalam pengorganisasian.


Pengorganisasian Pendidikan Agama Islam

Dalam hubungannya dengan pendidikan Agama, pengorganisasian pendidikan agama telah diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Pada pasal 1 ayat 12 yang menyelenggarakan pendidikan agama dan keagamaan adalah menteri agama.

Direktorat Jendral Pendidikan Islam adalah salah satu direktorat jendral yang ada di Departemen Agama berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2005 tentang Perubahan PP No. 10 Tahun 2005 yang tadinya bernama "Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam".
Perubahan nama ini menegaskan bahwa tugas pokok direktorat jendral ini adalah "Pengembangan Aspek-aspek substansi kependidikan Islam".

Direktorat ini mempunyai 10 program kerja yaitu :

1. Pendidikan anak usia dini untuk RA/TA, TPA dan TPQ
2. Wajib Belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun untuk MI, MTs dan Salafiyah
3. Pendidikan Menengah untuk MA, kejuruan dan diniyah ulya
4. Pendidikan agama dan keagamaan untuk penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah
5. Wajib Belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun untuk MI, MTs dan Salafiyah
6. Pendidikan anak usia dini untuk RA/TA, TPA dan TPQ
7. Pendidikan Menengah untuk MA, kejuruan dan diniyah ulya
8. Pendidikan Menengah untuk MA, kejuruan dan diniyah ulya
9. Pendidikan agama dan keagamaan untuk penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah
10. Wajib Belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun untuk MI, MTs dan Salafiyah

3. Tugas Dan Fungsi


Direktorat Pendidikan Madrasah mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan dan bimbingan di bidang Pendidikan pada Madrasah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pendidikan Madrasah menyelenggarakan fungsi :
  1. Penyiapan bahan perumusan visi, misi dan kebijakan di bidang pendidikan pada pra sekolah (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal, Tuhfatul Athfal) dan madrasah;
  2. Perumusan standar nasional di bidang kurikulum dan evaluasi, pendidik dan kependidikan, bantuan dan beasiswa, kelembagaan dan kerjasama, kesiswaan pada pendidikan pra sekolah (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal, Tuhfatul Athfal) dan madrasah;
  3. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pendidikan pada madrasah;
  4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan evaluasi pendidikan pada sekolah dan madrasah;
  5. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
4. Komponen Direktorat Pendidikan Madrasah

Direktorat Pendidikan Madrasah terdiri dari :
a. Subdirektorat Kurikulum dan Evaluasi;
b. Subdirektorat Ketenagaan;
c. Subdirektorat Bantuan dan Beasiswa;
d. Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama;
e. Subdirektorat Kesiswaan;
f. Subbag Tata Usaha.

Subdirektorat Kurikulum dan Evaluasi

Subdirektorat Kurikulum dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pelayanan dibidang perumusan standar nasional, pelaksanaan kurikulum dan evaluasi pendidikan pada pra sekolah (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal, Tuhfatul Athfal) dan madrasah berdasarkan sasaran dan program yang ditetapkan oleh Direktur.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Kurikulum dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi :
  1. Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan evaluasi pada RA, BA, dan TA;
  2. Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan evaluasi pada Madrasah Ibtidaiyah;
  3. Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan evaluasi pada Madrasah Tsanawiyah;
  4. Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan kurikulum dan evaluasi pada Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan.
Subdirektorat Kurikulum dan Evaluasi terdiri dari :
  • Seksi Kurikulum dan Evaluasi RA/BA/TA, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar, pembinaan kurikulum serta evaluasi pada Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal dan Tuhfatul Athfal;
  • Seksi Kurikulum dan Evaluasi MI, mempunyai tugas melakukan penyiapan data, pengumpulan bahan penyusunan standar dan pembinaan kurikulum serta evaluasi pada Madrasah Ibtidaiyah;
  • Seksi Kurikulum dan Evaluasi MTs, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan, penyusunan standar dan pembinaan kurikulum serta evaluasi pada Madrasah Tsanawiyah;
  • Seksi Kurikulum dan Evaluasi MA dan MAK, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar dan pembinaan kurikulum, evaluasi pada Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan.
Subdirektorat Ketenagaan

Subdirektorat Ketenagaan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pelayanan dibidang perumusan standar nasional, pelaksanaan pendidikan dan tenaga kependidikan pada pra sekolah (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal dan Tuhfatul Athfal) dan madrasah berdasarkan program dan sasaran yang ditetapkan oleh Direktur.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Ketenagaan menyelenggarakan fungsi :
  • Pengumpulan, pengolahan dan analisis data di bidang Ketenagaan
  • Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan pendidikan dan tenaga kependidikan pada RA, BA dan TA;
  • Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan pendidikan dan tenaga kependidikan pada Madrasah Ibtidaiyah;
  • Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan pendidikan dan tenaga kependidikan pada Madrasah Tsanawiyah;
  • Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan pendidikan dan tenaga kependidikan pada Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan.
Subdirektorat Ketenagaan terdiri dari :
  • Seksi Ketenagaan RA/BA/TA, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar dan pembinaan pendidikan dan tenaga kependidikan pada Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal dan Tuhfatul Athfal;
  • Seksi Ketenagaan MI, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar dan pembinaan pendidikan dan tenaga kependidikan pada Madrasah Ibtidaiyah;
  • Seksi Ketenagaan MTs, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar dan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan pada Madrasah Tsanawiyah;
  • Seksi Ketenagaan MA dan MAK, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar dan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan pada Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan serta pengelolaan data.
Subdirektorat Bantuan dan Beasiswa

Subdirektorat Bantuan dan Beasiswa mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan bimbingan perumusan standar nasional, pemanfaatan bantuan dan beasiswa untuk pendidikan pra sekolah (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal dan Tuhfatul Athfal) dan madrasah berdasarkan program dan sasaran yang ditetapkan oleh Direktur.

Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Bantuan dan Beasiswa menyelenggarakan fungsi :
  1. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data di bidang Sarana
  2. Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan bantuan dan beasiswa RA/BA/TA;
  3. Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan bantuan dan beasiswa untuk Madrasah Ibtidaiyah;
  4. Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan bantuan dan beasiswa untuk Madrasah Tsanawiyah;Penyusunan standar nasional dan pembinaan pelaksanaan bantuan dan beasiswa untuk Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan;

Subdirektorat Bantuan dan Beasiswa terdiri dari :

  1. Seksi Bantuan dan Beasiswa RA/BA dan TA, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar dan pembinaan pemanfaatan bantuan dan beasiswa untuk pendidikan pra sekolah (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal dan Tuhfatul Athfal) dan madrasah;
  2. Seksi Bantuan dan Beasiswa Madrasah Ibtidaiyah, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar dan pembinaan pemanfaatan bantuan dan beasiswa untuk pendidikan pada Madrasah Ibtidaiyah;
  3. Seksi Bantuan dan Beasiswa Madrasah Tsanawiyah, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan, penyusunan standar dan pembinaan pemanfaatan bantuan dan beasiswa untuk pendidikan pada Madrasah Tsanawiyah;Seksi Bantuan dan Beasiswa MA dan MAK, mempunyai tugas melakukan penyiapan data, pengumpulan bahan penyusunan standar dan pembinaan pemanfaatan bantuan dan beasiswa untuk pendidikan pada Madrasah Aliyah Kejuruan.

Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama

Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pelayanan pelaksanaan perumusan standar nasional, kelembagaan dan pengembangan kerjasama pada pendidikan pra sekolah (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal dan Tuhfatul Athfal) dan madrasah berdasarkan sasaran, program, dan kegiatan yang ditetapkan oleh Direktur.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama menyelenggarakan fungsi :

  1. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data di bidang kelembagaan dab kerjasama
  2. Penyusunan standar nasional dan pembinaan kelembagaan serta pengembangan kerjasama Raudhatul Atfal, Bustanul Atfal, dan Madrasah Ibtidaiyah.
  3. Penyusunan standar nasional dan pembinaan kelembagaan serta pengembangan kerjasama Madrasah Tsanawiyah;
  4. Penyusunan standar nasional dan pembinaan kelembagaan serta pengembangan kerjasama Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan.
Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama terdiri dari :

  1. Seksi Kelembagaan dan Kerjasama RA/BA/TA dan MI, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar, pembinaan kelembagaan dan pengembangan kerjasama pada Raulhatul Atfal, Bustanul Atfal, Tuhfatul Atfal dan Madrasah Ibtidaiyah;
  2. Seksi Kelembagaan dan Kerjasama MTs, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar, pembinaan kelembagaan serta pengembangan kerjasama pada Madrasah Tsanawiyah;
  3. Seksi Kelembagaan dan Kerjasama MA dan MAK, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar, pembinaan kelembagaan dan akreditasi serta pengembangan kerjasama pada Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Negeri;
Subdirektorat Kesiswaan

Subdirektorat Kesiswaan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pelayanan perumusan standar nasional, pembinaan kesiswaan serta peningkatan kemampuan, ketrampilan dan pengembangan sumberdaya kesiswaan pada pendidikan pra sekolah. (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal dan Tuhfatul Athfal) dan madrasah berdasarkan sasaran, program, dan kegiatan yang ditetapkan oleh Direktur.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Kesiswaan menyelenggarakan fungsi :
  1. Penyusunan standar nasional dan pembinaan kesiswaan, peningkatan kemampuan, ketrampilan dan pengembangan sumberdaya kesiswaan pada pra sekolah (Raudlatul Athfal, Bustanul Athfal dan Tuhfatul Athfal) dan Madrasah Ibtidaiyah;
  2. Penyusunan standar nasional dan pembinaan kesiswaan, peningkatan kemampuan, ketrampilan dan pengembangan sumberdaya kesiswaan pada Madrasah Tsanawiyah;
  3. Penyusunan standar nasional dan pembinaan kesiswaan, peningkatan kemampuan, ketrampilan dan pengembangan sumberdaya kesiswaan pada Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan.
Subdirektorat Kesiswaan terdiri dari :

  1. Seksi Kesiswaan RA/BA/TA dan MI, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar dan pembinaan kesiswaan pada pra sekolah (Raudlatul Atfal, Bustanul Atfal, Tuhfatul Atfal) dan Madrasah Ibtidaiyah.
  2. Seksi Kesiswaan MTs, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar, pembinaan kelembagaan dan kesiswaan pada Madrasah Tsanawiyah.
  3. Seksi Kesiswaan MA dan MAK, mempunyai tugas melakukan penyiapan data dan bahan penyusunan standar, pembinaan kelembagaan dan kesiswaan pada Madrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan.
Sub Bagian Tata Usaha

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

Pada dataran operasional praktis, pengorganisasian pendidikan telah diatur di antaranya dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar di dalamnya disebutkan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah


  • Abdulsyani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hal. 19.
  • Dalam H. Malayu S.P. Hasibuan, Organisasi dan Motivasi (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 25. Ibid. www.organisasi.com
  • James A.F. Stoner, R.E. Freeman dan Daniel Gilbert, Jr, Manajemen, terj. Alexander Sindoro (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996), hal. 6.
  • Bandingkan dengan M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1977), hal. 51.
  • Organisasi.Org
  • Manullang, Ibid., hal. 52.
  • http://jogjaholic.wordpress.com/2007/03/17/8/
  • http://dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/Modul%20PO.doc)
  • Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
  • Stephen P. Robbin, Perilaku Organisasi (Jakarta: Prenhallindo, 1996).
  • Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi, Alfabeta- Bandung, 2002.
  • www.Organisasi.org
  • (http://dosen.amikom.ac.id/downloads/materi/Modul%20PO.doc
  • Edgar H. Schein, Psikologi Organisasi (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1991), hal. 275.
  • Udai Pareek, Perilaku Organisasi (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1996), hal. 65.
  • Freeman, Ibid., hal 11.
  • Terry dan L.W. Rue, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 90.
  • Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, terj. J. Smith (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 73.
  • www.bagais.com.
  • H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional (Bandung: Rosdakarya, 2004), hal. 50-60.

Sarana Berpikir Ilmiah

A. Pendahuluan
Berpikir merupakan ciri utama manusia. Dr. Mr. D.C. Mulder, mengatakan, "manusia ialah makhluk yang berakal; akallah yang merupakan perbedaan pokok di antara manusia dan binatang; akallah yang menjadi dasar dari segala kebudayaan".

Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Dengan berpikir manusia dapat memenuhi kehidupannya dengan mudah. Namun sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian manusia hampir tidak pernah berpikir.

Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:

Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui."

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya."

Banyak yang beranggapan bahwa untuk "berpikir secara mendalam", seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan "filosof".

Padahal, sebagaimana telah disebutkan di atas, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung. Allah berfirman bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan: Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran" Yang ditekankan di sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.

Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman memikirkan dan merenungkan secara mendalam segala kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang mereka pikirkan.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah.

B. Pembagian Berpikir
Berpikir Merupakan Proses Bekerjanya Akal Imam Al Ghazali menempatkan akal pada posisi yang mulia. Dalam kitabnya Ihya Ulumuddin beliau membuat suatu sub judul : Fi Al Aqli wa Syarafihi dan mengutip sebuah hadis yang artinya sebagai berikut : "Pertama kali yang diciptakan oleh Allah SWT. Adalah akal. Allah berkata kepadanya : Menghadaplah engkau, maka menghadaplah ia. Kemudian Allah berkata : Membelakangilah, maka ia pun membelakang. Selanjutnya Allah mengatakan, "Demi kegagahan dan kemulian-Ku, "Aku tidak mnenciptakan makhluak yang lebih mulia selain darimu. Denganmu aku mengambil dan denganmu aku memberi. Denganmu aku memberikan pahala dan denganmu aku menyiksa.

Akal Merupakan Salah Satu Unsur Kejiwaan Di Samping Rasa. Berpikir Dapat Dilihat Secara Alamiah Dan Ilmiah.

1. Berpikir Alamiah :
Pola Penalaran Berdasarkan Kebiasaan Sehari-Hari Dari Pengaruh Alam Sekelilingnya. Misalnya penalaran tentang panasnya api yang dapat membakar.

2. Berpikir Ilmiah :
Pola Penalaran Berdasarkan Sarana Tertentu Secara Teratur Dan Cermat.
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka berpikir penelitian ilmiah.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.

C. Sarana Berpikir Ilmiah

1. Hakikat Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut.

Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab sarana merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu :

a. Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya.

Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.

b. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.[12]

Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bahkan merupakan ilmu tersendiri.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.

Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif ini sedangkan statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.

Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.

Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.

2. Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana Ilmiah Mempunyai Fungsi Yang Khas, Sebagai Alat Bantu Untuk Mencapai Tujuan Dalam Kaitan Kegiatan Ilmiah Secara Keseluruhan.

Sarana Berpikir Ilmiah Merupakan Alat Bagi Cabang-Cabang Pengetahuan Untuk Mengembangkan Materi Pengetahuannya Pada Dasarnya Ada Tiga :

a. Bahasa Ilmiah : Berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah

Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan, syarat-syarat :
  1. Bebas dari unsur emotif
  2. Reproduktif
  3. Obyektif
  4. Eksplisit
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni, pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia, dan kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut.

Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan.

Perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah peradaban modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara eksplisit. Ciri-ciri cara berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi masyarakat Indonesia. Selain itu, mutu dan kemampuan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi keagamaan perlu pula ditingkatkan. Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian' rupa sehingga ia memiliki kesanggupan menyatakan dengan tegas, jelas, dan eksplisit konsep-konsep yang rumit dan abstrak serta hubungan antara konsep-konsep itu satu sama lain. Untuk mencapai tujuan ini harus dijaga agar senantiasa terdapat keseimbangan antara kesanggupan bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah dan identitasnya sebagai bahasa nasional Indonesia.

b. Matematika dan Logika : Mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali keberadaannya

Matematika adalah pengetahuan sebagai sarana berpikir deduktif sifat :
  1. Jelas, spesifik, dan informatif
  2. Tidak menimbulkan konotasi emosional
  3. Kuantitatif
Menurut Jujun, matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat ”artifisial" yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.

Kata Kant, pengetahuan yang sudah jelas ialah pengetahuan matematika. Pengetahuan ini dapat diperoleh tidak melalui pengalaman, bebas dari pengalaman. Pengetahuan matematika itu niscaya dan pasti. ... Kebenaran matematika itu bersifat absolut dan niscaya, tidak dapat dibayangkan suatu ketika tidak benar.

Matematika merupakan alat yang memungkinkan ditemukannya serta dikomunikasikannya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan. Matematika dan logika sebagai sarana berpikir deduktif mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedang matematika sudah jauh lebih terperinci.

c. Statistika : Mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum

Statistika ialah pengetahuan sebagai sarana berpikir induktif sifat :
  1. Dapat digunakan untuk menguji tingkat ketelitian
  2. Untuk menentukan hubungan kausalitas antar factor terkait
Statistika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara mendapatkan data, menganalisis dan menyajikan data serta mendapatkan suatu kesimpulan yang sah secara ilmiah. Sedangkan Sumantri berpendapat bahwa statistika digolongkan di luar ilmu tetapi merupakan salah satu unsur dari empat sarana pengembangan ilmu, yaitu bahasa, logika, matematika, serta statistika sendiri. Statistika merupakan sarana berpikir yang didasari oleh logika berpikir induktif. Dalam perkembangannya, statistika mulai berkembang pesat sejak tahun 1900-an ditandai dengan ditemukannya dasar teori statistika secara matematis oleh R.A. Fisher.

Statistika sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian. Dari penelitianlah ditemukan teori-teori baru. Prof. A. A. Mattjik (2000) menegaskan bahwa sasaran utama dari mempelajari statistika adalah menggugah untuk memikirkan secara jelas prosedur pengumpulan data dan membuat interpretasi dari data tersebut menggunakan teknik statistika yang banyak digunakan dalam penelitian.

Sejalan dengan pentingnya statistika dalam penelitian, kedepan, persaingan dunia modern ditentukan oleh Hak Patent dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Tak luput dalam persaingan itu, Universitas Jember pun mempersiapkan diri menuju/menjadi Research University. Riset telah menjadi (satu-satunya), kekuatan utama sebuah perguruan tinggi. Ketajaman riset harus didukung oleh cara berpikir ilmiah metodologis, data yang berkualitas dan ketajaman analisis kuantitatif-kualitatif, serta penarikan kesimpulan yang sah (inferensia) yang hampir seluruhnya terangkum dalam statistika.

Peranan Statistik
Presiden SBY tak mau senyum pada Gubernur Bengkulu (PR, 18/9/2007), gara-gara lemahnya data statistik korban gempa. Memang, data statistik pegang peranan penting dalam pembangunan. Katakanlah data warga miskin (Gakin) sangat menentukan bagi suksesnya program pengentasan kemiskinan.

Bicara statistik dan pembangunan sangat relevan. Melalui angka statistik kita bisa lihat keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu, sangatlah pantas bila kita mau menghargai kinerja para statistikawan. Para Mantri statistik di pedesaan tiada terik dan tiada hujan terus bekerja mengumpulkan data guna dipersembahkan pada para pengguna.

Di bidang pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan angka statistik punya andil dalam menciptakan keberhasilan berbagai program pembangunan, seperti halnya dalam program pengentasan kemiskinan dan program peningkatan kesempatan kerja. Sebagaimana diketahui data statistik yang akurat akan menghasilkan perencanaan pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan yang kuat.

Di bidang pembangunan politik seperti dalam pilpres, pilgub, dan pilkada; data penduduk yang reliable dan valid turut menentukan kehormatan dan keberhasilan perhelatan tersebut. Betapa tidak terhormatnya, masa iya orang yang sudah meninggal dunia masih terdata sebagai pemilih.

Di bidang pembangunan ilmu, kedudukan statistik sangat jelas sebagai salah satu komponen dari sarana berpikir ilmiah di samping logika, bahasa, dan matematika. Bila matematika selalu menuntun kita dalam proses berpikir deduktif, maka statistika senantiasa membimbing kita dalam proses induktif. Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik.

Sebagaimana diketahui peranan statistik sangat banyak dalam penelitian, mulai dari tahap pengambilan sampel sampai dengan tahapan pengujian hipotesis. Dengan demikian dapat dikatakan statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.
  • [1] Endang Saefuddin Anshari, Ilmu, filsafat dan Agama, Bina Ilmu, 1991, hal. 8
  • [2] (QS. Ad-Dukhaan, 44: 38-39)
  • [3] (QS. Ar-Ruum, 30: 8)
  • [4] (QS. Shaad, 38: 29).
  • [5] (QS. Aali ‘Imraan, 3: 190-191).
  • [6] Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu, Liberty Yogyakarta, 2007, hal. 87
  • [7] Al Ghazali, hal 28.
  • [8] Tim Dosen, Ibid.
  • [9] Ibid.
  • [10] Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru, Bandung, 1991, hal. 11.
  • [11] Jujun, Filsafat Ilmu, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hal. 165
  • [12] Burhanuddin Salam, Logika Material : Filsafat Ilmu Pengetahuan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 134
  • [13] Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cet. ke-2, Januari. Jakarta : Rineka Cipta. 2002.
  • [14] I GUSTI BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA, KUMPULAN BAHAN KULIAH Metodologi Penelitian (Modul Pengantar).
  • [15] Salam, ibid, hal 136.
  • [16] Sumantri, J.S., dalam http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=16
  • [17] Berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Dalam logika deduktif, menarik suatu kesimpulan dimulai dari pernyataan umum menuju pernyataan khusus dengan menggunakan penalaran atau rasio. (lihat Nana Sudjana, hal 6).
  • [18] I GUSTI BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA, ibid
  • [19] Jujun, ibid, hal. 190
  • [20] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, hal. 155
  • [21] Tim Dosen, ibid, hal. 108.
  • [22] Menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual.
  • [23] I GUSTI BAGUS RAI UTAMA, SE., MMA, ibid
  • [24] Jujun, ibid, hal. 167.
  • [25] Dr. Ir. DEDI SUFYADI, M.S. dalam http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=16

The Study of Midle East

The Study Of Midle East

That the seminal insights and realizations of Islamic faith when pursued to their ultimate level of significance, prove to be congruent with the Christian understanding of Cod and the world, and man's relation to them. Further, these insights find a more adequate and profound expression in Christian than in Muslim terms. Jan riled, he declares that Muslims arc in reality Christians who have never pursued ? heir religious experience far enough to recognize that fact, and his effort is to achieve such recognition on both sides of the Muslim - Christian religious boundary. Thus in the final analysis Crag's purpose remains evangelical, for in spite of his insight into the Muslim soul and his genuine appreciation for the urges that move there, Crag ultimately believes that Muslims . should be Christians and that only in becom­ing so will they be Muslim in the fullest sense.

Crag has penned some of the most evocative and appealing work on Islam as a religion that has ever been done in English. His contribution is especially valuable as a means of combating the negative view of Islamic faith so prevalent among the generality of Westerners. Nonetheless there is, from the scholarly standpoint, a fundamental flaw in his efforts. Cragg’s argument is developed by deliberately seeking and finding Christian meanings in Islamic experiences and doctrines both his interpretation of the nature and structure of Islam and the foundations of the "dialogue** with Muslims that he seeks arc achieved by Christianizing the Islamic, by insisting that the Islamic religious tradition means not what Muslims have always thought it to mean, but something else that Christians are in a better position to understand. Such a manner of reasoning docs extreme violence to the historical reality of the Islamic tradition by forcing it into categories of interpretation and mean­ing drawn from a different historical stream of piety and experience. That which Cragg describes is in the final analysis not Islam but the product of his own wishful, though doubtless sincere, religious striving. No matter how thorough or how clever the effort to find congruities between Muslim doc­trines and views and those of Christians may be, the stubborn fact remains that Muslims arc not Christians. As a way of looking at the world and at the nature and significance of human existence, Islam has a peculiar character of its own. The uniqueness of the Islamic world view is somewhat obscured by the fact that Muslims use terms and concepts in common with Christians and Jews, but the place which these notions find in the total structure of Islamic piety is often radically different from that which they occupy in the competing religious perspectives Of paramount importance to students of religion is the meaning of Islam for Muslims, and that meaning will be seen, it may be suggested, only by considering the Islamic tradition in its own terms as an integral whole.

A second branch of the movement that has broken the link with evangelical motives completely is exemplified in the work of W.G. Smith. Perhaps the most relevant of his works in this connection is the booklet The Faith of Other Men (Smith, I9G2), and his essay "Comparative religion, whither and why?" (Smith, 1959). In Smith's eyes it is arrogance supreme to call upon the Muslim (or anyone else) to redirect his faith and thus to fail to appreciate that the divine communicates itself to Muslims through the symbols and forms of Islamic piety, just as it communicates itself to ethers through their respective symbols and forms. His concern is to understand the faith of other men, not to transform it, but this concern itself a religious matter and a moral duty. Thus there is a strong clement of theological interest, though not evangelical motivation, running through Smith's writing.

Taking note of the fact that religious diversity Is characteristic of the human race as a whole and religious exclusiveness is characteristic of that segment of mankind who have been affected by the se-called prophetic religions, Smith holds that three different types of questions arc to be asked about this diversity. The first is a scientific question, to ask in what the diversity con­sists, and how and why it has come to be. The second is a theological ques­tion, to ask how each religious group accounts to itself in its own normative framework for the fact that others do not share. its faith. Finally, there is a moral question, to ask how one should behave toward those of different faith. It is the last that most occupies Smith's attention, for underlying all his work in comparative religion is the drive toward world community and preoccu­pation with the means of achieving it. Smith holds that the precondition for world community is a proper sympathetic (participative?) understanding of the basic values that form the foundations of the world's cultures, and further, that these values are approached nowhere more immediately than in the study of the religious faiths of mankind. Thus the study of comparative religion, of which the study of Islam is but a part, is in his view the most com­pelling urgency of our lime. Such thinking ranges in its implications far beyond the relatively narrow field of Islamic, and its basic thrust is perhaps ultimately religious and theological.

In his more recent writings Smith has shown increasing interest in the broad issues that arise from the comparative study of religion, especially in their theological and religious implications, for the scholar himself, and his interest in the more technical aspects of Islamic* has accordingly declined (Smith, 1963). Nonetheless, Smith has made one of the foremost contributions to the understanding of Islam in this generation, and his influence has touched many others in both oriental and theological studies. His works that treat of trends in the contemporary Islamic world rank as standard reference volumes, impressive both for their breadth of learning and the acuteness of their analysis.

By choosing Cragg and Smith as examples of variations on the irenic approach to Islam, we do not intend to ignore the numerous others who should be classified in the same category with them. Mention might be made of Montgomery Watt, whose books (Watt, 1963, 1969) are animated by the irenic spirit, as is Geoffrey Parrinder’s study of Jesus in the Qur’an (Parrinder, 1965). The point here is only to underline the existence of this approach, which has brought about a revived interest in Islamic Religiousness, and to demonstrate some of the forms it has taken.

Metode Pengajaran


Penemuan Pembelajaran Yang Dipandu (Guided Discovery Teaching)

Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, isi-isi tentang pengajaran dapat disampaikan dengan atau tanpa petunjuk/panduan dari guru. Dalam pengajaran penemuan yang dipandu, peran dari seorang guru itu adalah penting. Ia memandu para siswanya, membantu mereka di dalam peran apapun yang mereka mainkan dan pada waktu yang sama, berusaha untuk memfasilitasi mereka sedekian mungkin untuk memudahkan pelajaran. Namun, ia harus ingat bahwa pemilihan metodanya itu mestinya tidak harus sesuai dengan gaya pengajaran tertentu tetapi juga harus disesuaikan dengan para siswanya. Metoda tertentu bisa saja "benar" untuk pelajaran tertentu tergantung pada banyak hal, dan di antaranya adalah usia dan pengembangan tingkat para siswa, sasaran dari pelajaran, waktu, lokasi, sumber daya material dan pengaturan secara fisik.

Pengajaran penemuan yang dipandu tidak berarti para siswa tidak diberi kebebasan untuk mempelajari atau untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapat-pendapat di dalam proses kbm. Dari pengajaran penemuan yang dipandu adalah hanyalah untuk memudahkan proses pembelajaran dan untuk menciptakan ketertarikan siswa terhadap sebuah materi pelajaram. Beberapa metoda-metoda pengajaran cocok untuk pendekatan pengajaran penemuan yang dipandu dengan singkat dijelaskan sebagai berikut:


(a) Metode Diskusi dan debat (Discussion and Debating Methods)

Di dalam metoda diskusi, para siswa diberi satu atau beberapa topik-topik untuk dibahas atau diperdebatkan. Pertanyaan-pertanyaan dilontarkan ke ”floor” (siswa). Pertanyaan-pertanyaan itu dibahas dan akan menjadi baik dan buruk untuk mereka. Setuju, tidak setuju, perselisihan paham atau pendapat tertentu tidak penting. Mereka harus mengambil pertanyaan-pertanyaan itu sebagai tantangan-tantangan atau demi pengetahuan mereka.

Supaya metoda ini berhasil, para guru harus mempersiapkan rencana pelajaran dengan seksama. Ia harus memastikan akan jalannya diskusi akan lancar dan tidak kehilangan topik. Metoda diskusi bervariasi dari guru sebagai pusat ke siswa sebagai pusat, permainan peran, wawancara-wawancara, pengungkapan pendapat, tinjauan ulang, debat-debat, sampai konferensi-konferensi adalah contoh-contoh dari metoda diskusi.

Tujuan diskusi adalah untuk memperoleh atau untuk mendapatkan informasi. Diskusi memerlukan keterlibatan kreatif dan aktif dari para siswa. Mereka harus mendengar sampai habis (secara keseluruhan) segala sesuatu yang sedang dikatakan (berlangsung). Diskusi melibatkan kelompok kecil para siswa dan memerlukan pertimbangan waktu. Berikut adalah sebagian dari keuntungan dari metoda (diskusi):

  1. Sumber-sumber dari ide-ide dan pengalaman-pengalaman dari kelompok dapat dikumpulkan.
  2. Keefektifan Diskusi setelah suatu presentasi, film atau pengalaman dapat dianalisa.
  3. Memberikan kesempatan/membiarkan setiap orang untuk mengambil bagian.
  4. Para siswa dengan aktip dilibatkan.
  5. Keberadaan dari pemikiran yang mendalam.
  6. Minat siswa dikembangkan dan dipelihara.
Namun demikian, Metoda diskusi ini mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan, diantaranya adalah:
Tidak praktis jika siswa melebihi dari dua puluh. Beberapa orang akan mendominasi, Memakan Waktu, dan dapat keluar dari jalur.


Komentar

Muhibbin Syah, mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :

  1. Mendorong siswa berpikir kritis.
  2. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
  3. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :

  1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
  2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
  3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :

1. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahana di atas, peranan guru dalam metode ini yang harus dijalankan adalah:

1. Menjaga jangan sampai pembicaraan nyeleweng.;
2. Semua anggota harus aktif berpartisipasi;
3. Yang pemalu agar dibimbing agar ikut;
4. Menjamin tata tertib;
5. Jangan sampai suasana jadi tegang;
6. Murid-murid harus mengerti masalahnya; dan
7. Harus dapat menyimpulkan.


(b) Metoda Pengungkapan pendapat (Brainstorming Method)

Pendekatan pengungkapan pendapat membiarkan pemikiran kreatif untuk ide-ide yang baru. Para siswa didorong untuk mengambil bagian secara penuh karena semua ide secara merata dicatat/direkam. Metoda ini menggambarkan pengetahuan dan pengalaman kelompok. Di dalam metoda pengungkapan pendapat, roh kebersamaan diciptakan. Biasanya satu ide yang diusulkan oleh perorangan dapat mencetuskan ide-ide lain. Sebenarnya, sasaran keseluruhan dari metoda ini datang bersama ide-ide yang baru atau kombinasi dari ide-ide yang baru.

Untuk memulai sesi pengungkapan pendapat, para guru harus memunculkan atau memilih satu isue untuk dibahas, prosedur-prosedur untuk diikuti. Namun, mereka harus siap adanya campur tangan ketika proses berlangsung dengan tanpa perasaan menjatuhkan pendapat mereka. Sesi itu akan berjalan dengan lancar jika langkah-langkah berikut dipertahankan:
1) Semua ide-ide disambut.
2) Para siswa tidak diizinkan mengkritik setiap ide yang dikemukakan.

Kekuatan metoda pengungkapan pendapat datang berupa :
Latihan Mendengarkan yang membiarkan pemikiran kreatif untuk ide-ide yang baru. Memberi harapan penuh terhadap keikutsertaan para siswa karena semua ide disambut. Menggambarkan pengetahuan dan pengalaman kelompok. Menciptakan roh kebersamaan.


Komentar

Dalam metode ini para siswa dibiarkan untuk mengeksplorasi apa yang ada dalam pikiran mereka. Para siswa diberi kebebasan dalam hal mengungkapkan pendapat. Namun, kelemahan metoda ini kalau tidak dipandu akan menghasilkan kericuhan bahkan perkelahian.


(c) Metode Pembelajaran Kebersamaan / Kerja Kelompok (Collaborative/Cooperative Learning)
Metode Pembelajaran kolaboratif adalah suatu metoda tentang KBM di mana para siswa dikelompokkan bersama-sama untuk menjelajah suatu pertanyaan yang penting atau menciptakan suatu proyek yang penuh arti. Pelajaran kebersamaan adalah semacam pelajaran kolaboratif yang spesifik. Di dalam pelajaran kebersamaan, para guru harus memutuskan ketrampilan-ketrampilan atau pengetahuan apa untuk dipelajari oleh para siswa, dan para guru harus mengatakan kepada para siswanya bagaimana caranya bekerja sama di dalam kelompok-kelompok kecil di suatu aktivitas yang tersusun.

Pada waktu yang sama, para guru memutuskan ketrampilan-ketrampilan atau pengetahuan untuk diajarkan dan mereka harus membuat dasar yang perlu untuk mempersiapkan para siswa untuk belajar bagaimana caranya bekerja dalam kelompok-kelompok. Para siswa juga, yang berada dalam kelompok, bertanggung jawab atas pekerjaan mereka dan pekerjaan dari keseluruhan kelompok secara menyeluruh. kelompok kerjasama bekerja “face to face” dan belajar untuk bekerja sebagai suatu regu.

Ada empat hal yang perlu diperhatikan, supaya pelajaran kerjasama berlangsung :
1) Para siswa perlu untuk merasa aman, tetapi juga tertantang.
2) Diperlukan kelompok-kelompok kecil, sehingga setiap orang dapat memberikan kontribusi.
3) Tugas-tugas diberikan kepada para siswa harus tergambar jelas.
4) Setiap orang di dalam kelompok itu harus menghormati satu sama lain.

Namun seperti halnya metoda-metoda yang lain, metoda pelajaran kerjasama mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya sebagai berikut :
  1. Dengan metode ini, ada beberapa siswa tidak bekerja dengan baik. Siswa-siswa) Penyendiri menemukan kesulitan untuk berbagi / ikut berpartisipasi di dalam diskusi.
  2. Sementara Para siswa agresif mencoba untuk mendominasi kelompok.
  3. Para siswa cerdas cenderung untuk berbuat sebagai ”superior” (cenderung mendominasi).
Terlepas dari kekurangan-kekurangan di atas, metoda ini mengajarkan kepada siswa nilai-nilai seperti:

(1) Bantu-membantu saling tanggung jawab secara timbal balik;
(2) Siswa belajar untuk sabar; lebih sedikit kritis dan lebih berbelas kasih; dan
(3) toleran kepada satu sama lain.

Komentar

Metoda Belajar Bersama adalah salah satu dari yang paling luar biasa dan merupakan wilayah yang subur teori, riset, dan praktek pendidikan. Cooperative learning ada ketika para siswa bekerja sama untuk memenuhi tujuan belajar bersama ( Johnson& Johnson, 1999). Masing-Masing siswa kemudian bisa mencapai tujuan belajar bersamanya jika dan hanya jika anggota kelompok lain mencapai milik mereka ( Deutsch, 1962). Metoda ini sangat efektif digunakan dalam semua mata pelajaran.

Keunggulan metode kerja kelompok ini adalah :
  1. Ditinjau dari segi paedagogis; kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa, seperti; adanya kerjasama, toleransi, berpikir kritis, disiplin, dan sebagainya;
  2. Ditinjau dari segi psikologis; timbul persaingan yang positif antar kelompok karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok;
  3. Ditinjau dari segi sosial; anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas.

(d) Metoda Eksperimen (Experimental Method)

Sebuah eksperimen adalah suatu metoda yang biasanya digunakan di suatu pelajaran sain. Di dalam eksperimen, pengujian hipotesis melalui penyelidikan-penyelidikan mereka sendiri untuk menemukan konsep-konsep sain spesifik dan prinsip-prinsip. Melaksanakan satu eksperimen menyangkut pemikiran, keterampilan-keterampilan teknis, keterampilan ilmiah dan keterampilan untuk ”memanipulasi”. Proses-proses ilmiah memerlukan sistematis, objektif, kreatif, kritis, analitis dan pemikiran rasional. Para ilmuwan meneliti gejala tertentu dan berusaha untuk mendapatkan hasil-hasil yang diperlukan.

Keberhasilan eksperimen-eksperimen ini semata-mata berada di tangan guru, di dalam perencanaan dan memanage aktivitas laboratorium. Tujuan-tujuan aktivitas bersifat percobaan ini untuk memperkuat pelajaran konsep-konsep yang sebelumnya telah di pelajari di dalam kelas.

Sebaliknya, Keterampilan-keterampilan manipulatip, adalah keterampilan-keterampilan yang diperoleh ketika menggunakan object ilmiah, seperti pelajaran bagaimana caranya menggunakan berbagai object dan teknik-teknik mereka di dalam laboratorium, menempatkan object dalam suatu wujud yang benar sebaik mungkin diperhatikan demi keselamatan siswa itu.

Di dalam metode percobaan, point-point berikut ditekankan:

1) Waktu yang diberikan untuk melengkapi eksperimen.
2) cara-cara untuk melakukan eksperimen.
3) Berbagai kesulitan akan ditemukan selagi melakukan eksperimen.
4) Poin-poin penting perlu ditekankan.
5) Konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan penting segera disampaikan.
6) Metoda-metoda pengumpulan data dan diskusi.
7) Keselamatan.

Keberhasilan dari metode percobaan bergantung pada:
1) Tingkat kesulitan-kesulitan dari eksperimen tersebut.
2) Seringnya pelaksanakan eksperimen itu.


Komentar

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000). Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

  1. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
  2. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
  3. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

  1. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
  2. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
  3. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu. Dengan eksperimen kita bisa memperoleh jawaban tentang : Bagaimana kita tahu bahwa itu benar? Cara manakah yang merupakan cara terbaik? Apakah yang akan terjadi? Terdiri dari bahan apa? Pelaksanaan metode ini dapat dilaksanakan didalam kelas maupun tempat khusus yang memang diperuntukkan sebagai pelaksanaan eksperimen/demonstrasi (laboratorium).Di dalam pelaksanaannya metode eksperimen dapat dirangkaikan dengan demonstrasi.


Keuntungan sebuah metode demontrasi.
  1. Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju pada hal-hal lain.
  2. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku, karena siswa telah mempenoleh gambaran yang jelas dan hasil pengamatannya.
  3. Bila siswa turut aktif bereksperimen, maka siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya.
  4. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi/eksperimen.

Kelemahan metode demonstrasi.

  1. Daya tangkap setiap siswa berbeda, sehingga guru harus mengulang-ulang suatu bagian yang sama agar siswa dapat mengikuti pelajaran.
  2. Waktu yang diperlukan untuk proses belajar mengajar akan lebih lama dibandingkan dengan metode ceramah.
  3. Demonstrasi akan menjadi metode yang kurang baik apabila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasan-penjelasan yang tidak jelas.
  4. Demonstrasi menjadi tidak efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga.
  5. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang sangat besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas, atau bahan-bahan yang tidak berwujud misalnya gas freon.
  6. Kadang-kadang, bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian didemonstrasikan, siswa melihat suatu proses yang berlainan dengan proses jika berada dalam situasi yang sebenarnya.

Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen.

  1. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-tujuan pelajaran pada siswa,sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen.
  2. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkahyang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalameksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perludikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat.
  3. Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan.
  4. Setelah eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

(e) Metode Permainan (Game Method)

Tujuan utama Metode Permainan adalah untuk menciptakan kesenangan dan ketertarikan akan proses pelajaran. Permainan-permainan tertentu membantu di dalam hal-hal pelajaran tertentu, dengan demikian, mereka mendapat pengalaman-pengalaman manis /menyenangkan. Permainan-permainan menghasilkan kompetisi dan juga tantangan-tantangan. Metoda ini mengurangi sifat kelas yang monoton dan membosankan. Permainan-permainan juga menciptakan kesenangan, peningkatan-peningkatan dayatarik kelas secara penuh dan membantu menyenangi minat pada pelajaran. Beberapa permainan, seperti catur, menanamkan kesabaran dan toleransi.

Peran guru di dalam metoda ini dapat kelihatan dalam bentuk berikut:

  1. Memutuskan bentuk yang benar dari permainan-permainan yang akan dimainkan dan pantas tidaknya permainan itu.
  2. Memaksimalkan keikutsertaan siswa.
  3. Membuat para siswa merealisasikan aturan-aturan dan sesuai perintah.
  4. Dimainkan dengan kewajaran dan kendali.
  5. Menyatakan dengan jelas jenis hadiah (bila ada) untuk diberikan kepada pemenang.
Beberapa permainan yang umum dimainkan di sekolah-sekolah seperti:
1) Berburu Binatang Pemakan Bangkai.
2) Sebut Flag itu! Dan kamu dapat memenangkannya!
3) Permainan-permainan Identifikasi.
4) Permainan-permainan Abjad.
5) Permainan-permainan Geografi.


Komentar

Komentar yang menarik tentang metoda permainan, adalah sebagai mana yang disampaikan oleh Dave Meier, sebagai berikut :
Jika permainan menghasilkan pembelajaran yang meningkat dan prestasi kerja yang membaik, gunakanlah. Jika tidak, jangan.


Komentar Umum

Penemuan Yang dipandu mempunyai suatu dampak pada pelajaran anak-anak. Anak-Anak akan tertarik akan material kelas dan belajar bagaimana cara menggunakannya dengan kreatif di (dalam) pekerjaan akademis mereka. Mereka mempunyai peluang untuk meregang pemikiran mereka dan pekerjaan dengan bebas. Barangkali yang paling penting, anak-anak adalah sebagai pusat proses itu. Tiap-Tiap aspek/pengarah dari Penemuan Dipandu mendorong anak-anak untuk menawarkan gagasan, mematuhinya, dan berbagi hasil dari pekerjaan mereka dengan yang lain, yang merangsang semua orang berpikir tentang penggunaan masa depan material.


9.4.3 Pengajaran Penemuan Murni (Pure Discovery Teaching)

Seperti inquiri, penemuan menekankan belajar melalui pengalaman-pengalaman. Penemuan adalah inti dalam penyelidikan (inquiri) dan terjadi ketika konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dari ilmu pengetahuan dan teknologi diselidiki dan ditemukan oleh para siswa itu sendiri. Sebagian dari metoda pengajaran berhubungan dengan pendekatan pengajaran penemuan murni adalah seperti tersebut di bawah ini:


(a) Metode Penyelidikan/Inquiry (Inquiry Method)

Tujuan dari metoda inquiri adalah untuk membantu para siswa percaya diri, untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang penting melalui jawaban-jawaban yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka sendiri untuk menunjukkan ketertarikan mereka. Sebagai contoh, ketika metoda penyelidikan digunakan, para siswa tidak hanya mengenal gejala atau pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman tetapi mereka juga mengenal bagaimana proses bekerja. Pada dasarnya, para siswa sedang memperoleh pemikiran yang tidak disadari (reflek).

Metoda inquiri menanamkan kemampuan pembelajaran para siswa dan pada waktu yang sama, konsep-konsep yang sudah mereka pelajari akan jauh lebih jelas, berfungsi dan abadi.
Berikut adalah sebagian dari ide yang dikemukakan oleh berbagai peneliti-peneliti tentang metoda-metoda pengajaran.

Martin (1972), berpendapat bahwa metoda inquiri di dalam ilmu pengetahuan akan membawa kepada penemuan. Para siswa, ketika menggunakan metoda atas keinginan mereka sendiri menghasilkan penemuan ilmiah atau keterangan empiris untuk memperkuat penemuan mereka.
Dyer (1979), mengusulkan empat langkah-langkah di dalam metoda inquiri, yaitu :
1) Identifikasi lingkup masalah.
2) Pengembangan dari hipotesis.
3) Eksperimen empiris.
4) ?


Komentar

1. Metode ini menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah secara berkelanjutan. Kelebihan metode ini mendorong siswa berpikir secara ilmiah, kreatif, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka. Kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi pelajaran mengandung masalah, memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

2. Metoda Inquiry ditemukan oleh Postman dan Weingartner's. Keberhasilan dari metoda ini menurut Postman dan Weingartner, 31–33), adalah tergantung pada:
· Kercayaan diri yang ada dalam kemampuan belajar mereka.
· Kesenangan di memecahkan masalah
· Ketekunan
· Kepercayaan pada pertimbangan mereka sendiri di atas orang lain atau masyarakat
· Tidak memTentu saja tidak! menjadi salah
· Tidak tergesa-gesa dalam menjawab.
· Fleksibilitas
· Rasa hormat terhadap fakta, dan kemampuan untuk membedakan antara fakta dan pendapat

3. Postman dan Weingartner menyatakan bahwa dalam inquiry para guru mempunyai karakteristik sebagai berikut ( pp. 34–37):

  • Mereka menghindari menceritakan para siswa apa yang mereka " seharusnya mengetahui".
  • Mereka berbicara dengan para siswa dengan pertanyaan-pertanyaan. dan terutama dengan meminta pertanyaan menyimpang.
  • Mereka mendorong para siswa untuk saling berhubungan secara langsung dengan satu sama lain, dan menghindari menghakimi apa yang dikatakan siswa yang berinteraksi.
  • Mereka tidak meringkas diskusi siswa.
  • Mereka tidak merencanakan arah yang tepat daripelajaran mereka ke depan, dan mengijinkannya untuk mengembangkan sebagai respons atas minat siswa.
  • Pelajaran mereka melontarkan permasalahan ke para siswa.
  • Mereka mengukur sukses mereka oleh perubahan perkembangan perilaku inquiri siswa (atas karakteristik " pelajar baik" sebagai tujuan).

(b) Metoda Problem-solving (Problem-solving Method)
Metoda ini berasumsi bahwa keberadaan dari suatu masalah, harus diselesaikan dengan ramah. Sebagai contoh, jika ada suatu masalah, apa yang kita lakukan? Apakah kita membiarkannya sebagaimana adanya? Atau apakah kita mencoba untuk menemukan jalan keluar; pemecahan untuk memecahkannya? Langkah-langkah yang perlu kita ambil adalah:


1) pahami masalah;
2) pikirkan suatu rencana;
3) selesaikan rencana; dan
4) evaluasi jalan keluar; pemecahan.

Untuk langkah yang pertama, para guru perlu untuk mengidentifikasi masalah, diketahui atau tidak diketahui. Apakah kita dipinta untuk memecahkan? Permasalahan di dalam matematika berbeda untuk pemecahan tersebut di dalam ilmu pengetahuan atau di dalam ilmu-ilmu sosial. pengalaman-pengalaman dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan Para siswa juga berbeda di dalam gaya mereka atau dalam gaya belajar mereka. Karenanya, suatu metoda yang ditemukan dan itu harus mengakomodasi permasalahan yang ada.

Jika masalah itu sudah tidak asing lagi bagi kita, kita perlu untuk menggambarkannya atau mungkin kita ingin membuat asumsi-asumsi tentang hal tersebut. Atau mungkin kita ingin menggunakan pengetahuan atau pengalaman-pengalaman kita sebelumnya untuk menyelesaikan hal itu.

Yang kedua, ketika memikirkan suatu rencana, di serangan, kita dapat mensketsa suatu gambar, suatu diagram atau suatu meta pikiran dalam masalah tertentu. Pada waktu yang sama kita dapat menentukan kerangka operasional: hal ini harus menjadi cara untuk memecahkan masalah. Kita juga dapat mengambil suatu resiko, dalam harapan-harapan langkah-langkah yang kita merencanakan itu akan membuktikan penuh keberhasilan."Behold the turtle, for he does not move forward without sticking out his neck"

Yang ke tiga, kita menyelesaikan rencana yang kita sudah memikirkan. Kita menulis langkah-langkah, satu demi satu; berturut-turut. Ketika langkah-langkah ini sudah siap untuk diterapkan, kita dapat memulai rencana-rencana kita.

Akhirnya, kita dapat mengenal hasil dari rencana kita. Apakah ini pemecahan masalah? Apakah dapat dicapai? Jika itu bekerja, sebagai seorang guru, kita mungkin mengira disenangkan dengan apa [yang] kita sudah lakukan. Dengan kata lain, kita sudah meraih dan dengan penuh harapan, para siswa kita sudah mempelajari sesuatu.

Para guru harus memahami bahwa metodologi memecahkan masalah perlu untuk disusun, direncanakan dan diterapkan. Di waktu yang sama, ia memerlukan kesabaran, pengetahuan dan ketekunan anda. Metoda ini juga dihubungkan dengan aktivitas lain di dalam kelas, seperti diskusi, pengungkapan pendapat, pengamatan, dan kerjasama di antara para siswa dan guru kelas.


Komentar

Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Menurut S. Nasution,metode problem solving dapat digunakan dalam berbagai lapangan pelajaran seperti sejarah, biologi, bahasa, matematika, dan sebagainya.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
  1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
  2. Berpikir dan bertindak kreatif.
  3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
  4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
  5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
  7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:

  1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
  2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

(c) Metoda Kerja Lapangan (Field Work Method)

Metoda ini adalah satu metoda pembelajaran yang menarik. Para siswa pergi ke "lapangan" untuk bekerja. Mereka diberi suatu proyek dimulai dengan: melakukan satu eksperimen, melakukan beberapa pekerjaan survei, ikut serta dalam kerja kelompok, mengamati kelompok orang di tempat kerja atau menulis laporan tentang perjalanan-perjalanan mereka. Tujuan utama dari metoda ini adalah untuk memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk mencapai pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman yang mereka sendiri tidak memperolehnya di dalam kelas.

Hasil dari lapangan bergantung pada beberapa faktor. seperti:
  1. Perencanaan yang cocok dalam kaitan dengan menggunakan prosedur-prosedur dan pengelolaan;
  2. Sasaran dari kerja lapangan;
  3. Maksud dan tujuan;
  4. Kelayakan riset atau studi;
  5. Tanggung jawab siswa; dan
  6. Hasil dari studi lapangan dan rekomendasi.
Metoda ini dapat diterapkan bersama dengan ceramah kuliah, diskusi, pertanyaan dan metodologi survei. Pengalaman Para guru harus dapat menentukan metoda-metoda yang perlu untuk dikaitkan dengan metoda kerja lapangan.


Kelebihan metode Kerja Lapangan sebagai berikut :

  1. Kerja Lapangan menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
  2. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
  3. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode Kerja Lapangan sebagai berikut :

  1. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
  2. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
  3. Dalam Kerja Lapangan sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
  4. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
  5. Biayanya cukup mahal.
  6. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran Kerja Lapangan dan keselamatan anak didik, terutama Kerja Lapangan jangka panjang dan jauh.

(d) Metoda Eksplorasi (Exploration Method)

Metoda ini mencoba untuk menaikkan tingkat penemuan pelajaran dan eksplorasi melalui siswa. Peran dari guru itu untuk memudahkan pelajaran. Ia mungkin dapat mulai dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: bagaimana caranya memulai, apa yang harus dicari dan langkah-langkah apa yang harus diikuti? Para siswa, dalam sisi lain, diberi pilihan untuk menggunakan metoda dan teknik apapun juga. Melalui inisiatifnya, seorang siswa akan mampu menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu.

Apa sesuatu itu dan apa yang mereka kerjakan? Ini adalah beberapa pertanyaan yang mereka inginkan untuk diajukan kepada mereka sendiri. Metoda ini membantu para siswa menjadi ingin tahu tentang sesuatu sekitar mereka, untuk mengetes sesuatu melalui uji coba dan mendapatkan kebebasan penyelidikan. Ketika melakukan, mereka belajar sesuatu yang ada pada mereka dan pembelajaran yang berlangsung dengan seketika.

Dalam rangka mempercepat pembelajaran, peran guru adalah :
- mempersiapkan kerja dasar.
- memberikan waktu cukup, kebebasan dan ruang.
- membantu bagaimana pun juga.
- meminimalkan masalah-masalah yang muncul.

Metoda lain yang mempunyai penutup yang sama dengan metoda eksplorasi adalah metoda inquiri, problem solving, belajar bersama (jika aktif di dalam kelompok) dan metoda permainan.


Aktivitas

Dalam pasal ini, pendekatan pembelajaran adalah dikatagorikan juga sebagai ”direct teaching”, guided discovery teaching”, atau ”pure discovery teaching”. Dalam pengalaman anda, dapatkah anda mengingat pendekatan mana yang benar-benar bekerja untuk pengajaran para siswa yang berkemampuan rendah, siswa yang berkemampuan pertengahan dan siswa yang berkemampuan tinggi?


Rencana Pembelajaran (Lesson Plan)

Empat unsur dari KBM ini diambil dari model MURE, yaitu motivasi (motivation), pemahaman (understanding), penguatan (reinforcement), dan evaluasi (evaluation). Model PCK ini akan menuntun kita untuk memilih pendekatan pembelajaran, metoda-metoda, tehnik-tehnik, dan isi/materi-materi yang pantas berdasarkan pokok materi (subject matter) dan pengetahuan pendidikan serta pengetahuan tentang siswa dan kurikulum kita. Langkah selanjutnya adalah merancang rencana pembelajaran, yang mana berupa seperangkat detil rancangan pembelajaran yang baik dan aktivitas pembelajaran. Sebuah rencana pembelajaran yang baik akan membantu guru untuk melakukan pengajaran dan juga akan membantu para pelajar untuk mencapai dan mendapatkan (menguasai) hasil belajar (outcome).

Rencana Pembelajaran biasanya meliputi empat bagian, yaitu:
  • Informasi jadwal pembelajaran (kelas, hari, tanggal, waktu, subjek).informasi topik ( topik dan tujuan, hasil belajar, nilai moral, pendekatan dan metode pembelajaran.
  • Langkah-langkah pembelajaran (motivasi, pengetahuan dasar / keahlian, konsep-konsep bersama dengan isi/ alat pembelajaran/aktivitas/contoh-contoh;latihan-latihan; kesimpulan; dan pekerrjaan rumah); dan referensi.
Contoh dari rencana pembelajaran adalah disampaikan dalam gambar 9.3
Gambar 93: Contoh dari Rencana Pelajaran

Rencana Pelajaran
Kelas
Hari
Tanggal
Waktu
Hal
3COM
Selasa
15/3/05
730 -810 pagi.
Matematika
Topik
Kecepatan
Sasaran(gol)


Hasil Belajar

Nilai moral
Para siswa harus dapat menggambarkan kecepatan dan kecepatan seragam.
Pada akhir pelajaran, para siswa harus bisa:

a) Menggambarkan kecepatan dan kecepatan seragam; dan
b) Hitung kecepatan dan kecepatan seragam.

Respek terhadap batasan kecepatan.
Pendekatan Metoda
Pengajaran
Penemuan dipandu
a)Diskusi.
b)Pertanyaan.
c)Brainstorming.

Langkah-langkah Mengajar
1. Motivasi
a) Isi: Memotivasi para siswa untuk memperhatikan topik (pembahasan).
b) Alat bantu pengajaran: Suatu gambar dari suatu kecelakaan di jalan raya yang fatal.
c) Activitas: diskusi pendek tentang kecelakaan di jalan raya.

2. Pengetahuan Dasar dan ketrampilan-ketrampilan
a) Isi: Jarak dan unit nya di KM dan meter. Waktu dan unit nya di dalam jam dan menit. Konsep dan perhitungan rata-rata.
b) Alat bantu pengajaran: penggaris.
c) Activitas: Diskusi pendek pada jarak dan waktu, dan bagaimana cara mengukurnya.
d) Latihan: Tunjukkan penggaris meter dan menyilahkan para siswa menghubungkan berapa jauh 1 KM.

3. Konsep dari kecepatan dan definisi
(a) Isi: Kecepatan adalah jarak rata-rata yang dicakup oleh suatu pergerakan obyek dalam satu unit waktu.
(b) Alat bantu pengajaran: Suatu gambar berupa mobil balap F1.
(c) Activitas: Mendiskusikan, menggunakan data kecepatan mobil balap F1 mencakup jarak dan waktu yang diambil untuk menyelesaikan satu putaran dari suatu sirkuit.
(d) latihan: persilahkan para siswa menemukan jarak rata-rata yang mencakup per menit.. Biarkan mereka menghitung jarak rata-rata per jam.
(e) Aktivitas: Beri definisi kecepatan. Para siswa dibiarkan menemukan formula untuk kecepatan.

4. Contoh dari kecepatan yang seragam
(a) Isi: Kecepatan yang seragam dan contoh.
(b) Alat bantu pengajaran: Suatu meja yang mempertunjukkan jarak dan waktu.

Kecepatan (KM)
25
50
100
150
250

Waktu
1
2
4
6
?

(c)Aktivitas: biarkan para siswa menghitung kecepatan untuk masing-masing dari jarak yang ditempuh. persilahkan mereka membuat suatu kesimpulan sekitar kecepatan-kecepatan.
(d)latihan: Silahkan para siswa menemukan waktu itu untuk menempuh jarak 250 KM.
(e)Aktivitas: Para siswa dibiarkan menggambarkan kecepatan yang seragam.

5. Nilai moral
(a)Isi: Menghargai terhadap batasan kecepatan.
(b)Alat bantu pengajaran: Suatu gambar dari suatu kecelakaan di jalan raya yang fatal.
(c)Activitas: Para siswa dibiarkan brainstorm di semua yang mungkin menyebabkan kecelakaan di jalan raya. Dapatkah kecepatan adalah satu dari sebab kecelakaan? Para siswa dibiarkan menafsirkan semboyan "Menghargai pembatasan kecepatan ". Apakah mereka menyetujui semboyan tersebut?

6. Kesimpulan
Guru dapat meminta kepada para siswa untuk menyatakan poin-poin penting dari pelajaran.
7. Pekerjaan rumah
Guru memberi pekerjaan rumah atas pertanyaan-pertanyaan yang terkait dari dokumen pengujian PMR masa lampau.


Acuan

(a) Lee Hong Eng. (1988). Matematik Moden SRP. Petaling Jaya: Penerbitan Preston Sdn, Bhd.
(b) Mohammad Khairuddin Yahya, Ibrahim Md. Noh & K. H. Low. (1989). Matematik Tingkatan 1KBSM. Kuala Lumpur: Berita Publishing Sdn. Bhd.

RINGKASAN
Anda telah ditunjukkan berbagai metoda-metoda pengajaran di dalam pokok area/specialisasi masing-masing mereka, seperti TESL, matematika, ilmu pengetahuan dan rancang-bangun. Tujuan utama dari bab/topic ini adalah untuk memberi suatu ringkasan dari metoda-metoda pengajaran yang mencakup di dalam kursus-kursus yang sebelumnya, dan mungkin dengan beberapa tambahan metoda-metoda pengajaran. Pasal ini mulai dengan pendekatan pengajaran menguraikan, metoda dan teknik; dan diikuti oleh model MURE yang menjelaskan beberapa unsur-unsur KBM, yakni motivasi, pemahaman, penguatan dan evaluasi. Pasal lalu menyarankan bagaimana model PCK dapat digunakan oleh para guru untuk mencapai unsur "pemahaman" melalui amalgam dari pokok materi dan pengetahuan pendidikan dan pengetahuan tentang para siswa dan silabus.

Sisa dari pasal ini menggambarkan berbagai metoda-metoda pengajaran yang dapat dihargai/dihormati sebagai "pengetahuan pedagogi" bagi kita untuk dipertimbangkan;. Akhirnya, pasal ini mencakup suatu rencana pelajaran singkat sebagai satu contoh dari bagaimana kita bisa memilih dan menerapkan pendekatan pengajaran, metoda-metoda dan teknik-teknik.

Penemuan Yang dipandu adalah suatu strategi pengajaran yang digunakan untuk memperkenalkan materi di (dalam) kelas. Tujuan utama Penemuan Dipandu adalah untuk menghasilkan minat dan gairah tentang sumber daya kelas dan membantu anak-anak menyelidiki penggunaan yang mungkin bagi mereka. Penemuan Yang dipandu juga menyediakan peluang untuk memperkenalkan kosa kata, menilai pengetahuan anak-anak lebih dulu, dan mengajarkan tanggung jawab dan materi terhadap materi pelajaran.
Suatu Penemuan Dipandu dapat menggunakan sekitar lima belas atau duapuluh menit. Tetapi minat dan gairah yang dihasilkan dan keterampilan yang anak-anak praktekan sebagai bantuan terhadap pelajaran akademis hari itu.