Penegak Kebenaran

Melatih diri untuk terus menuntut ilmu dan memberikan informasi yang sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi. Berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkan dengan harapan akan menjadi Penegak Kebenaran yang diridloi Allah SWT.

Pengusung Peradaban

Menjadikan madrasah, pesantren, dan tempat pendidikan lainnya sebagai tempat thalabul ilmi agar terbentuk generasi muda yang kuat, cerdas, dan taqkwa sehingga suatu saat dapat menjadi mujahid masa depan dan menjadi Pengusung Peradaban yang bermoral dan berakhlaq Islami.

Penerang Kegelapan

Bekerja keras untuk selalu mengamalkan dan mengimplementasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan lain sebagai salah satu kewajiban muslim dengan harapan dapat menjadi Penerang Kegelapan. Berbagi informasi dalam kebaikan dan takwa serta saling menasihati dalam kebenaran

Memperkuat Aqidah

Melatih generasi muda sedini mungkin melalui berbagai media pendidikan exact dan non-exact sebagai bekal hidup di masa depan untuk mewujudkan penjuang masa depan yang mandiri, kuat, disiplin, dan amanah.

Disiplin

Menyalurkan bakat dan mengembkangkan kemampuan generasi muda melalui berbagai kegiatan positif dengan harapan dapat tertanam sikap persaudaraan, persahabatan, dan disiplin.

Search

CARA SYIAH BERHUJJAH DENGAN HADITS


CARA SYIAH BERHUJJAH DENGAN HADITS
oleh : Deni Solehudin

Setelah beberapa tahun terlibat dan mencermati perdebatan dengan orang-orang syiah, kami mendapatkan cara mereka dalam mengambil hadits-hadits adalah sebagai berikut :
1.     Mereka menggunakan hadits-hadits shahih riwayat ahlus sunnah, tetapi dengan pemahaman mereka sendiri. Tidak merujuk kepada pendapat ulama ahli syarah yang otoritatif, kalau pun merujuknya itu yang sesuai dengan seleranya. Misalnya tentang hadits tsaqolain (hadits shahih riwayat Muslim), mereka berprasangka dengan hadits ini bahwa Rasulullah saw. Memerintahkan untuk berpegang teguh pada ahli baet. Padahal redaksi hadits membedakan antara berpegang dengan tsaqal yang pertama (Al-Qur’an) dan antara permohonan perlindungan Allah mengenai Ahli Baet dan tidak menjadikan mereka sebagai alat untuk suatu kepentingan.

2.     Hadits-Hadits Lemah yang ada pada kitab ahlu sunnah, dan mereka katakan bahwa hadits tersebut ada pada kitab-kitab ahli sunnah tujuannya untuk menipu orang-orang awam. Contoh hadits riwayat tahrif al-Qur’an. Padahal tidak semua hadits dapat diterima, tetapi harus memenuhi syarat-syaratnya.

3.     Hadits-Hadits yang mereka klaim shahih, seperti hadits :

 « من أحب هذين - أي الحسن والحسين - وأباهما كان معي في درجتي في الجنة» رواه الترمذي وقال «حديث حسن غريب لا نعرفه من حديث جعفر بن محمد إلا من هذا الوجه.
Dalam pada itu mereka berhenti sampai kalimat (حديث حسن) dan mereka memotong kalimat selanjutnya (غريب), yang menunjukkan atas kecacatan sanad hadits tersebut.
4.     Hadits-Hadits shahih, akan tetapi bertentangan dengan hadits-hadits yang lebih kuat darinya.
5.     Hadits-Hadits yang mereka mengingkarinya atas kami, padahal di mereka pun ada. Sebagaimana hadits pergilirannya nabi saw. Atas istri-istrinya pada satu malam dengan satu kali mandi. Sebagaimana anda perhatikan mengenai hadits-hadits sifat, mereka mengingkari atas kami tentang riwayat-riwayat tersebut, padahal hadits-hadits tersebut memenuhi kitab-kitab mereka bahkan ulama-ulama mereka menshahihkannya. Sebagaimana hadits :
(وإن الأنبياء لم يورثوا درهما ولا دينارا ولكن ورثوا العلم).
Syiah memarahi Abu Bakar karena hujjahnya dengan hadits ini yang menjadi sebab ia tidak memberikan tanah fadak kepada Fatimah, bersamaan dengan itu mereka menshahihkan sanadnya sebagaimana diperbuat oleh Majlisy, Al-Kulainy, dll.
6.     Hadits-Hadits yang masyhur dan jalannya banyak, tetapi tidak shahih, seperti hadits :
7.     Hadits-Hadits yang mereka ubah redaksinya, seperti hadits
(تركت فيكم ما إن تمسكتم [به] لن تضلوا كتاب الله وعترتي).
Syiah rafidah merubah domir bihi dengan bihima.
8.     Kitab-kitab yang mereka rekayasa sendiri.

Celaan Syiah Terhadap Sahabat


Celaan Syiah Terhadap Sahabat
oleh : Deni Solehudin
 
Orang-Orang Rafidah berkeyakinan terhadap para sahabat sebagaimana ketidak ridaan orang-orang Yahudi terhadap para sahabat Nabi Musa dan sebagaimana ketidak ridaan orang-orang Nashrani terhadap para sahabat Nabi Isa. Mereka berani mencela para sahabat yang mulia dan mereka menempuh jalan terhadap para sahabat yang bukan jalannya orang-orang beriman. Mereka mempunyai celaan-celaan terhadap para sahabat baik secara umum maupun secara khusus seperti terhadap Abu Bakar, Umar, Utsman dan yang lainnya.
Di antara celaan mereka terhadap para sahabat secara umum adalah sebagai berikut :
1.    Mereka (Syiah) mengatakan bahwa para sahabat menyakiti perasaan Rasulullah saw. ketika meninggalkannya sendirian pada waktu shalat jum’at karena pada waktu itu datang kafilah dari Syam yang membawa rombongan hiburan dan perdagangan, kata mereka ini menjadi dalil bahwa para sahabat tidak sungguh-sungguh dalam beragama. (Mukhtashar tuhfah itsna asyariyah/272).
Mereka berdalil dengan ayat berikut :
#sŒÎ)ur (#÷rr&u ¸ot»pgÏB ÷rr& #·qølm; (#þqÒxÿR$# $pköŽs9Î) x8qä.ts?ur $VJͬ!$s% 4 ö@è% $tB yZÏã «!$# ׎öyz z`ÏiB Èqôg¯=9$# z`ÏBur Íot»yfÏnF9$# 4 ª!$#ur çŽöyz tûüÏ%꧍9$# ÇÊÊÈ  
dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: "Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan", dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki. (Al Jumu’ah : 11).





Orang-orang syiah dengan ayat ini mencela para sahabat, karena mereka lebih mengutamakan dunia daripada akhirat.

2.    Para Sahabat telah murtad sepeninggalnya Rasulullah saw. dengan sebab mereka menolak nash atas keimaman Ali malah mereka membai’at selainnya kecuali Salman Al-Farisy, Abu Dzar, Miqdad bin Aswad, Ammar bin Yaasir, Huzaifah bin Yaman, Abu Hutsaim bin Tihan, Sahl bin Hunaif, Ubadah bin Shamit, Abu Ayyub Al-Anshary, Khuzaimah bin Tsabit, dan Abu Sa’id Al-Khudriy. (lihat Al-Irsyad karya Mufid: 9; Haqqul Yaqin karya Abdullah Syabr: 215; Rijalul Kasyi: 12-13.
Al-Kulainy meriwayatkan dengan sanadnya sampai Abu Ja’far bahwasanya ia telah berkata : Orang-orang telah murtad setelah Nabi saw. kecuali tiga orang yaitu Miqdad, Salman, dan Abu Dzar. (Al Ushul minal Kafi riwayat no 341, 455(.
 Mereka juga menggunakan dalil yang dicatut dari kitab rujukan ahlus sunnah :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلاً ، ثُمَّ قَرَأَ - {كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ} وَأَوَّلُ مَنْ يُكْسَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبْرَاهِيمُ وَإِنَّ أُنَاسًا مِنْ أَصْحَابِي يُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ فَأَقُولُ أَصْحَابِي أَصْحَابِي فَيَقُولُ إِنَّهُمْ لَمْ يَزَالُوا مُرْتَدِّينَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ مُنْذُ فَارَقْتَهُمْ فَأَقُولُ كَمَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ {وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ} إِلَى قَوْلِهِ {الْحَكِيمُ}. صحيح البخاري ـ حسب ترقيم فتح الباري - (4 / 169)
dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah seraya bersabda: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian dikumpulkan menuju Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan masih berkulup (belum dikhitan), 'Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; Sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.' (Al Anbiyaa`: 104) kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya orang pertama yang diberi pakaian pada hari kiamat adalah Ibrahim 'Alaihis Salaam. Ketahuilah, sesungguhnya beberapa orang dari ummatku akan didatangkan lalu mereka diambil ke golongan kiri. Maka aku berkata: 'Wahai Rabb, itu sahabatku.' Dikatakan: 'Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka buat-buat sepeninggalmu.' Lalu aku mengucapkan seperti perkataan seorang hamba shalih: 'Aku menjadi saksi atas mereka selagi aku bersama mereka namun tatkala Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau Maha menyaksikan terhadap segala sesuatu. Jika Engkau siksa mereka maka sesungguhnya mereka adalah hambaMu.' (Al Maa`idah: 117-118) lalu dijawab: Mereka senantiasa kembali ke belakang (murtad) sejak kau tinggalkan mereka. (Shahih Bukhori: 4/169 no. 3349).
3.    Para sahabat tidak semuanya adil, mereka seperti halnya manusia yang lain ada yang adil, adil yang tidak diketahui keadaannya, ada yang munafik, dan ada juga yang melakukan bughat.
Sarafuddin Al-Musawy menyatakan :”Hanya karena Persabahatan saja, walaupun bagi kami ada keutamaan yang jelas, akan tetapi mereka tidaklah maksum. Maka sahabat seperti manusia lainnya di antara mereka ada yang adil, mereka adalah para pembesar dan ulama, di antara mereka ada yang bughat, ada para pendosa di kalangan orang-orang munafik, dan di antara mereka ada yang tidak diketahui keadaanya, dan ia akhirnya ia menyatakan: “sesungguhnya orisinalitas keadilan sahabat tidak ada dalilnya, jikalah mereka (ahlus sunnah) menelaah Al-Qur’an, pastilah mereka mendapatinya dipenuhi dengan penyebutan orang-orang munafik dan cukuplah di antaranya surat At-Taubah dan surat Al-Ahzab. (Al Fushul Al Muhimmat fi ta’lifil Ummat: 203; As Shohabat fi Nadharis Syiah Imamiyah karya Asad Haidar: 31-32).
            Murtadha Al-‘Askary menyatakan :”Tentang keadaan ‘adalah, kami memandang sesungguhnya sahabat itu di antara mereka ada yang beriman, adil, suka berbuat baik, taqwa. Mereka ialah yang dimaksud dengan pujian bagi mereka sebagaimana dalam qur’an dan hadits.  Selanjutnya ia menyatakan:” dan di antara mereka (sahabat) adalah orang-orang munafik yang keterlaluan dalam kemunafikannya, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. (Mukaddimah Mir’atul Uqul: 1/8).
4.    Para sahabat telah merubah Al-Qur’an dan menghilangkan darinya beberapa kalimat bahkan beberapa ayat. Sesungguhnya Al-Qur’an yang ada di kalangan syiah sebagaimana yang mereka sangka adalah  tiga kali lipat jumlahnya dibanding dengan Al-Qur’an yang ada, di dalamnya tidak ada satu huruf pun yang sesuai dengan Al-Qur’an (yang ada sekarang ini, pen) dan mereka menyangka sesungguhnya yang mengumpulkan Al-Qur’an sebagaimana diturunkan hanyalah Imam Ali. Dan barangsiapa yang mempunyai dakwaan selain itu maka ia adalah pendusta. Lihat Al-Kulainy, Al Usuhul Kafi: I/457).
 Dari Jabir dari Abu Ja’far as. sesungguhnya ia telah berkata :”Tidak ada seorang pun yang mampu mendakwakan bahwa di sisinya seluruh Al-Qur’an baik yang dhahir maupun yang bathin selain para washy. (Al-Kafi :I/441).
Orang-orang syiah telah mewarisi keyakinan yang naïf ini, dan mereka memegang teguh terhadapnya, dan menetapkan dalam karya-karya mereka dan menyanjungnya setinggi langit bahwasanya para ulama pendahulu berpegang teguh pada ini.
Al-Mufid dalam kitabnya Awailul Maqaalat menyatakan :”Imamiyah telah sepakat atas (keyakinan) kembalinya sebagian besar orang-orang yang mati ke dunia (inkarnasi) sebelum hari kiamat, dan mereka sepakat atas kemutlakan lafal bada’ pada sifat Allah ta’ala, dan mereka sepakat bahwasanya para imam yang sesat mereka (Abu Bakar, Umar, Utsman) telah menyalahi dalam hal penyusunan Al-Qur’an dan menyimpang dari perintah Allah dan sunnah Nabi saw. (Al Maqaalat: 48-49).
            Al-Kaasyani dalam mukaddimah kitabnya “tafsir As Shofy” setelah menyebutkan riwayat-riwayat yang menunjukkan adanya tahriful qur’an dan pengurangannya, dan bahwasanya sahabatlah yang menghilangkan manaqib ahli baet, dan kedatangan Ali ra kepada para sahabat dan mendesak mereka untuk mengamalkan Al-Qur’an yang ia kumpulkan dan mereka malah menyuruh Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan selain itu. Setelah itu Al-Kaasyani menyatakan :”Saya menyatakan bahwa faedah dari seluruh khobar ini dan riwayat-riwayat lainnya melalui jalan ahli baet alaihissalam bahwasanya Al-Qur’an tidaklah sempurna sebagaimana yang diturunkan kepada Muhammad saw dan keluarganya bahkan di antaranya ada yang berbeda, ada yang dirubah, diganti, dan yang paling banyak adalah yang dihilangkan semisal nama Ali as, lafal ali Muhammad saw. di antaranya juga nama-nama orang munafik, dan selainnya dan tidak sesuai dengan urutan sebagaimana yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya saw. (lihat As Shofi fi tafsiril Qur’an: I/32-33).
Kemudian ia menetapkan bahwasanya keyakinan adanya tahrif dalam Al-Qur’an bukan sesuatu yang dibuat-buat dari para ulama Imamiyah yang telah menetapkan adanya tahrif Al-Qur’an, bahkan ia menyebutkan sesungguhnya para ulama pendahulu mereka semisal Al-Kulainy, Al-Qumy, dan At Tabarisy benar-benar telah menyatakannya. (untuk menguatkan lihat Al-Qumy mengenai keyakinannya tentang tahriful qur’an dalam tafsirnya : I/10-11; Al-Ihtijaj karya At-Tabarisy: I/153; As-Shofi fi Tafsiril Qur’an: I/34).
5.    Sebagian besar dari mereka lari para hari zahfi dalam perang uhud dan hunain, dan lari dari medan perang termasuk dosa besar. (Mukhtashar at Tuhfah itsna asyariyah: 273; Tafsir As Shofi: I/691; Al-Qumy: I/287; Al-Mizan: 9/226).

6.    Mereka mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ فَارِسُ وَالرُّومُ أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ تَتَنَافَسُونَ ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ ثُمَّ تَنْطَلِقُونَ فِي مَسَاكِينِ الْمُهَاجِرِينَ فَتَجْعَلُونَ بَعْضَهُمْ عَلَى رِقَابِ بَعْضٍ
Telah menceritakan kepada kami Amru bin Sawwad Al Amiri telah mengkhabarkan kepada kami Abdullah bin Wahb telah mengkhabarkan kepadaku Amru bin Al Harits bahwa Bakr bin Sawadah telah menceritakan kepadanya bahwa Yazid bin Rabah Abu Firas maula Abdullah bin Amru bin Al Ash telah menceritakan kepadanya dari Abdullah bin Amru bin Al Ash dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: Apabila Persia dan Romawi telah ditaklukkan untuk kalian, maka akan menjadi kaum seperti apakah kalian? Abdurrahman bin Auf menjawab: Kami akan mengucap yang diperintahkan Allah kepada kami. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: Bukan sebaliknya?!, kalian saling berlomba-lomba, saling menghasud, saling memutuskan hubungan, saling marah-marahan, dan sejenisnya, kemudian kalian akan pergi ke tempat orang-orang miskin dari kaum muhajirin lalu menjadikan sebahagian mereka sebagai pemimpin bagi sebahagian yang lain. (Shahih Muslim : 7/183, no. 4596).
Orang syiah menyatakan hadits ini jelas menyatakan akan terjadinya di antara para sahabat yang saling berlomba-lomba, saling menghasud, saling memutuskan hubungan, saling marah-marahan, dan sejenisnya.
7.    Mereka para sahabat telah menyakiti Ali dan memeranginya. (Mukhtashar : 274).
Padahal Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa yang telah menyakiti Ali sungguh ia telah menyakitiku”. (Al-Hakim dalam Al-Mustadrak: 3/122).

Demikianlah sebagian keyakinan dan celaan-celaan orang-orang syiah yang keluar dari para pembesar dan ulamanya terhadap para sahabat nabi saw. yang sangat kontradiksi dengan keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah yang berusaha untuk meneladani mereka.