Search

Konsep Keautentikan


Konsep Keautentikan adalah upaya pencarian jati diri sebuah bangsa atau negara sesuai dengan kekayaan budaya masyarakat itu sendiri. Konsep ini pada akhirnya melahirkan sistem politik, ekonomi, dan sosial yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat itu sendiri walaupun dalam perjalanannya harus mengorbankan keautentikan individu demi kepentingan bersama.
Terlepas dari positip dan negatifnya, konsep ini melahirkan nasionalisme yang berakar pada ashobiyah atau fanatisme negara.

Di negara-negara yang notabene mayoritas penduduknya beragama Islam, khususnya Timur Tengah, Konsep Keautentikan muncul akibat ketidakpuasan nyata terhadap modernisasi dan kritik intelektual terhadap developmentalisme dan liberalisme.

Penggagas konsep keautentikan awal adalah Muhammad Iqbal seorang filosof dan penyair India pada awal abad ke-20 yang dipandang luas sebagai bapak intelektual Pakistan modern, ia berusaha menemukan apa yang autentik Timur tentang dirinya dan masyarakatnya yang berbeda dengan kekuatan budaya Barat yang dirasakannya menekan.

Penyebab lain munculnya konsep keautentikan di negara Islam adalah serbuan kemodernan dunia Barat yang mengakibatkan penjajahan di berbagai bidang di samping pencaplokan hak-hak kepemilikan, di antaranya penjajahan sosial budaya. Perubahan sosial sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari serbuan kekuatan Eropa telah menghancurkan tradisi. Pada tataran praktis, tuntutan akan keautentikan membentuk suatu respons terhadap seperangkat kondisi sosial akibat serangan modernisasi yang melanda seluruh dunia dewasa ini. Pada tataran intelektual, tuntutan itu merupakan jawaban terhadap ide-ide yang melandasi kebijakan modernisasi.

Upaya pencarian keautentikan di Timur Tengah nampaknya “dibantu” oleh kaum orientalis. Kaum orientalis menawarkan kepada dunia Timur ciri-ciri keautentikan mereka yang menuai kritik dari Edward Said yang mengatakan, tulisan-tulisan mereka mencitrakan Timur menurut rekaan mereka sendiri : mistis, sensual, kekal, despotis, eksotis, fasih, ramah, megah, tak rasional, dan sangat berbeda dengan Eropa. Orientalisme menurut Said, memperlebar jurang perbedaan antara Timur dan Barat; jurang yang hanya bisa dijembatani oleh kalangan orientalis sendiri.

Ide Keauntentikan, Timur dan Barat
Para penganjur konsep keautentikan di Timur dan Barat meninggalkan landasan yang dapat diterima secara universal. Pencarian keautentikan mempunyai bentuk sekular dan agamis. Aime Cesaire, penyair-dramawan Prancis dan politikus dari Martinique, dan Leopold senghor, presiden-penyair Senegal pada 1960-1981, mengajukan konsep negritude yang berlandaskan budaya, bukan iman. Julius Nyerere mencoba membangun kesamaan-kesamaan tradisi dengan menyodorkan sosialisme Afrika.

Di Timur Tengah, gerakan-gerakan Islam radikal telah mendominasi pembicaraan soal keautentikan. Keautentikan yang mereka maksud adalah Islam menurut persepsi mereka sendiri.

Betapapun berbeda hasil pencarian keautentikan antara Barat dan Timur, tetapi pemikiran keauntentikan memiliki karakteristik yang sama, di antaranya :
1. Pemikiran ini dimulai dengan pemahaman tentang diri sebagai sesuatu yang unik.
2. Aktivitas manusia melahirkan keragaman kondisi-kondisi yang melandasi individualitas manusia.
3. Pemikiran autentik menumbuhkan perlawanan terhadap kemodernan dan tradisi.
4. Pemikiran autentik bisa berubah menjadi individualisme radikal, subjektivitas kognitif, dan relativisme nilai.


Adakah keauntentikan Universal?
Usaha ke arah ini telah dicoba dibangun landasannya oleh Arkoun bagi penemuan kembali pengalaman Islam dengan suatu cara yang tidak menyisihkan orang atau kelompok manapun, dan ini berarti menumbuhkan toleransi dan demokrasi.

Dapatkah diterima keauntentikan universal ala Arkoun di atas oleh kalangan muslim lainnya?! Inilah yang menjadi problemnya. Wassalam.

1 comments:

This comment has been removed by the author.

Post a Comment