KAIFIYAT
SHALAT JENAZAH
Oleh : Deni Solehudin
A. Shalat
Jenazah Dengan Empat Kali Takbir
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ
قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى
فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ أَرْبَعًا
Telah menceritakan kepada kami
Isma'il berkata, telah menceritakan kepada saya Malik dari Ibnu Syihab dari
Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mengumumkan kematian An-Najasyi pada hari
kematiannya kemudian Beliau keluar menuju tempat shalat lalu Beliau membariskan
shaf kemudian takbir empat kali. (BUKHARI - 1168).
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ وَخَرَجَ بِهِمْ
إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ
Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari
Sa'id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu'alaihiwasallam mengumumkan kematian An-Najasyi, pada hari
kematiannya lalu Beliau keluar bersama mereka menuju tanah lapang kemudian
Beliau membariskan mereka dalam shaf lalu Beliau bertakbir empat kali".
(BUKHARI - 1247).
B. Bacaan-Bacaan
Shalat Jenazah.
1. Takbir
Pertama
Setelah
Takbir pertama bacaan shalat jenazah adalah ta’awudz, al-fatihah, surat, dan
shalawat.
Keterangan
:
a. Dalil
membaca ta’awudz adalah keumuman ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
"apabila
kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk. (16:98)
b.
Dalil
Membaca al-fatihah dan surat
عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ
: صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ عَلَى جِنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
وَسُورَةٍ وَجَهَرَ حَتَّى أَسْمَعَنَا فَلَمَّا فَرَغَ أَخَذْتُ بِيَدِهِ فَسَأَلْتُهُ
فَقَالَ : سُنَّةٌ وَحَقٌّ.
Dari Thalhah
bin Abdullah bin Auf ia berkata, “Saya shalat
jenazah di belakang Ibn Abbas, maka beliau membaca Al Fatihah dan surat dan
menjaharkannya sehingga terdengar oleh kami. Ketika selesai, saya memegang
tangan beliau dan bertanya kepadanya mengenai hal itu. Beliau menjawab, “itu adalah sunnah dan benar”. (HR. An Nasa’i dalam As-Sunanul Kubro, 2:448).
وَلِلْحَاكِمِ مِنْ طَرِيقِ اِبْنِ عَجْلَانَ أَنَّهُ سَمِعَ سَعِيدَ
بْنَ سَعِيدٍ يَقُول : صَلَّى اِبْنُ عَبَّاسٍ عَلَى جِنَازَةٍ فَجَهَرَ بِالْحَمْدِ
ثُمَّ قَالَ : إِنَّمَا جَهَرْت لِتَعْلَمُوا أَنَّهَا سُنَّةٌ .
Berdasarkan riwayat Al-Hakim melalui
jalan Ibn ‘Ajlan
sesungguhnya Sa’id bin Sa’id berkata : Ibnu Abbas shalat
jenazah dengan menjaharkan Al-fatihah, kemudian berkata, “Aku menjaharkan hanyalah supaya kamu
mengetahui bahwa pekerjaan itu adalah sunnah Nabi saw. (Tuhfatul Ahwadzy,
3:84).
c.
Dalil membaca shalawat
عَنِ الزُّهْرِىِّ قَالَ أَخْبَرَنِى أَبُو أُمَامَةَ بْنُ سَهْلٍ : أَنَّهُ
أَخْبَرَهُ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- : أَنَّ السُّنَّةَ
فِى الصَّلاَةِ عَلَى الْجَنَازَةِ أَنْ يُكَبِّرَ الإِمَامُ ، ثُمَّ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ
الْكِتَابِ بَعْدَ التَّكْبِيرَةِ الأُولَى سِرًّا فِى نَفْسِهِ ، ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَيُخْلِصُ الدُّعَاءَ لِلْجَنَازَةِ فِى التَّكْبِيرَاتِ
لاَ يَقْرَأُ فِى شَىْءٍ مِنْهُنَّ ، ثُمَّ يُسَلِّمُ سِرًّا فِى نَفْسِهِ.
Dari Imam Az
Zuhry ia berkata, “Abu Umamah bin
Sahl telah memberitahukan bahwasanya seseorang dari sahabat Nabi saw. telah
memberitahukannya, “Sesungguhnya
sunnah di dalam shalat jenazah itu hendaklah imam bertakbir kemudian membaca
Al-fatihah dengan sir setelah takbir pertama, lalu membaca shalawat atas Nabi
saw. Dan mengikhlaskan do’a untuk jenazah pada takbir-takbir
(yang tiga) dan tidak membaca surat apa pun pada ketiga takbir itu, kemudian
mengucapkan salam secara sir. (H.R. Baehaqie dalam As Sunanul Kubro, 4: 38;
Musnad As Syafi’i: 620).
2. Takbir Kedua
Membaca do’a
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ
وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ
وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ
الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ
وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ
"ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA
'AAFIHI WA'FU 'ANHU WA AKRIM NUZULAHU WA WASSI' MUDKHALAHU WAGHSILHU BILMAA`I
WATS TSALJI WAL BARADI WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA NAQQAITATS TSAUBAL
ABYADLA MINAD DANASI WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN
AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA ADKHILHUL JANNATA WA A'IDZHU MIN
'ADZAABIL QABRI AU MIN 'ADZAABIN NAAR (Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya,
kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia, muliakanlah tempat
kembalinya, lapangkan kuburnyak, bersihkanlah ia dengan air, salju dan air yang
sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagana Engkau telah
membersihkan pakaian putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya -di dunia-
dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah keluarganya -di dunia-
dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangan di dunia dengan yang lebih baik.
Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa
api neraka)." (MUSLIM - 1600)
3. Takbir Ketiga
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا
وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا
اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ
عَلَى الْإِسْلَامِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِيمَانِ
ALLAHUMMAGHFIRLI LIHAYYINA WA MAYYITINA WA SYAHIDINA
WA GHAIBINA WA SHAGHIRINA WA KABIRINA WA DZAKARINA WA UNTSANA (Ya Allah,
ampunilah orang yang masih hidup di antara kami dan orang yang sudah meninggal,
orang yang hadir di antara kami dan orang yang tidak hadir, orang yang masih
kecil di antara kami dan orang yang sudah tua, yang laki-laki dan yang
perempuan kami)
"ALLAHUMMA MAN AHYAITAHU MINNA FA AHYIHI
'ALAL ISLAM WAMAN TAWAFFAITAHU MINNA FA TAWAFFAHU 'LALA IMAN (Ya Allah, orang
yang Engkau hidupkan di antara kami maka hidupkanlah dia dalam (keadaan) Islam,
orang yang Engkau wafatkan dari kami, maka wafatkanlah mereka dalam keadaan
iman) . (TIRMIDZI - 945)
4. Takbir Keempat
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبُّهَا وَأَنْتَ خَلَقْتَهَا
وَأَنْتَ هَدَيْتَهَا لِلْإِسْلَامِ وَأَنْتَ قَبَضْتَ رُوحَهَا وَأَنْتَ أَعْلَمُ
بِسِرِّهَا وَعَلَانِيَتِهَا جِئْنَاكَ شُفَعَاءَ فَاغْفِرْ لَهُ
Ya Allah, engkau adalah Tuhan jenazah
tersebut, Engkau telah menciptakannya, dan Engkau telah memberinya petunjuk
untuk memeluk agama Islam, dan Engkau telah mencabut nyawanya, Engkau lebih
mengetahui terhadap rahasianya dan perkaranya yang nampak. (ABUDAUD - 2785)
5. Salam
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ ابْنِ عَقِيلٍ عَنْ مُحَمَّدِ ابْنِ الْحَنَفِيَّةِ
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا
التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abi
Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Ibnu 'Aqil dari
Muhammad bin Al Hanafiyyah dari Ali radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kunci shalat adalah bersuci, yang
mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di laur shalat) adalah takbir,
dan yang menghalalkannya kembali adalah salam." (Abu Dawud: 56; Baehaqie,
As Sunanul Kubro: 2: 15
عَنْ عَلْقَمَةَ وَالأَسْوَدِ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ : ثَلاَثُ خِلاَلٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَفْعَلُهُنَّ
تَرَكَهُنَّ النَّاسُ إِحْدَاهُنَّ التَّسْلِيمُ عَلَى الْجَنَازَةِ مِثْلَ التَّسْلِيمِ
فِى الصَّلاَةِ.
Dari Alqomah dan Al Aswad dari Abdullah (Ibn
Mas’ud) berkata, “Tiga perkara
yang dikerjakan oleh Rasulullah saw, tetapi ditinggalkan oleh manusia; di
antaranya salam pada shalat jenazah sebagaimana salam pada shalat-shalat
lainnya. (HR. Baehaqie dalam As Sunanul Kubro, 4:43 dan dalam Ma’rifah As Sunan
wal Atsar, 5: 305).
1 comments:
terimakasih gan, artikel yg bermanfaat
Post a Comment