Bacaan Basmalah Dalam Shalat, Apakah disirkan atau dijaharkan?
Deni Solehidin
Pertanyaan :
Baca bismillah ketika shalat bolehkah secara sir? Jadi ketika
menjadi imam di masjid dulunya saya pakai basmalah dan saya jaharkan. Tapi
sekarang setelah saya mendengar Rasul lebih sering secara sir, lalu saya
ikuti. Tapi sekarang saya dipermasalahkan, katanya tidak benar yang saya
lalukan, dan saya tidak diperbolehkan jadi imam. Mohon penjelasannya ustadz.
Paijo, Pematang Siantar
Jawaban :
Untuk permasalahan di atas, terdapat beberapa keterangan mengenai
bacaan basmalah baik dari yang berpendapat disirkan maupun yang
dijaharkan. Untuk pendapat yang disirkan diantaranya hadits
shahih yang bersumber dari Anas bin Malik sebagai berikut :
عَنْ
أَنَسٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dari Anas RA, dia berkata, "Saya pernah
shalat bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Ustman RA, dan saya tidak
mendengar seorangpun dari mereka yang membaca, 'Bismillahirrahmaanirrahiim' {Muslim
2/12}
زَادَ مُسْلِمٌ:
لَا يَذْكُرُونَ (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ
وَلَا فِي آخِرِهَا. وَفِي
رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنِ خُزَيْمَةَ: لَا يَجْهَرُونَ
بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ.- وَفِي أُخْرَى لِابْنِ خُزَيْمَةَ: كَانُوا يُسِرُّونَ. وَعَلَى هَذَا
يُحْمَلُ النَّفْيُ فِي رِوَايَةِ مُسْلِمٍ، خِلَافًا لِمَنْ أَعَلَّهَا.
Muslim menambahkan: ‘mereka tidak membaca
‘Bismilahirahmanirahim’ pada permulaan bacaan shalat dan tidak juga di
akhirnya. Di dalam riwayat Ahmad, An Nasa'i, dan Ibnu Khuzaimah yang sama bersumber
dari Anas disebutkan, “mereka tidak mengeraskan bacaan ‘Bismilahirahmanirahim’.
Secara mafhum difahami bahwa mereka bukannya tidak membacanya
sama sekali tetapi tidak membacanya secara jahr sebagaimana dalam riwayat Ibnu Khuzaimah dari Anas juga
disebutkan, ‘Mereka membacanya dengan sirr –tidak keras-. (Subulus Salam,
2/191).
Hadits ini merupakan dalil bagi mereka yang
mengatakan bahwa bacaan basmalah tidak dibaca dengan keras, baik pada awal
basmalah maupun pada ayat setelah basmalah, berdasarkan ungkapan hadits, 'dan
tidak pula di akhirnya. 'Yang maksudnya ialah bacaan Al-Qur'an setelah
bacaan surat Al-Fatihah. Dan mereka yang berpendapat bahwa basmalah dibaca pada
awal Al-Fatihah mengatakan bahwa maksud dari ungkapan mereka bertiga tidak mengeraskan
basmalah ialah mereka membaca dengan suara lirih, sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Ibnu Hajar (Subulus Salam, 2/192).
Namun menurut sumber yang sama yaitu dari Anas
bin Malik dan dari sahabat-sahabat yang lain yaitu di antaranya Abu Hurairah,
Ibn Umar, dan Ibn Abbas serta murid-muridnya yaitu Atho’, Thowus, Mujahid,
Sa’id bin Jubair dan Ikrimah, bahwa Rasulullah saw. membaca dan menjahrkan basmalah.
Sebagai berikut :
عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى
إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ثُمَّ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا
الْكَوْثَرُ فَقُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّهُ نَهْرٌ
وَعَدَنِيهِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ
عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ
الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي فَيَقُولُ مَا تَدْرِي
مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ
Dari Anas RA, dia berkata, "Pada suatu
hari Rasulullah SAW berada di antara kami, tiba-tiba beliau memejamkan mata
{seperti orang mengantuk}, kemudian beliau mengangkat kepalanya sambil
tersenyum, lalu kami bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang menyebabkan anda
tertawa?" Beliau menjawab, "Tadi telah turun ayat kepadaku." Kemudian
beliau membaca, "Bismillaahirrahmaanirrahiim, Innaa
a'thainaakal-kautsar, fa shalli li rabbika wanhar, innasyaani'aka huwal
abtar." {Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Sesungguhnya Kami memberikan kepadamu Al Kautsar. Maka dirikanlah
shalat kerena Tuhanmu dan berkurbanlah, sesungguhnya orang yang membencimu
adalah terputus dari rahmat Allah}. Kemudian beliau bertanya, "Tahukah
kamu apa Kautsar itu?" Kami menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui". Beliau bersabda, 'Al Kautsar adalah sebuah telaga yang
dijanjikan oleh Tuhan kepadaku yang berisi kenikmatan yang banyak sekali Itulah
yang didatangi oleh umatku pada hari kiamat, yang bejananya sebanyak hitungan
bintang. Kemudian ada umatku yang dilarang mendekatinya, lalu aku katakan, 'Ya
Tuhan! Sesungguhnya dia adalah umatku! Maka Allah menjawab, 'Kamu tidak tahu
bahwa mereka itu telah membuat ajaran baru sepeninggalmu {Muslim 2/12}
Hadits di atas, walau pun
dibacakan oleh Rasulullah saw. Bukan pada waktu shalat, tetapi menunjukkan
bahwa Rasulullah saw. Membaca basmalah untuk permulaan surah.
عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سُئِلَ أَنَسٌ كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَتْ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ } بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ { يَمُدُّ بِبِسْمِ اللَّهِ وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ
وَيَمُدُّ بِالرَّحِيمِ
dari Qatadah ia berkata; Anas pernah ditanya, "Bagaimankah bacaan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?" Ia pun menjawab, "Bacaan beliau
adalah panjang." Lalu ia pun membaca: "BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM."
Anas menjelaskan, "Beliau memanjangkan
bacaan, 'BISMILLAH' dan juga memanjangkan bacaan, 'ARRAHMAAN' serta bacaan,
'ARRAHIIM.'" (Bukhori, 6/241).
Hadits di atas secara sharih menunjukkan bahwa Anas mendengar bacaan
Rasulullah saw., yang berarti bacaan basmalah pun dijaharkan.
أَبُو سَلَمَةَ قَالَ: سَأَلْتُ
أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ: " أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، يَسْتَفْتِحُ بِالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، أَوْ: بِبِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ؟ فَقَالَ: إِنَّكَ لَتَسْأَلُنِي عَنْ شَيْءٍ مَا
أَحْفَظُهُ، وَمَا سَأَلَنِي عَنْهُ أَحَدٌ قَبْلَكَ، قُلْتُ: أَكَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي النَّعْلَيْنِ؟ قَالَ:
نَعَمْ "
Dari Abu
Salamah ia berkata, Saya bertanya kepada Anas bin Malik :”Apakah Rasulullah
saw. membuka dengan “Alhamdulillahirobbil ‘alamin” atau dengan "bismillaahirrahmaanirrahiim"
Anas menjawab:
Engkau bertanya mengenai sesuatu yang aku telah lupa, dan tidak ada yang
bertanya mengenai itu selain kamu. Kemudian saya bertanya lagi, “Apakah
Rasulullah saw. shalat dengan memakai kedua sandalnya? Anas Menjawab : Ya.
(Baehaqy dalam Ma’rifatus Sunan wal Atsar, 2/382).
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ
رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَفْتَتِحُ الصَّلاَةَ بِـ {بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}
Dari
Ibn Abbas ia berkata : Adalah Rasulullah saw. membuka shalat (membaca
Al-Fatihah) dengan "bismillaahirrahmaanirrahiim". (Sunan
Ad Daraqutny, 2/69).
عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ حَتَّى
إِذَا بَلَغَ { غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } فَقَالَ آمِينَ فَقَالَ النَّاسُ آمِينَ وَيَقُولُ كُلَّمَا
سَجَدَ اللَّهُ أَكْبَرُ وَإِذَا قَامَ مِنْ الْجُلُوسِ فِي الِاثْنَتَيْنِ قَالَ
اللَّهُ أَكْبَرُ وَإِذَا سَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي
لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
dari Nu'aim Al Mujmir dia
berkata; Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah kemudian dia membaca
"Bismillaahirrohmaanirrohiim, lalu membaca surat Al Fatihah hingga tatkala
telah sampai pada 'Ghairil Maghdlubi 'Alaihim Waladlaallin, (bukan orang-orang
yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang tersesat) dia mengucapkan
'Aamiin.' Orang-orangpun lalu mengucapkan Aamiin pula. Abu Hurairah juga
mengucapkan 'Allahu Akbar' setiap hendak sujud, dan bangun dari duduk tahiyyat
pertama. Setelah selesai salam, dia berkata; Demi jiwaku yang berada di
tangan-Nya, Aku adalah orang yang paling menyerupai Rasulullah
Shallallahu'alaihi wasallam dalam shalat.(Sunan An Nasai, 2/134;
Shahih Ibn Huzaimah, 1: 251; Shahih Ibn Hibban, 5: 104; Sunan Ad Daraqutny, 2:
72).
قَالَ نَافِعٌ،
عَنِ ابْنِ عُمَرَ: " إِنَّهُ كَانَ لَا يَدَعُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
لِأُمِّ الْقُرْآنِ، وَالسُّورَةِ الَّتِي بَعْدَهَا
Nafi’ mengatakan dari Ibn Umar bahwasanya ia
tidak pernah meninggalkan (membaca) "bismillaahirrahmaanirrahiim" untuk ummul Qur’an, dan untuk surat setelahnya.
(Al Baghowy dalam Sarhus Sunnah, 3/57).
عَنْ يَزِيدَ الْفَقِيرِ
أَنَّهُ: سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ، " قَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ، ثُمَّ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ، ثُمَّ قَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ،
Dari Yazid Al-Faqir sesungguhnya ia mendengar
Ibn Umar membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim", kemudian membaca Fatihatul Kitab, kemudian
membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim" (untuk surat setelahnya). (Baehaqy dalam Ma’rifatus Sunan wal
Atsar, 2/375).
عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ :
صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَجَهَرَ بِ ( بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ)
Dari Sa’id bin Abdurrahman bin Abza dari
bapaknya ia berkata, “Saya shalat di belakang Umar bin Khotob dan ia
menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim". (Baehaqy
dalam As Sunanul Kubro, 2/48 dan Ma’rifatus Sunan wal Atsar, 1/517).
أَنَّ أَبَا بَكْرِ بْنَ حَفْصِ بْنِ
عُمَرَ أَخْبَرَهُ , أَنَّ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ أَخْبَرَهُ , قَالَ: صَلَّى
مُعَاوِيَةُ بِالْمَدِينَةِ صَلَاةً فَجَهَرَ فِيهَا بِالْقِرَاءَةِ فَلَمْ
يَقْرَأْ {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1] لِأُمِّ
الْقُرْآنِ وَلَمْ يَقْرَأْهَا لِلسُّورَةِ الَّتِي بَعْدَهَا وَلَمْ يُكَبِّرْ
حِينَ يَهْوِي حَتَّى قَضَى تِلْكَ الصَّلَاةَ فَلَمَّا سَلَّمَ نَادَاهُ مَنْ
سَمِعَ ذَلِكَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ: يَا
مُعَاوِيَةُ أَسَرَقْتَ الصَّلَاةَ أَمْ نَسِيتَ قَالَ: فَلَمْ يُصَلِّ بَعْدَ
ذَلِكَ إِلَّا قَرَأَ {بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} [الفاتحة: 1]
لِأُمِّ الْقُرْآنِ وَلِلسُّورَةِ الَّتِي بَعْدَهَا وَكَبَّرَ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا
". كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ
…bahwasanya Abu Bakar bin hafs bin Umar telah memberi kabar,
bahwasanya Anas bin Malik telah memberi kabar ia berkata, “Muawiyah shalat di
Madinah dan menjaharkan bacaannya dan ia tidak membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim" (Al Fatihah
ayat 1) untuk ummul qur’an dan tidak membacanya untuk surat setelahnya dan
tidak mengucapkan takbir ketika hendak sujud sampai selesai shalat. Setelah
mengucapkan salam, mendengar seperti itu para sahabat dari Muhajirin dan Anshor
menyerunya dari tempatnya masing-masing, “Hai Muawiyah, Engkau telah mencuri
shalat atau lupa? Anas berkata, “maka Muawiyah setelah itu tidak shalat
melainkan membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim"(Al Fatihah
ayat 1) untuk ummul qur’an dan untuk surat setelahnya dan mengucapkan takbir
ketika hendak sujud. (Sunan Ad Daroqutny, 2/83, rawi-rawinya semuanya tsiqot).
عَنِ الْأَزْرَقِ بْنِ قَيْسٍ،
أَنَّهُ قَالَ: «صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ الزُّبَيْرِ، فَقَرَأَ فَجَهَرَ بِبِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ»
Dari Azraq bin qais bahwanya ia telah berkata, “Saya shalat di
belakang Ibn Zubair kemudian ia membaca dan menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim". (Sunan Al
Baehaqy Al Kubro, 2/49, dan Ma’rifatus Sunan wal Atsar, 2/376).
وَقَالَ
الشَّيْخُ أَحْمَدُ: وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، يَفْعَلُهُ،
وَكَانَ يُشَبَّهُ فِي حُسْنِ الصَّلَاةِ بِأَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، وَكَانَ
عَنْهُ أَخَذَهَا
Dan berkata
Syaikh Ahmad : Abdullah bin Zubair melakukannya dan dia dalam bagusnya shalat
menyerupai Abu Bakar dan ia mengambil (cara shalat) darinya. (Ma’rifatus Sunan
wal Atsar, 2/376).
عَنْ عَمَّارَةَ : أَنَّ عِكْرِمَةَ
كَانَ لَا يُصَلِّي خَلْفَ مَنْ لَا يَجْهَرُ بِ {بسم الله الرحمن الرحيم}.
Dari ‘Amarah, bahwasanya Ikrimah tidak mau shalat di belakang orang
yang tidak menjaharkan "bismillaahirrahmaanirrahiim". (Ma’rifatus
Sunan wal Atsar, 1/522).
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas dan
lain-lain keterangan yang tidak disebutkan di sini, kami lebih cenderung
memilih yang dijaharkan dengan beberapa alasan sebagai berikut :
1.
Hadits mensirkan dari Anas, telah bertentangan
dengan riwayatnya sendiri dan riwayat-riwayat yang lain.
2.
Riwayat dari Anas berbeda-beda, suatu waktu
meriwayatkan sir, di waktu yang lain meriwayatkan jahr, dan pada kesempatan
yang lain beliau lupa semuanya.
3.
Menjahrkan juga diriwayatkan oleh sahabat yang
lain dan mereka tidak saling menyalahi. Di antaranya riwayat Abu Hurairah
secara marfu’ dan mauquf. Sedangkan dia orang yang paling hafal dan sahabat
Nabi saw. yang datang belakangan. Keterangan lain bersumber dari perbuatan Ibn
umar, sedangkan dia dikenal dengan ta’assy-nya dalam mengikuti sunnah. Begitu juga riwayat
dari Ibnu Abbas.
4.
Selain para sahabat, menjaharkan juga diamalkan
oleh para tabi’in seperti Ikrimah dan Ibn Zubair.
5.
Bahwasanya basmalah merupakan ayat
pertama dari Al-Fatihah. Kalau terus menerus mensirkan, akan
mengakibatkan masyarakat awam akan meninggalkan basmalah. Maka barangsiapa yang
meninggalkan basmalah, ia telah meninggalkan satu ayat dari Al-Fatihah.
Barangsiapa yang meninggalkan satu ayat dari Al-Fatihah maka shalatnya batal,
berdasarkan sabda Rasulullah saw. “Tidak sah shalat, bagi yang tidak membaca
Al-Fatihah”.
Selain keterangan di atas, terdapat keterangan
yang menyatakan bahwa mengapa Rasulullah saw. mensirkan bacaan basmalah,
sebagai berikut :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ:كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، هَزِئَ مِنْهُ الْمُشْرِكُونَ، وَقَالُوا: مُحَمَّدٌ
يَذْكُرُ إِلَهَ الْيَمَامَةِ، وَكَانَ مُسَيْلِمَةُ يَتَسَمَّى الرَّحْمَنَ
فَلَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ أُمِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لا يَجْهَرَ بِهَا.
Dari Ibn Abbas ia berkata : Adalah Rasulullah saw.
ketika membaca “BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM”, orang-orang
musyrik memperolok-oloknya. Mereka mengatakan, “Muhammad menyebut-nyebut tuhan
Yamamah”, dan dia adalah Musailamah menamai dirinya ar rahman.
Ketika turun ayat {وَلاَ تَجْهَرْ
بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا}., Rasulullah saw.
diperintahkan untuk tidak menjahrkannya. (HR. Thobrani dalam Al Mu’jamul Kabir,
10/132; Mushonnaf Ibn Abi Syaibah, 2/441).
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, terdapat illat mengapa basmalah tidak
dijaharkan. Oleh karena illatnya sudah tidak ada, maka mengapa kita mesti
mensirkan bacaan basmalah, apalagi di depan makmum yang lebih suka
menjaharkan bacaan basmalah. Demikian Wallahu A’lam bis showab.