Penegak Kebenaran

Melatih diri untuk terus menuntut ilmu dan memberikan informasi yang sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi. Berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkan dengan harapan akan menjadi Penegak Kebenaran yang diridloi Allah SWT.

Pengusung Peradaban

Menjadikan madrasah, pesantren, dan tempat pendidikan lainnya sebagai tempat thalabul ilmi agar terbentuk generasi muda yang kuat, cerdas, dan taqkwa sehingga suatu saat dapat menjadi mujahid masa depan dan menjadi Pengusung Peradaban yang bermoral dan berakhlaq Islami.

Penerang Kegelapan

Bekerja keras untuk selalu mengamalkan dan mengimplementasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan lain sebagai salah satu kewajiban muslim dengan harapan dapat menjadi Penerang Kegelapan. Berbagi informasi dalam kebaikan dan takwa serta saling menasihati dalam kebenaran

Memperkuat Aqidah

Melatih generasi muda sedini mungkin melalui berbagai media pendidikan exact dan non-exact sebagai bekal hidup di masa depan untuk mewujudkan penjuang masa depan yang mandiri, kuat, disiplin, dan amanah.

Disiplin

Menyalurkan bakat dan mengembkangkan kemampuan generasi muda melalui berbagai kegiatan positif dengan harapan dapat tertanam sikap persaudaraan, persahabatan, dan disiplin.

Search

Showing posts with label Kajian Islam. Show all posts
Showing posts with label Kajian Islam. Show all posts

Kerjasama Perspektif Islam Konteks Ke-Indonesiaan

Agama Islam adalah agama rahmat. Sebagaimana al-Qur'an menyatakan bahwa Nabi saw. diutus sebagai rahmatan lil ’alamin.

Untuk mengejawantahkan cita-cita besar yaitu rahmatan lil ’alamin diperlukan kerjasama antara umat manusia tidak terbatas antar intern umat Islam tetapi dengan non muslim pun perlu dijalin demi cita-cita di atas.

Sejarah telah mencatat bagaimana interaksi sosial dan muamalah dengan orang-orang non muslim yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Rasulullah saw. sendiri pernah menerima hadiah dari raja/kepala suku kafir. Bahkan Rasul pun pernah memberi hadiah kepada mereka.

Dalam urusan muamalah, Rasulullah saw. selalu berbuat ihsan. Sejarah membuktikan bagaimana sikap ihsan yang dilakukan oleh Rasullah saw. terhadap musuh-musuh utamanya ketika beliau berhasil menaklukkan Makkah.

Rasulullah saw. pun pernah bertransaksi dengan seorang yahudi. Sebagaimana riwayat berikut ini :

Dari Aisyah r.a. (ia berkata): “Sesungguhnya Nabi saw. telah membeli makanan dari seorang Yahudi buat dibayar disatu waktu, dengan menggadaikan (memberikan jaminan) baju besi kepadanya.”[1]

Untuk keperluan makanan keluarganya, suatu hari Rasulullah saw. meminjam tiga puluh sha’ gandum kepada seorang Yahudi dari suku Aus yang bernama Abu Syahmi. Dalam satu riwayat si Yahudi tersebut menagih utang gandum tersebut kepada Rasul dan Rasulullah saw. memberikan baju besinya sebagai jaminan bagi utangnya.[2] Dalam riwayat lain baju besi Nabi tersebut masih tergadai sampai beliau meninggal dan akhirnya Abu Bakar menebusnya dan diberikan kepada Ali bin Abi Thalib.[3]

Berdasarkan riwayat ini, barangkali kita bertanya-tanya mengapa Rasulullah saw. tidak meminjam bahkan meminta kepada para sahabatnya? Atas pertanyaan ini Imam Nawawi memberikan beberapa alternatif jawaban yaitu:Rasulullah saw. berbuat demikian sebagai bayan (penjelasan) atas bolehnya bermuamalah dengan Yahudi.

Tidak ada makanan yang baik yang dibutuhkan oleh keluarganya kecuali ada pada si yahudi itu.
Para sahabat tidak akan berani mengambil jaminan dan menghargakannya. Oleh sebab itu, Rasul bertransaksi dengan Yahudi supaya tidak menyulitkan para sahabatnya.

Dengan jawaban di atas, menurut penulis, apapun yang dilakukan oleh Rasul pada dasarnya mengandung ta’lim dan tasyri. Ada poin-poin pelajaran dan pensyariatan yang ingin disampaikan oleh Rasulullah saw. yaitu tolong menolong tidak hanya dapat dilakukan dengan sesama muslim tetapi dengan non muslim pun bisa dilakukan.

Imam Bukhori menempatkan hadis di atas di dalam pokok bahasan jual beli, jaminan (rungguh/borgh), salam (pesanan), dan utang piutang, begitu juga imam-imam ahli hadis ternama mayoritas mereka menempatkan teks hadis di atas pada pokok bahasan muamalah. Menurut Abdul Kadir Hasan, dalam urusan mu’amalah agama Islam tidak memberi batasan-batasan tertentu, hanya agama melarang dalam kejadian-kejadian yang tetap, yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik, seperti menipu, memberatkan orang, memaksa dan menyusahkan orang. Dalam muamalah berlaku hadis ”Antum a’lamu biumuri dunyakum”.[4]

Menurut Imam Nawawi[5] dalam hadis di atas terdapat hukum diperbolehkannya muamalah dengan ahli dzimmah dan hukum tetapnya kepemilikan mereka terhadap harta benda mereka.

Imam as Syaukany[6] berpendapat bahwa hadis di atas merupakan dalil/ petunjuk atas: Pertama, disyariatkannya jaminan dalam utang piutang baik di waktu perjalanan ataupun di tempat sendiri. Kedua, dengan jelas hadis ini membolehkan kita kerjasama dengan non muslim sepanjang barang yang dipakai muamalah itu tidak haram.

Dalam sekup yang lebih besar setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad mengatur hubungan dengan berbagai lapisan masyarakat Madinah, dan merekamnya dalam suatu dokumentasi yang dicatat dalam sumber-sumber sejarah. Tujuan dokumentasi ini adalah untuk menjelaskan komitmen masing-masing kelompok di Madinah dengan memberikan batasan hak-hak dan kewajiban. Dalam sumber-sumber lama, dokumen ini disebut al-kitab dan ash shahifah. Penelitian modern menyebutkan ad-Dustur ’konstitusi’ atau al Watsiqah ’dokumen’.[7]

Dalam kitab Majmu’atul watsaiqis Siyasah hlm 41-47 dokumen itu memuat 47 klausul. Klausul 24 hingga 57 membicarakan perjanjian damai dengan Yahudi. Klausul 25-35 membicarakan hubungan antara orang-orang Yahudi dari Aus dan Khazraj. Klausul ini menjelaskan asal usul suku Arab mereka, dan membenarkan aliansi mereka dengan kalangan muslim : ”Yahudi Bani Aus adalah satu komunitas dengan orang-orang yang beriman.” Klausul 45, perjanjian melebar untuk meliputi sekutu-sekutu muslim dan Yahudi yang lain.[8]

Apabila diteliti dokumen itu di bangun atas dasar kerjasama untuk menegakkan keadilan, kesalehan, perdamaian, dan pertahanan bersama.

Konteks Ke-Indonesiaan
Tujuan pokok semua negara pada dasarnya bermuara pada terwujudnya negara aman, tentram, subur makmur, lohjinawi, toto tentrem, adem ayem. Yang dalam bahasa al-Qur’an adalah baldatun Thayyibatun wa rabbun ghabur.

Tujuan di atas seharusnya merupakan agenda bersama bagi semua kalangan agama, suku, etnis, maupun kelompok. Yang menjadi landasan terwujudnya cita-cita besar itu diperlukan suatu pedoman etika. Pedoman etika perlu digunakan menurut dan sesuai dengan konteks macam kegiatan dan organisasi.

Menurut Magnis Suseno, secara garis besarnya, etika dapat dilihat sebagai pedoman yang berisikan aturan-aturan baku yang mengatur tindakan-tindakan pelaku dalam sebuah profesi, yang dalam pedoman tersebut terserap prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai yang mendukung dan menjamin dilakukannya kegiatan profesi si pelaku sebagaimana seharusnya, sesuai dengan hak dan kewajibannya. Sehingga, peranannya dalam sesuatu struktur kegiatan adalah fungsional dalam memproses masukan menjadi keluaran yang bermutu.[9]

Dalam konteks ke-Indonesiaan, Masdar Hilmy berpandangan bahwa bagi bangsa Indonesia, adanya keragaman budaya merupakan kenyataan sosial yang sudah niscaya. Meski demikian, hal itu tidak secara otomatis diiringi dengan penerimaan yang positif pula. Bahkan, banyak fakta yang justru menunjukkan fenomena yang sebaliknya: keragaman budaya telah memberi sumbangan terbesar bagi munculnya ketegangan dan konflik. Sehingga, tak pelak modal sosial (social capital) itu justru menjadi kontraproduktif bagi penciptaan tatanan kehidupan berbangsa yang damai, harmoni dan toleran. Untuk itu, diperlukan upaya untuk menumbuhkembangkan kesadaran multikulturalisme agar potensi positif yang terkandung dalam keragaman tersebut dapat teraktualisasi secara benar dan tepat.[10]

Dalam hubungannya dengan dasar-dasar kerjasama dalam Islam, sebagaimana telah disebut pada bahasan sebelumnya, dengan maksud agar Islam menjadi rahmatan lil alamin, tidak hanya dirasakan mereka yang menganut Islam –dalam wilayah Republik Indonesia – perlu objektivikasi nilai Islam. Menurut Kuntowijoyo, yang dimaksud dengan objektivasi nilai Islam adalah elaborasi nilai-nilai internal Islam ke dalam kategori objektif.[11] Kata objektivikasi berpasangan dengan ’eksternalisasi’. Yang dimaksud dengan eksternalisasi adalah kegiatan-kegiatan konkritisasi dari nilai-nilai yang dihayati oleh seorang muslim secara internal.[12]

Eksternalisasi nilai-nilai keadilan yang berdimensi multikultural, misalnya, merupakan suatu agenda besar yang perlu senantiasa di dijalankan oleh semua komponen bangsa. Isu keadilan tidak hanya untuk kaum minoritas tetapi bagi mayoritas pun perlu ditegakkan. Bahkan bagi penganut faham multikultural seharusnya isu mayoritas-minoritas sudah tidak dipermasalahkan lagi karena sudah meruju ke Pedoman etika menurut dan sesuai dengan konteks macam kegiatan dan organisasi.


  • [1] Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shahihnya dalam tiga pokok pembahasan yaitu Kitab Jual Beli bab pembelian Nabi dengan ditangguhkan, hadis no. 2068, 2200, Bab jaminan dalam piutang, no. 2251, 2252; Kitab Piutang dan Penyelesaiannya, bab orang yang membeli dengan jalan utang, no. 2386; Kitab Jaminan (borgh) bab yang menjaminkan baju besinya, no. 2509, bab jaminan kepada Yahudi dan selainnya, no. 2513. (Penomoran hadis-hadis di atas berdasarkan Kitab Fathul Bary, adapun penomoran dalam CD al Mausu’ah adalah sebagai berikut: no. 1926, 1954, 2049, 2092, 2093, 2211, 2326, 2330). Imam muslim dalam shahihnya kitab masaaqot bab jaminan dan bolehnya dilakukan di tempat sendiri sebagaimana layaknya di perjalanan, hadis no. 3007, 3008, 3009. Imam Nasa’i dalam Sunannya Kitab Jual Belihadis no. 4530, 4571.
  • [2] Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Juz 3 hlm. 187.
  • [3]Ibnu Hajar Al Asqalany, Fathul Bary, (Beirut : Darul Fikr, 1999), Juz 5, hlm. 177
  • [4] A. Hassan, Soal Jawab (Bandung: CV. Dipenogoro, 1994), jilid 3 hlm.1202.
  • [5] Imam Nawawy, Syarah Muslim, (Cd Mausu’ah, ver 2, 2007), Juz 11 hlm 39-40
  • [6] Imam As Syaukany, Nailul Author (Beirut: Darul Fikr, 1990), jilid 3, hlm. 352
  • [7] Akram Dhiyauddin Umari, Madinah Society at the time of the prophet : Its Characteristics and organization; terj. Mun’im A. Sirry, cet. 2 (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 108.
  • [8] Ibid., hlm. 126.
  • [9] Magnis Suseno dalam Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 78
  • [10] Ibid.
  • [11] dalam Taufiq Nugroho, Pasang Surut Hubungan Islam dan Negara Pancasila (Yogyakarta: PADMA, 2003), hlm. 125
  • [12] Ibid.

Tip Mendapatkan Rahmat Allah

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah menciptakan seratus rahmat dan menyimpannya yang sembilan puluh sembilan untuk kelak penghuni surga. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapat rahmat tersebut baik di dunia maupun di akhirat. Amien

Diriwayatkan dari Abu Hurairah R.A. katanya: Rasulullah SAW pernah bersabda: "Neraka berdebat dengan Syurga, Neraka berkata: Aku akan dimasuki oleh orang yang zalim dan takabur (sombong). Syurga pula berkata: Aku akan dimasuki oleh orang yang lemah dan miskin. Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada Neraka: Kamu adalah siksaan-Ku. Aku akan menyiksa siapa saja yang Aku kehendaki melaluimu. Allah berfirman: Aku gunakan kamu untuk menimpakan bencana terhadap siapa saja yang Aku kehendaki. Allah berfirman pula kepada Syurga: Kamu adalah rahmat-Ku. Aku akan berikan rahmat Ku melalui kamu kepada siapa saja yang Aku kehendaki. Kedua-dua dari kamu Aku akan isi hingga penuh" (HR. Bukhori, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).

Surga adalah rahmat Allah. Amal seseorang tidak akan dapat memasukkannya ke surga. Jangankan kita, amal Rasulullah saw. pun tidak akan cukup untuk menjadi tiket ke surga. Hanya rahmat Allahlah yang akan memasukkan seseorang ke surga.

Bagaimana agar kita mendapat rahmat-Nya?
Ada delapan ayat Al-Qur'an yang menerangkan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan kita mendapat rahmat, yaitu:

1. Taat pada Allah dan Rasul-Nya.
"...dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat (Ali Imron: 132)"

2. Mengikuti Petunjuk Al-Qur'an dan Bertaqwa
"...dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, Maka ikutilah Dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Al An'am: 155)".

3. Mengikuti Nabi Muhammad SAW.
"...dan Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar Dia memberi peringatan kepadamu dan Mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat? (Al A'raf: 63)"

4. Memperhatikan bacaan Al-Qur'an
"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (7:204)".

5. Mendirikan shalat, menunaikan zakat
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. (24:56)".

6. Memohon ampun kepada Allah
"Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat". (27:46)".

7. Takut akan hari pembalasan
" Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat", (36:45)".

8. Silaturrahmi dan Berbuat Ishlah
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (49:10)".

Demikianlah…

Jin, Iblis, Syaitan, dan Alam Ghaib

A. Jin
Dalam Mu’jam mufrodat alfadil Qur’an[1] disebutkan, “Al Jinnu/ Jin” arti dasarnya adalah terhalangnya sesuatu dari panca indra; dikatakan :
جَنَّهُ اللَّيْلُ وَ اَجَنَّهُ
Gelap malam menghalanginya (dari melihat sesuatu), dan menyembunyikannya.
Dalam Al Qur’an Surat Al An’am ayat 6 ada kalimat :
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيلُ …
Artinya, “Ketika malam telah menjadi gelap …”.
Lailatul Jin maksudnya adalah malam yang gelap gulita, yang pada waktu itu Rasulullah kedatangan sekelompok jin.[2]
Al Jinnan adalah sebutan Rasulullah Saw. Untuk ular kecil.[3]

Menurut Ar Raghib[4]Jin disebutkan untuk dua segi yaitu :
Pertama, semua makhluk rohani yang tersembunyi dari panca indra manusia disebut jin.  Dengan pengertian ini, malaikat dan Setan-Setan  masuk di dalamnya. Maka, “setiap malaikat adalah jin dan tidak semua jin adalah malaikat”. Atas dasar itu, Abu Sholih mengatakan, “Malaikat adalah semuanya jin.
Kedua, jin adalah merupakan sebagian dari makhluk rohani. Dengan demikian, atas dasar pengertian ini makhluk rohani itu ada tiga macam yaitu :
  1. Akhyaarun, yang senantiasa berbuat baik yaitu para malaikat. 
  2. Asyrarun, yang senantiasa berbuat jahat yaitu Setan-Setan. 
  3. Akhyarun wa Asyrarun, yang kadang-kadang berbuat baik dan   kadang-kadang berbuat jahat. Mereka itulah adalah jin.
    Dari paparan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa jin dalam pengertian umum adalah semua yang tersembunyi/ tidak nampak. Dalam pengertian khusus  jin adalah makhluk Allah yang diciptakan dari api yang sangat panas[5], diberi tugas untuk beribadah kepada Allah SWT. sebagaimana halnya manusia.[6] Di antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir.  

    Untuk memahami lebih dalam tentang jin, di bawah ini adalah hadits-hadits Rasulullah yang berhubungan dengan jin. 

    bersambung..........


[1]               Ar Raghib Al Ashfahany : 96
[2]               Sunan Abu Dawud, hadits no. 84.
[3]               Sunan Abu Dawud, hadits no. 5251.
[4]               Ibid, 96
[5]               QS. Al Hijr: 27.
[6]               Adz dzariyat: 56.
[7]               Al Jami’us Shogir,  Juz I : 145. Fathul Bary, Juz 6 : 425.
[8]               Al Jami’us Shogir, Juz I : 5.

Awas Ada Setan

Ketika setan diusir dari surga dan dinyatakan sebagai penghuni utama neraka jahannam, maka tidak ada keperluan lain baginya terhadap kita, manusia kecuali bagaimana ia menjadikan kita sebagai teman setia yang akan menemaninya kelak di neraka. Dari situ, tepatlah Allah SWT. menyatakan bahwa netan itu adalah musuh yang nyata, musuh yang sebenar-benarnya.

Ada pepatah yang mengatakan "tak kenal maka tak sayang". Dengan setan, pepatah itu tidak berlaku. Dengan makhluk yang satu ini, yang berlaku adalah "tak kenal maka tak benci". Oleh sebab itu, jangan sampai tertipu oleh orang yang yang mengaku ahli menaklukkan jin padahal sebenarnya hamba jin, mengaku pemburu hantu, padahal ia sebenarnya adalah agen setan.

Setan adalah musuh yang militan. Ia akan menggunakan berbagai cara untuk menaklukkan lawannya. Serangan yang bertubi-tubi ia lancarkan tidak mampu dari depan maka dari belakang, tidak mampu dari belakang maka dari samping kanan, tidak mampu dari samping kanan maka dari samping kiri. Menghadapi musuh semacam itu, akan mampukah kita memenangkan pertempuran dengannya?

Untuk mengetahui hakikat sebenarnya tentang setan dan memenangkan pertempuran dengannya, maka kita harus mengetahui taktik, strategi, gerak gerik serta tipu dayanya. Untuk mengetahui hal itu tidak ada rujukan lain kecuali kepada pembawa risalah sebenarnya yaitu Rasulullah SAW. sang penakluk setan. Bagaimana kita dapat menaklukkan setan seperti Rasulullah?

Nantikan Jawabannya...

Peringatan Bagi Para Pendusta

"Mulutmu harimaumu" adalah salah satu ungkapan yang berhubungan dengan salah satu anggota badan kita, yaitu mulut. Mulut berkata "A" hati "B" itu dusta namanya, Bung, yang akan berakibat fatal bagi pelakunya.. hati-hatilah.

Dusta merupakan “ruh” dari kedzaliman. Dusta merupakan kebalikan dari “As Shidqu” (jujur). Dengan dusta orang bisa mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Dengan dusta dapat menyebabkan yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar, penjahat bisa jadi pahlawan dan pahlawan bisa jadi pengkhianat. Pada dasarnya dusta merupakan malapetaka bagi kehidupan manusia.

Menurut Majdi Assayid (1989: 21), dusta menyebabkan menusia menjadi sial dan naas, serta memancing murka dan laknat Allah SWT. Dan itu jelas merupakan bencana bagi manusia meskipun bencana itu datang pada waktu kemudian. Seseorang yang berdusta sebenarnya karena terdorong oleh kerendahan dirinya. Kalau ia berjiwa mulia maka dia tidak akan berdusta.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: "Allah tidak akan berkata-kata kepada tiga golongan manusia pada hari Kiamat, tidak membersihkan mereka dari dosa dan mereka akan diazab dengan azab siksa yang pedih. Mereka itu ialah seseorang yang mempunyai kelebihan air di Padang Sahara tetapi dia enggan memberikan air tersebut kepada musafir yang memerlukan. Seseorang yang menjual barang dagangan selepas waktu asar dan dia bersumpah dengan nama Allah yaitu sumpah bohong bahwa dia membeli barang tersebut dengan harga sekian-sekian menyebabkan pembeli mempercayainya sedangkan dia membelinya bukan dengan harga tersebut. Seseorang yang berikrar setia kepada seorang pemimpin karena tujuan keduniaan, sekiranya pemimpin berkenaan memenuhi permintaannya dia tetap setia dan jika tidak dia berpaling" (HR. Sab’ah).

Diriwayatkan pula dari Hakim bin Hizam r.a katanya: Dari Nabi s.a.w, beliau bersabda: "Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Sekiranya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang dijual belikan, mereka akan mendapat berkat dalam jual beli mereka. Sekiranya mereka menipu dan merahsiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang dijual belikan akan terhapus keberkatannya" (HR. Jama’ah).

Berdusta itu disebut biang laknat karena berdusta itu akan menjerumuskan pelakunya kepada perbuatan dosa. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. :

عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّه عَنْه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Dari Abu Wail dari Abdullah r.a.dari Nabi saw. katanya : “Sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing orang untuk berbuat baik dan kebaikan akan menunjukkan kepada surga. Sesungguhnya seorang yang membiasakan kejujuran sehingga ia dicatat (di sisi Allah) sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan pelakunya kepada kejahatan. Dan sesungguhnya kejahatan itu menunjukkan jalan ke neraka. Seseorang yang membiasakan diri untuk berbohong sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai tukang bohong. (Bukhori).

Ancaman Alloh bagi pendusta di antaranya dalam firman-Nya :
Artinya, “Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta (Q.S. Ali Imron (3) : 61). Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta (Q.S. Adz-Dzariyah : 10). Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta. (Q.S. 24: 7).

Masih mau berdusta….????

Kenapa Yahudi Dilaknat

YAHUDI dan NASHRANI

YAHUDI TEKUTUK, YAHUDI LAKNATULLAH, GO TO HELL, DLL
Itu teriakan lantang yang senantiasa didengung-dengungkan. Mengapa Yahudi dilaknat.. Apa yang menyebabkan mereka dilaknat. Jangan-jangan kita yang mencaci maki Yahudi seperti itu tetapi tingkah-laku kita dengan mereka tidak jauh berbeda. Maaf ! bukan berarti memvonis. Hal ini adalah salah satu yang dikhawatirkah oleh RasulullahSAW. :

“Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudriyyi r.a. katanya : Rasulullah saw. bersabda : “Kamu kelak akan mengikuti kelakuan orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga walaupun mereka masuk ke lubang biawak kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya : Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan Nashrani? Rasul menjawab : “Kalau bukan mereka, siapa lagi? (H.R. Bukhori, Muslim dan Ahmad).

Oleh sebab itu, apa yang menyebabkan mereka, Yahudi dan Nashrani dilaknat. Dalam Al Qur’an dijelaskan sebab-sebab mengapa mereka dilaknat oleh Allah yaitu :

a. Ingkar
Firman Allah :
Artinya : “Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. Dan setelah datang kepada mereka Al Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la`nat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu”. (Q.S. 2: 88-89)

b. Menyembunyikan Hak
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila`nati Allah dan dila`nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela`nati.” (Q.S. 2: 159).

c. Berdusta
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Siapa yang membantahmu tentang kisah `Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la`nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (Q.S. 3: 6).

d. Kafir setelah beriman
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim. Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya la`nat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) la`nat para malaikat dan manusia seluruhnya.” (Q.S. 3: 85-87).

e. Mempermainkan agama
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa`ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.” (Q.S. 4: 46).

f. Menyalahi perintah Allah
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merobah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat ma`siat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.” (Q.S. 4: 47).

g. Melanggar Janji
Firman Allah SWT. :
Artinya, “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. 5: 13).

h. Menghina Allah
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila`nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (Q.S. 5: 64).

i. Durhaka, melampaui batas.
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Telah dila`nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (Q.S. 5: 78).

j. Tidak mahu melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (Q.S. 5: 79).

k. Membuat kerusakan di muka bumi
Firman Allah SWT. :
Artinya, “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).” (Q.S. 13: 25).

l. Menjadikan Kuburan Nabi sebagai tempat ibadah

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّه عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسْجِدًا قَالَتْ وَلَوْلَا ذَلِكَ لَأَبْرَزُوا قَبْرَهُ غَيْرَ 
أَنِّي أَخْشَى أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا
 
Diriwayatkan dari Aisyah r.a katanya: Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w diserang sakit (parah) yang akhirnya (setelah itu) beliau meninggal dunia. Beliau pernah bersabda: Allah telah mengutuk orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah menjadikan kubur Nabi-nabi mereka sebagai masjid yaitu tempat sembahyang. Aisyah berkata: Jika tidak karena sabda Nabi tersebut pasti kuburan Rasulullah juga dijadikan masjid, hal itu pula yang aku takutkan (karena mereka tidak takut untuk menjadikan kuburan Nabi sebagai masjid). (Bukhori dan Muslim).

m. Banyak Berapologi/Alasan.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ بَلَغَ عُمَرَ أَنَّ سَمُرَةَ بَاعَ خَمْرًا فَقَالَ قَاتَلَ اللَّهُ سَمُرَةَ أَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ حُرِّمَتْ عَلَيْهِمُ الشُّحُومُ فَجَمَلُوهَا فَبَاعُوهَا (رواه مسلم)

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas katanya: Ada berita sampai ke Umar bahwa Samurah menjual arak, maka beliau berkata: Semoga Allah membinasakan Samurah. Adakah dia tidak tahu bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Semoga Allah melaknati orang Yahudi. Ketika diharamkan lemak bangkai kepada mereka, mereka beralasan lalu menjualnya”. (H.R. Muslim).

Propaganda Yahudi agar umat seluruh dunia khususnya umat Islam sangatlah gencar. Menurut Abu Al Ghifari (2002) sekurang-kurangnya ada tujuh perangkap Yahudi yang berusaha menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat, terutama masyarakat Indonesia yang mayoritas umat Islam. Tujuh perangkap yang dimaksud adalah : Food (merusak pola makan dan minum), Film (menguasai film, TV, dan media cetak), fashion of life style (gaya hidup berpakaian), free thinkers (berpikir bebas), financial (lembaga keuangan), faith (menghancurkan keimanan), dan friction (perpecahan).

Orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka sudah merasa senang kalau umat Islam tidak mengikuti agama mereka asalkan cara merasa, cara berpikir, dan bergaya hidup umat Islam seperti mereka. Biarkan umat Islam ber-KTP Islam bahkan mereka tersinggung apabila dipanggil Si Yahudi tetapi dalam pada itu memang kelakukannya seperti Yahudi. Naudzubillah.

Maka pantaslah orang-orang Yahudi ini dikatakan biang laknat.

Pendidikan Agama di Sekolah

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah dinyatakan bahwa salah satu tujuan pencapaian kemerdekaan bangsa Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Target ideal yang bernama pencerdasan tersebut merupakan bentuk idealisasi di dalam pengembangan peradaban dan kemajuan bangsa. Hal ini sangat jelas, terbingkai di dalam tujuan esensial yang ingin dicapai, yaitu menciptakan manusia seutuhnya, yang ciri utamanya adalah bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang beriman dan bertakwa merupakan kualitas keseimbangan yang menjadi substansi dari pengembangan pendidikan. Dengan begitu, proses pendidikan yang dilakukan–dalam konteks ini–dapat menjadi medium konkrit di dalam membentuk pribadi utuh yang mempunyai kualitas iman dan ketakwaan yang dinamis.


Di sinilah insan kamil, menurut Syamsul Arifin, akan menjadi idiom baru bagi terciptanya masyarakat beradab sebagai tonggak di dalam mewujudkan cita-cita umum masyarakat madani (civil society). Sebab, akar fundamental dari masyarakat madani pada hakikatnya bertumpu pada kesadaran elemen di dalamnya; untuk dan demi cita-cita besar menjadi bangsa terdidik dan menjunjung tinggi semangat keadaban, yang pada gilirannya akan mampu memunculkan satu prinsip terciptanya masyarakat berperadaban dengan memegang setinggi-tingginya nilai luhur kemanusiaan.

Nilai-nilai luhur itu mesti dibina dan dijaga serta dijalankan secara konsisten. Pengejawantahan nilai-nilai luhur tersebut terwujud dalam pendidikan agama yang diyakini akan mewujudkan cita-cita pembangunan yaitu pembangunan manusia seutuhnya. Manusia yang seimbang antara asupan jasmani dan asupan rohani. Oleh sebab itu, diperlukan acuan yuridis-formal dalam pengaturan pelaksanaannya.

Acuan yuridis-formal yang dimiliki tentang konsistensi dalam upaya pemaknaan dan pemberdayaan pendidikan juga di atur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dengan tegas memberikan tempat yang sangat terhormat terhadap pendidikan agama. Dalam pasal 37 ayat 1 dan 2 ditegaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi wajib memuat pendidikan agama.

Dalam penjabaran pasal 37 di atas, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 yang begitu ideal dan penuh harapan dari pendidikan agama ini. Betapa tidak, dalam pasal 5 dari ayat 3 s.d. 7 disebutkan bahwa: (3) Pendidikan agama mendorong peserta didik untuk taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (4) Pendidikan agama mewujudkan keharmonisan, kerukunan, dan rasa hormat diantara sesama pemeluk agama yang dianut dan terhadap pemeluk agama lain; (5) Pendidikan agama membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berperilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, kooperatif, tulus, dan bertanggung jawab; (6) Pendidikan agama menumbuhkan sikap kritis, inovatif, dan dinamis, sehingga menjadi pendorong peserta didik untuk memiliki kompetensi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga; (7) Pendidikan agama diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, mendorong kreativitas dan kemandirian, serta menumbuhkan motivasi untuk hidup sukses.

Idealisme yang tersirat maupun yang tersurat dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut telah menempatkan pendidikan (agama) sebagai salah satu piranti dan kekuatan utama di dalam proses pembentukan manusia seutuhnya; manusia yang selain memiliki kecerdasan intelektual, juga adab (moral, etika) yang kaffah serta sepiritual yang tinggi.

Sejauhmana idealisme itu dapat diwujudkan? dan sejauhmana pelaksanaan UU dan Peraturan itu dilaksanakan oleh dan terutama pembuatnya. Hal ini menuntut keseriusan dari berbagai pihak dalam mengimplementasikannya. Karena dengan upaya implementasi yang serius lambat laun cita-cita besar dari pendidikan agama itu akan terwujud dengan sendirinya. Hal ini menuntut keseriusan dan daya dobrak yang tinggi mulai dari pemerhati sampai pelaksana lapangan pendidikan Islam. Karena dengan UU dan Peraturan tersebut jika hasilnya tidak signifikan bahkan bangsa ini semakin bobrok dan tidak bermoral, ujung-ujungnya yang disalahkan adalah pendidikan agama terutama pendidikan agama Islam yang dicap tidak berhasil memberikan bekas pada moral bangsa ini.

Oleh karenanya, menurut Syamsul Arifin, pendidikan (Islam) pada gilirannya akan terasumsi tidak mampu lagi menjadi jembatan untuk mewujudkan keutuhan pribadi sekaligus memberikan jalan lempang bagi pembebasan diri dari belenggu nafsu hewaniyahnya. Artinya, pendidikan Agama (Islam) mengalami kegagalan di dalam penguatan nilai-nilai moral kemanusiaan. Akibatnya, keadaban (civility) dan kesadaran kreatif yang notabene merupakan ciri sejati dari civilize society yang secara substansial harus dibentuk melalui kekuatan pendidikan hanya menjadi mimpi yang kerontang. Pendidikan Agama kemudian bisa terpersepsi sebagai term mandul dan tidak kuasa dalam mengubah sikap eksklusif ke arah sikap baru yang inklusif.

Selanjutnya, keadaan seperti itu melenggangkan jalan bagi kaum sekuler untuk menolak Pendidikan Agama di sekolah-sekolah. Oleh sebab itu, perhatian yang mendalam dari berbagai pihak yang setuju akan pentingnya pendidikan agama harus benar-benar serius dalam mengawal pelaksanaan UU dan Peraturan tersebut demi terwujudnya tujuan pendidikan Islam yang akhirnya mengarah pada tujuan Islam sendiri yaitu rahmatan lil ’alamin. Di sisi lain, pelaksanaan dan penerapan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum masih kurang perhatian dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. Sebagai kasus di daerah yang notabene 95% muslim tetapi hampir lima puluh persen di sekolah-sekolah terutama sekolah dasar tidak ada guru agama yang secara khusus dan berkopetensi mengampu siswa-siswa tersebut, guru agama kadang dirangkap oleh guru olah raga atau guru lainnya. Pada kasus yang lain, di suatu sekolah terdapat guru agama yang diangkat langsung oleh

Pemerintah tetapi ia secara kompetensi belum memenuhi standar yang diharapkan, terutama faktor teladan. Jadi sekolah-sekolah umum, di samping jam pendidikan agama dirasa masih kurang, faktor lainnya adalah kurangnya pengawasan dari pihak terkait mengenai pelaksanaan di lapangan sehingga dekadensi moral semakin tidak terbendung.

Disinilah, letak dan peranan penting lembaga dan organisasi pendidikan Islam dan pendidik Islam dalam memajukan dan memacu implementasi cita-cita ideal dari pendidikan bangsa khususnya pendidikan agama Islam demi perkembangan kehidupan serta mewujudkan masyarakat yang berkualitas dan seimbang duniawi dan ukhrawi. Jika tidak, maka tamatlah pendidikan agama di sekolah-sekolah dan hancurlah bangsa ini. Wallahu A’lam

Konsep Kebenaran Perspektif Al-Qur’an

“Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.”
(Hakim-Hakim 21:25)

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.
(Q.S. Al-Baqarah 2: 147)


A. Pendahuluan
Istilah kebenaran telah menjadi perbincangan di antara mayoritas ahli filsafat dan para sarjana. Berbagai teori kebenaran berlanjut menjadi perdebatan. Sesuai dengan kenyataan atau fakta di lapangan, arti dari kata kebenaran secara umum merupakan perluasan dari kejujuran (honesty), kepercayaan (good faith), dan ketulusan (sincerity). Ada perbedaan klaim terhadap kebenaran dengan atas pertanyaan : apa yang mendasari/membuat kebenaran; bagaimana cara menggambarkan dan mengidentifikasi kebenaran; dan apakah kebenaran itu subjective, relative, objective, atau absolute.

Dasar yang sesuai untuk memutuskan bagaimana kata-kata, lambang, kepercayaan dan gagasan dipertimbangkan menjadi suatu yang benar, apakah oleh perorangan atau suatu keseluruhan masyarakat, ini adalah fokus utama yang menyangkut lima teori substantif yang akan dijelaskan di bawah. Baru-baru ini muncul " berkenaan dengan definisi teori kebenaran berdasar pada gagasan di mana aplikasi suatu istilah seperti benar bagi suatu statemen tidak menyatakan apapun yang penting tentang itu, tetapi label kebenaran adalah suatu alat ceramah yang digunakan untuk menyatakan persetujuan, untuk menekankan klaim, atau untuk membentuk jenis generalisation tertentu.

Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Untuk menjawab pertanyaan di atas setidaknya ada 5 teori besar untuk menjelaskan tentang hal ini.

1. Subjektivisme
Subjektivisme menyatakan bahwa kebenaran sesuatu hal adalah merupakan soal yang hanya mengenai seseorang yang bersangkutan. Sesuatu yang benar menurut saya, belum tentu benar menurut orang lain.

2. Realisme
Pandangan ini menyatakan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang memiliki wujud dalam realitas. Orang mungkin saja salah melihat karena keterbatasan inderanya, akan tetapi hal ini tidak akan menafikan keberadaan suatu benda yang benar-benar ada.

3. Pragmatisme
Pragmatisme mengatakan sesuatu dapat dikatakan benar, kalau keterangan/benda/hal itu sesuai dengan realitas yang diterangkannya. Kalau kita menyatakan bahwa bulan itu tidak mempunyai atmosfir, keterangan itu akan kita katakan benar, kalau keterangan itu sendiri sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya terdapat di sekeliling kita.

4. Teori Konsistensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan perkataan lain: Kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu.

5. Teori Konsensus

Teori Konsensus menyatakan kebenaran itu adalah apapun yang disetujui, atau dalam versi lain, mungkin datang untuk menjadi disetujui, yang ditetapkan oleh beberapa kelompok. Kelompok seperti itu boleh jadi meliputi semua manusia, atau beberapa orang dari suatu kelompok yang terdiri dari lebih dari satu orang.

Berangkat dari hal ini maka dapat kita katakan bahwa klaim kebenaran yang diusung oleh Filsafat cenderung bersifat subjektif. Kita akan mendapati kebenaran pada segala sesuatu sekaligus kebathilan pada segala sesutu itu tergantung sudut pandang dan siapa yang mengatakan. Karena kebenaran filsafat berangkat dari ragu dan ujungnya pun adalah keraguan. Oleh sebab itu Tuhan menurunkan wahyu kepada para nabinya untuk menyampaikan kebenaran, yang disebut dengan kebenaran agama.

B. Kebenaran Agama

Berbeda dengan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan, kebenaran agama ini berangkat dari keyakinan dan klaim bahwa kebenaran itu datang dari Tuhan melalui utusan-Nya. Para penganut agama mendapatkan suatu kebenaran dengan membaca kitab suci semisal al-Kitab dan al-Qur’an yang dibawa oleh nabinya.

Namun, setiap agama/aliran/mazhab mengklaim dirinya yang paling benar, dan yang lain sesat semua. Klaim ini kemudian melahirkan keyakinan yang biasa disebut doctrin of salvation (doktrin keselamatan), bahwa keselamatan atau pencerahan (enlightenment), atau sorga merupakan hak para pengikut agama/aliran/mazhab tertentu saja. Sedangkan, pemeluk agama/aliran/mahzab lain akan celaka, dan masuk neraka.

Di bawah ini salah satu contoh klaim kebenaran yang disampaikan oleh seorang Teolog terkemuka, Dr. Eddy Peter P., Ph.D pada Orasi Ilmiah Wisuda ke-2 STT Injili Philadelphia, berikut ringkasannya :
... Bagaimana agar kita tetap bertahan pada iman kita? Oleh sebab itu, malam ini saya mengajak Anda sekalian untuk “berjuang membela iman tradisional (murni) di era postmodernisme (To Contend for the Traditional Faith in Postmodern Era). Apa yang kita maksudkan dengan iman tradisional yang harus kita perjuangkan di sini? Yang saya maksudkan dengan the traditional faith di sini adalah sbb:

(1) The total, inerrant inspiration of Scripture by the Holy Spirit
(2) The virgin birth of Jesus Christ
(3) The absolute deity of Jesus Christ
(4) The salvation of the soul by the blood atonement of Jesus Christ
(5) The second coming of Jesus Christ

Pada malam ini kita akan membahas beberapa topik yang berhubungan dengan the traditional faith di atas, yaitu:

I. Mempertahankan Iman bahwa Alkitab adalah Kebenaran Mutlak
Alkitab adalah kebenaran mutlak dan otoritas final terkandung dalam doa Yesus untuk murid-murid-Nya, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran-Mu; Firman-Mu adalah kebenaran.” (Yohanes 17:17).

II. Mempertahankan Iman bahwa Kristus adalah Satu-Satunya Jalan dan Kebenaran
Ketika Yesus Kristus bersaksi dalam persidangan Diri-Nya, Ia berkata “Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Mendengar kesaksian Yesus Kristus ini Pilatus langsung bertanya, “Apakah kebenaran itu?” (Yohanes 18:37-38). Pilatus berdiri di depan Kebenaran, namun ia tidak mengenal kebenaran. Bahkan ia seakan telah memiliki kebenaran sehingga menjadi hakim bagi kebenaran. Kebenaran adalah Yesus sendiri. Suatu kali Yesus menjawab pertanyaan Tomas dan berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (Sorga), kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)

C. Kebenaran Perspektif al-Qur’an
Al-Qur’an telah diyakini sebagai wahyu dari Allah Yang Maha Benar, mengandung petunjuk untuk menusia. Diantara petunjuk yang disampaikan adalah petunjuk tentang kebenaran. Term benar dan kebenaran dalam terjemah tafsir DEPAG dalam bahasa al-Qur’an diwakili dengan lapadz al-Haq. Klaim kebenaran ada di mana-mana. Bagaimana al-Qur’an mengklaim kebenaran? Dalam makalah ini, penulis klasifikasikan konteks kebenaran (al-haq) dalam al-Qur’an, baik Makiyyah maupun Madaniyyah.

Menurut al-Qur’an, kebenaran bukanlah milik hawa nafsu, dan kalau kebenaran mengikuti hawa nafsu niscaya hancurlah bumi dan langit. Allah SWt. Berfirman :

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ

Artinya, ”Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.”

Hak berasal dari bahasa Arab. Dalam Kamus Kontemporer hak mengandung beberapa arti di antaranya sebagai berikut : tetap, benar, pasti, meyakini, mengetahui senyatanya, realitas, kenyataan, yang pasti yang benar, asli, otentik, riil, sungguh, sesungguhnya, kebenaran, fakta.

ويقال: أَحقَقْت الأَمر إِحقاقاً إِذا أَحكمته وصَحَّحته؛
وحَقَقْت الرجل وأَحَقَقْته إِذا أَتـيتَه؛ حكاه أَبو عبـيد.
وقال: حَقَقْت الرجل وأَحَقَقْته إِذا غلَبته علـى الـحقّ وأَثبَتَّه علـيه.

Sementara itu di dalam kitab Taj al-’Arus disebutkan :

وحَقَّ الشّيءَ : أَوجْبَهَ وأثبَتَه وصارَ عندَه حَقاً لا يَشُك فيه

وقالَ ابنُ درَيد : حَقَّ الأمْرُ يَحِقُّ حَقاً ويَحُقُّ : إِذا وَقَعَ بلا شَك وحَقَقْتُ الأمْرَ : إِذا تَحَققْته وتَيَقنته أي : وصرتَ منه عَلَى يَقِين حكاه أَبو عُبَيْدٍ .

Term Al-Haq dalam al-Qur’an dengan segala derivasinya muncul 287 kali. Di dalam surat-surat Makiyyah terdapat kurang lebih 197 dan sisanya 90 ayat adalah Madaniyyah.

Dalam surat-surat Makiyyah term hak lebih sering muncul dapat dimaklumi karena permulaan turun adalah kepada orang-orang Jahiliyyah yang sangat ingkar. Maka untuk meyakinkan mereka, Allah menegaskan bahwa al-Qur’an itu benar-benar wahyu dari Allah, Muhammad itu benar-benar utusan Allah, Janji Allah itu benar-benar akan dilaksanakan, kiamat benar-benar akan terjadi. Begitu juga dalam surat-surat Madaniyyah, term hak muncul untuk mengukuhkan dan menguatkan tentang kebenaran yang sebelumnya telah dibawa oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani, disamping untuk meyakinkan penduduk asli Madinah pada waktu itu.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini penulis sampaikan pokok-pokok bahasan dalam al-Qur’an yang berhubungan dengan term hak.

1. Dalam surat-surat Makiyyah :

a. Allah al-Haq

...Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

b. Kebenaran dari dan Kepunyaan Allah

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

c. Rasul membawa kebenaran :

… Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan."

d. Rasul adalah diutus dengan hak

Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokkan.

e. Yang dibawa muhammad adalah kebenaran

Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila." Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran.


f. Al qur’an adalah kebenaran dari Tuhan

Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Qur'an itu. Sesungguhnya (Al Qur'an) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.


g. Al qur’an membicarakan kebenaran

Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.


h. Benar kebalikan dari dusta, bathil.

Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" Mereka berkata: Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan daripadanya. Berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar." (Q.S. Yusuf: 51).


i. Hari berbangkit

Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata): "Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zalim

j. Pengingkaran haq

Dan Kami datangkan dari tiap-tiap umat seorang saksi, lalu Kami berkata "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu", maka tahulah mereka bahwasanya yang hak itu kepunyaan Allah dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan.

k. Haqqul Yakin

Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar kebenaran yang diyakini.

l. Kiamat

Kiamat disebut Al Haqqah karena hari kiamat benar-benar akan terjadi. Di dalam kitab Taj al-’Arus disebutkan : dinamai kiamat dengan Haqqah karena ia akan memberikan haknya kepada semua manusia baik amal yang baik maupun yang jelek. Tiap-tiap umat akan mendapatkan (hak) dari hasil amalnya masing-masing.

2. Hak dalam Ayat-Ayat Madaniyyah

a. Allah al Haq

Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?

Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala suatu.

b. Menetapkan yang hak, adalah hak pereogatif Allah

agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.

c. Allah yang menunjukkan kepada Kebenaran

Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang menunjuki kepada kebenaran?" Katakanlah: "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran"....

d. Mengokohkan hak adalah ketetapan Allah

Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai (nya).

e. Jangan ragu-ragu bahwa hak itu datang sari Tuhanmu

Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.

f. Mencampuradukkan yang hak dan bathil

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.

g. Konteks untuk Yahudi dan Nashrani

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?

h. Ahli Kitab melampaui batas kebenaran

Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

i. Ahli Kitab yang sebenarnya

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w.)

Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh?"

j. Al-Qur’an adalah kebenaran

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur'an yang diturunkan Allah", mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Qur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Qur'an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"


k. Muhammad membawa kebenaran

Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.


l. Kebenaran dari Allah

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.


m. Al Kitab membawa kebenaran

Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.


n. Rasul diutus dengan membawa kebenaran dari Tuhan

Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.


o. Muhamad adalah benar-benar Rasul

Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan keterangan-keteranganpun telah datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim.

p. Agama Haq

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.

q. Persangkaan yang salah terhadap hak

Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

r. Yang Benar-Benar Hak

Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.


D. Kalam Khobari dan kalam Insya’i
Salah satu kemukjizatan al-Qur’an terletak pada susunan kalimatnya. Bentuk-bentuk penggambaran yang disampaikan al-Qur’an dari masing-masing kata dan kalimat mengandung arti yang dalam. Abu Zaid mengatakan :

Al-Qur’an adalah laut, pantainya adalah ilmu-ilmu kulit dan cangkang, dan kedalamannya adalah lapisan tertinggi dari ilmu-ilmu inti. Di pantai hanya ada beberapa cangkang kosong dan pasir, sementara lautan penuh dengan permata dan mutiara. Semakin dalam gelombang lautan diselami, semakin banyak permata dan mutiara yang dapat diperoleh. Pembaca yang tenggelam dalam bacaannya, yang memberikan perhatiannya pada bagaimana menyampaikan, dan pada ilmu-ilmu kulit dan cangkang saja, sebenarnya, sebenarnya hanya berputar-putar di pantai saja tanpa menemukan apapun.

Allah Swt. melalui Al-Qur’an memberitakan kepada kita tentang konsep-konsep kebenaran. Umat Islam tidak meragukan lagi bahwa Kebenaran datang dan bersumber dari Yang Maha Benar. Mutiara yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut menghendaki kita untuk mewujudkan kebenaran dalam aktivitas sehari-hari. Orang-orang Yahudi dan Nashrani mereka mempunyai kebenaran namun oleh mereka dicampuradukkan dengan kebathilan, kemudian Allah melarang mereka melakukan yang demikian. Ayat-ayat tersebut merupakan berita (khabar) kepada kita bagaimana perbuatan mereka. Tetapi sekaligus merupakan peringatan dan perintah kepada kita untuk tidak seperti mereka. Dengan demikian jika di antara umat Islam seperti mereka bukan umat Islam namanya.

Demikian juga ayat-ayat yang lain, pada hakikatnya dualisme makna ayat al-Qur’an selalu mengiringi teks-teks tersebut. Ada makna dhahir ada makna bathin, ada kulit ada isi, ada konsep ada praktek, ada khabar ada insyai. Oleh karena itu, satu lapadz khobari harus dimaknai juga sebagai insyai.


Daftar Pustaka

  1. Abu Zaid, Nashr Hamid. Mafhum al-Nas, Tekstualitas al-Qur’an ; terj. Khoiron Nahdliyyin (Yogyakarta: LkiS, 2005), 349.
  2. Al-Husaini, Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq. Taj al-’Arus min jawahir al-Qamus Juz 1 hal 6251, dalam http://www.alwarraq.com
  3. Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer : Arab Indonesia (Yogyakarta, Multi Karya Grafika, 1998).
  4. DEPAG, Al-Qur’an dan Terjemahnya
  5. Habermas, Jürgen, Knowledge and Human Interests (English translation, 1972). dalam wikipedia.com.
  6. Ibn Mukarram, Muhammad. Lisan al-Arab (Beirut, Dar Shadir, t.t.)
  7. Malik Thoha, Anis. Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis (Jakarta: Penerbit Perspektif, 2005).
  8. Merriam-Webster’s Online Dictionary, Truth, 2005
  9. Michael Williams, Encyclopedia of Philosophy, Supp., "Truth", (Macmillan, 1996), and Field, Hartry, Truth and the Absence of Fact (2001).
  10. Saefuddin Anshari, Endang. Ilmu, Filsafat dan Agama (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1991).
  11. Trueblood, David. Philosophy of Religion : Filsafat Agama, terj. Prof. Dr. H.M. Rasyidi (Jakarta, Bulan Bintang, 1965).

Sejarah Mongol Islam

A. Pendahuluan


Setiap bangsa pastilah memiliki sejarah masa lalunya, beserta hasil beradaban pada masa itu. Sebagaimana dengan peradaban-peradaban di dunia, Bangsa Mongol pun memiliki kekayaan sejarah dan kebudayaan yang tidak ternilai sumbangannya terhadap peradaban dunia, pada umumnya dan Islam pada khususnya. Dalam khazanah pengetahuan sejarah, Bangsa Mongol mulai muncul pada akhir abad XII dan awal abad XIII.

Menurut Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto, Masa Mongol dalam sejarah kebudayaan Islam dimulai sejak jatuhnya Bagdad pada tahun 656 H/1258 M sampai masuknya tentara Usmani ke Mesir kemudian menguasai Afrika Utara, Jazirah Arab, Siria pada tahun 1517 M di bawah pimpinan sultan Salim.

Sejarah Kekaisaran Bangsa Mongol tidak terlepas dari peran dan pengaruh Jengis Khan. Oleh sebab itu Michael J. Hart menempatkannya pada urutan ke-21 dari 100 tokoh terkemuka. Ghengis Khan, juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, dll, nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (sek. 1162 - 18 Agustus 1227) adalah khan Mongol dan ketua militer yang menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia. Dan selanjutnya keturunannya meluaskan penguasaan Mongolia menjadi kekaisaran terluas dalam sejarah manusia. Dia merupakan kakek Kubilai Khan, pemerintah Tiongkok bagi Dinasti Yuan di China.

Begitu luas kekuasaan Bangsa Mongol, yang kurang lebih tiga abad menguasai sebagian besar daratan Asia dan Eropa sebelum dan sesudah bersentuhan dengan Islam. Oleh sebab itu, penulis akan membatasi dalam makalah ini yaitu mengkaji fakta-fakta yang terjadi di tengah-tengah dinasti-dinasti Islam keturunan Chengis; Chaghtai, Golden Horde>, dan Ilkhan.

1. Asal Usul Bangsa Mongol

Ada beberapa versi mengenai asal usul bangsa Mongol, dalam buku Ensiklopedi Islam disebutkan Mongol adalah sebuah bangsa yang berasal dari pedalaman Siberian yang datang dari arah utara menuju ke wilayah Mongolia. Mereka menamakan dirinya sendiri sebagai “putra srigala berbulu hijau” dan sebagai “rusa tak bertanduk”, dan kehidupan mereka ibarat kehidupan binatang[4]. Dalam versi lain dikatakan Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar.[5]

Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan hangsa Turki dan China yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.[6]

2. Kehancuran Baghdad; kemunculan Mongol
Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi jalan-jalan, parit-parit dan lapangan-lapangan. Di sekitarnya bangunan-bangunan megah dan indah banyak yang tinggal puing-puing dan rerontokan. Asap masih mengepul dari bangunan-bangunan yang dibakar. Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala ribuan manusia dan kemudian memisahkan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu menurut kelompok: kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu dari yang lain. Sungai Dajlah atau Tigris berubah menjadi hitam disebabkan tinta ribuan manuskrip yang dilempar ke dalamnya. Perpustakaan, rumah sakit, mesjid, madrasah, tempat pemandian dan rumah para bangsawan, toko dan rumah makan –semuanya dihancurkan.

Demikianlah, kota yang selama beberapa abad menjadi pusat terbesar peradaban Islam itupun musnah dalam sekejap mata. Setelah puas, pasukan penakluk itupun bersiap-siap pergi tanpa penyesalan sedikitpun. Mereka kini hanya sibuk mengumpulkan barang-barang jarahan yang berharga: timbunan perhiasan yang tak ternilai harganya, berkilo-kilo batangan emas dan uang dinar, batu permata, intan berlian – semua dimasukkan ke dalam ratusan karung dan kemudian diangkut dalam iringan gerobak dan kereta yang sangat panjang.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.

Di antara catatan sejarah mengenai kebiadaban orang-orang Mongol ialah catatan sejarawan terkemuka Ibnu ‘Athir (w. 1231 M) dan ahli Geografi Yaqut al-Hamawi (w.1229 ). Menurut mereka, tokoh-tokoh muslim terkemuka, amir, panglima perang, tabib, ulama, budayawan, ilmuan, cendekiawan, ahli ekonomi dan politik, serta saudagar kaya – tewas dalam keadaan mengenaskan. Kepala mereka dipenggal, dipisahkan dari badan, karena khawatir ada yang masih hidup dan berpura-pura mati.[7]

3. Latar Belakang Penyerbuan ke Wilayah Muslim

Pada tahun 1255, Hulagu dikirim oleh saudaranya Mongke, The Great Khan (1251-1258) untuk menaklukan wilayah yang dikuasai kaum muslimin di Timur Tengah, dan memerintahkan kepadanya agar tidak menghancurkan setiap daerah yang menyerah tetapi sebaliknya membumihanguskan setiap daerah yang memberikan perlawanan.

Hulagu merencanakan akan menaklukkan wilayah muslim Lurs (di daerah Iran), kemudian menumpas sekte Hashashin, menaklukkan kekhalifahan Abbasiyyah di Baghdad, menaklukkan kekhalifahan Ayyubi di Syria dan terakhir menundukkan kekhalifahan Mameluk di Mesir.

Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi mengapa Hulagu sangat bernafsu menaklukkan wilayah muslim dan kejam setiap kali dia berhasil menguasainya, yaitu : Ibu Hulagu, istri dan sahabat dekatnya, Kitbuqa termasuk kristen fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang Islam. Juga para penasehatnya banyak yang berasal dari Persia yang memang berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad sebelumnya ketika persia ditaklukan oleh pasukan muslim pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

B. Kekaisaran Mongol Pasca Jengis khan dan Pengaruhnya dalam Perkembangan Islam
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang putranya, yaitu Juchi, Chagathai, Ogotai, dan Tuli. Dari keempat orang itu, muncul dinasti-dinasti yang secara langsung berpengaruh dalam memberikan warna dalam perkembangan Islam di semenjung Mongolia. Diantara dinasti-dinasti tersebut ialah Dinasti Chaghatai, Dinasti Golden Horde>, dan Dinasti Ilkhan.[8]

1. DINASTI CHAGHTAI (1227-1369 M).

Dinasti Chaghatai terdiri dari wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Chaghatai Khan (ejaan alternative : Chagata, Chagta, Djagatai, Jagatai).[9]Chaghatai (w. 1242) merupakan anak ke-2 dari Jengis Khan yang diberi wilayah kekaisan Mongol yang membentang dari sungai Illi (sekarang bagian timur Kazakhstan) dan Kashgaria (sebelah barat Tarim Basin) sampai Transoxiana (Uzbekisthan dan Turkmenistan). Setelah ayahnya meninggal, ia mewarisi lebih dari apa yang sekarang disebut lima Negara Asia Tengah dan Iran Utara.[10] Chaghtai sangat taat kepada UUD Mongol dan membenci dengan aturan Islam dan membenci Umat Islam. Tetapi walau pun demikian, dalam pemerintahannya ia mempunyai seorang menteri muslim yang bernama Qutub al Din Habs, yang dikemudian hari mempunyai peranan dalam perkembangan Islam di wilayah ini. Menurut Bosworth, daerah kekuasaan dinasti Chagatai membentang ke timur dari Transoxania sampai Turkistan Timur atau Turkistan China.Cabang barat keturunan Chagatai di Transoxania segera masuk dalam lingkungan pengaruh Islam, namun ditumbangkan oleh Timur, Cabang timur di Semirechye dan Illi serta T’ien Syan di Tarim, lebih tahan terhadap Islam. Namun, keturunan Chagatai di Timur pada akhirnya membantu menyebarkan Islam di Turkistan China, dan mereka bertahan sampai abad XVII M.[11] Atas nama Chagtai, dinasti yang berkembang dan dikendalikan oleh keturunannya, disebut Dinasti Chaghtai yang hampir 150 tahun (1227-1369 M) berkuasa di Tsansoxiana sebagai basis daerah politik mereka. Dinasti-dinasti Chagtai setelah meninggalnya Chaghtai secara turun temurun menurut M. Abdul Karim[12] adalah sebagai berikut :

a. Kara Hulegu (1241-1248).
b. Ishu Mongguki (1248-1251).
c. Kara Hulegu (1251).
d. Orghana (Janda Kara) (1251-1266).[13]
e. Mubarak Syah (1266).[14]
f. Buraq Khan (1266-1271).
g. Nik Pay (1271).
h. Buka Timur (1282).
i. Dua Khan (1307)
j. Ishen Bukay (1309-1318).
k. Khan kabag (1318-1326).
l. Therma Shirrin (1326-1334).[15]
m. Sebanyak 17 orang Chaghatai berkuasa (1334-1369).
n. Tura (1364), boneka Timur Leng.
o. Timur Leng

Yang menarik dari dinasti di atas, adalah dinasti Timur. Karena ibunya berdarah Chaghtai dan ia juga sebagai penyambung dinasti tersebut di samping bapaknya adalah darah keturunan Turki. Karena Timur dipandang yang mempertahankan, memajukan, dan menerapkan syariat Islam di kalangan Chaghtai Islam, maka berikut secara khusus dijelaskan tentangnya secara singkat :

Tamerlane (1336 – 14 Februari 1405) (Bahasa Turki Chagatai: تیمور Tēmōr, "besi"), juga dikenal sebagai Temur, Timur Lenk, Taimur, atau Timuri Leng, yang
artinya Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir adalah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol dari wilayah Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di Rusia selatan dan Persia


Timur[16] Monumen Timur Lenk di Samarkand, Uzbekistan

Kehidupan awal
Timur dilahirkan di Kesh (kini bernama Shahr-i-Sabz, 'kota hijau'), yang terletak sekitar 50 mil di sebelah selatan kota Samarkand di Uzbekistan. Ayahnya bernama Turghai yang merupakan ketua kaum Barlas. Ia adalah cicit dari Karachar Nevian (menteri dari Chagatai Khan, yaitu anak Jenghis Khan sekaligus komandan pasukan tempurnya), dan Karachar terkenal di antara kaumnya sebagai yang pertama memeluk agama Islam. Turghai mungkin saja mewarisi pangkat yang tinggi di ketentaraan; tetapi seperti ayahnya Burkul, ia menggemari kehidupan beragama dan belajar.

Di bawah bimbingan yang baik, Timur ketika berusia dua puluh tahun bukan saja mahir dalam kegiatan-kegiatan luar ruangan, tetapi juga mempunyai reputasi sebagai pembaca Al-Qur’an yang tekun.[17]

Serangan-Serangan Timur Lenk
Timur Lenk merupakan keturunan Mongol yang sudah masuk Islam, dimana sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Dia berhasil menaklukkan Tughluk Temur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga melawan Amir Hussain (iparnya sendiri). Dan dia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagati dan Turunan Jengis Khan. Timur Lenk adalah seorang yang sangat ambisius, merasa dirinya sangat kuat dan ingin menguasai seluruh dunia seperti Chengis Khan dan Alexander Agung. Ia pernah berkata, ”Penguasa Tunggal di angkasa adalah Allah dan bumi pun hanya ada seorang penguasa tunggal, dan dia adalah saya, Timur Lenk”.[18]

Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang.

Sejak usia masih sangat muda, keberanian dan keperkasaannya yang luar biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda binal yang sulit ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar. Sewaktu berumur 12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan menunjukkan kehebatan dan keberanian yang mengangkat dan mengharumkan namanya di kalangan bangsanya. Akan tetapi, baru setelah ayahnya meninggal, sejarah keperkasaannya bermula setelah Jagatai wafat, masing-masing Amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur Lenk mengabdikan diri pada Gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan Ketika Qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Temur Khan, pemimpin Moghulistan, yang menjarah dan menduduki Transoxiana. Timur Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang tertindas. Tughluq Temur setelah melihat keberanian dan kehebatan Timur, menawarkan kepadanya jabatan gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran itu diterima. Akan tetapi, setahun setelah Timur Lenk diangkat menjadi gubernur, tahun 1361 M, Tughluq Temur mengangkat puteranya, Ilyas Khoja menjadi gubernur Samarkand dan Timur Lenk menjadi wazirya. Tentu saja Timur Lenk menjadi berang. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan, Amir Husain, mengangkat senjata memberontak terhadap Tughluq Temur.

Timur Lenk berhasil mengalahkan Tughluq Temur dan Ilyas Khoja. Keduanya dibinasakan dalam pertempuran. Ambisi Timur Lenk untuk menjadi raja besar segera muncul. Karena ambisi itulah ia kemudian berbalik memaklumkan perang melawan Amir Husain, walaupun iparnya sendiri. Dalam pertempuran antara keduanya, ia berhasil mengalahkan dan membunuh Amir Husain di Balkh. Setelah itu, ia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagatai dan turunan Jengis Khan, pada 10 April 1370 M. Sepuluh tahun pertama pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Jata dan Khawarizm dengan sembilan ekspedisi.

Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukkan, kekuasaannya mulai kokoh. Ketika itulah Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan ambisinya menjadi penguasa besar, dan berusaha menaklukkan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Jengis Khan.

Pada tahun 1381 M ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan. Setelah itu serbuan ditujukan ke arah Herat. Di sini ia juga keluar sebagai pemenang. Ia tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus melakukan serangan ke negeri-negeri lain dan berhasil menduduki negeri-negeri di Afghanistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Di setiap negeri yang ditaklukkannya, ia membantai penduduk yang melakukan perlawanan. Di Sabzawar, Afghanistan, bahkan ia membangun menara, disusun dari 2000 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat. Di Ispaha, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala dari mayat-mayat itu dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi menara.[19] Dari sana ia melanjutkan ekspansinya ke Irak, Syria dan Anatolia (Turki). Tahun 1393 Mia menghancurkan dinasti Muzhaffari di Fars dan membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula Baghdad dijarahnya, dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia. Penguasa Baghdad itu, Sultan Ahmad Jalair, melarikan diri ke Syria. Ia kemudian menjadi Vassal dari Sultan Mesir, Al-Malik al-Zahir Barquq. Penguasa dinasti Mamalik yang berpusat di Mesir ini adalah satu-satunya raja yang tidak mau dan tidak berhasil ditundukkannya. Utusan-utusan Timur Lenk yang dikirim ke Mesir untuk perjanjian damai, sebagian dibunuh dan sebagian lagi diperhinakan, kemudian disuruh pulang ke Timur Lenk. Mesir, sebagaimana pada masa serangan-serangan Hulagu Khan, kembali selamat dari serang bangsa Mongol. Karena Sultan Barquq tidak mau mengekstradisi Ahmad Jalair yang berada dalam perlindungannya, Timur Lenk kemudian melancarkan invasi ke Asia Kecil menjarah kota-kota, Takrit, Mardin dan Amid. Di Takrit, kota kelahiran Salahuddin al-Ayyubi, ia membangun sebuah piramida dari tengkorak kepala korban-korbannya.

Pada tahun 1395 M ia menyerbu daerah Qipchak, kemudian menaklukkan Moskow yang didudukinya selama lebih dari setahun. Tiga tahun kemudian ia menyerang India. Konon alasan penyerbuannya adalah karena ia menganggap penguasa muslim di daerah ini terlalu toleran terhadap penganut Hindu. Ia sendiri berpendapat, semestinya penguasa muslim itu memaksakan Islam kepada penduduknya. Di India ia membantai lebih dari 80.000 tawanan. Dalam rangka pembangunan masjid di Samarkand, ia membutuhkan batu-batu besar. Untuk itu, 90 ekor gajah dipekerjakan mengangkat batu-batu besar itu dari Delhi ke Samarkand.

Setelah fondasi masjid dibangun, tahun 1399 M Timur Lenk berangkat memerangi Sultan Mamalik di Mesir yang membantu Ahmad Jalair, penguasa Mongol di Baghdad yang lari ketika ia menduduki kota itu sebelumnya, dan memerangi Kerajaan Usmani di bawah Sultan Bayazid I. Dalam perjalanannya itu, ia menaklukkan Georgia. Di Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup untuk memenuhi sumpahnya bahwa darah tidak akan tertumpah bila mereka menyerah.

Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat piramida setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap keluar. Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman Nuruddin Zanggi dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Horns dan Ba'labak berturut-turut jatuh ketangannya. Pasukan Sultan Faraj dari Kerajaan Mamalik dapat dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat sehingga Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur lenk pada tahun 1401 M. Akibat peperangan itu masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal dinding-dindingnya saja yang masih tegak. Dari Damaskus para seniman ulung dan pekerja atau tukang yang ahli dibawanya ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk mengeluarkan fatwa membenarkan tindakan-tindakannya itu. Setelah itu serangan dilanjutkan ke Baghdad. Ketika Baghdad berhasil ditaklukkan, ia melakukan pembantaian besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai pembalasan atas pembunuhan terhadap banyak tentaranya sewaktu mengepung kota itu. Di sini, seperti kebiasaannya, ia kemudian mendirikan 120 buah piramida dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan.

Kerajaan Usmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar, karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan dan Hulagu Khan. Bahkan, Sultan Bayazid, penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Usmani kembali menderita kekalahan, sementara Sultan Bayazid sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Bayazid akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Broessa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1406 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran.

Sekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam terhadap para penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Bahkan dikatakan, ia seorang yang saleh. Konon, ia adalah penganut Syi'ah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyyah. Dalam perjalanan-perjalanannya ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuwan dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian. Kota Samarkand diperkayanya dengan bangunan-bangunan dan masjid yang megah dan indah. Di masa hidupnya kota Samarkand menjadi pasar internasional, mengambil alih kedudukan Baghdad dan Tabriz. Ia datangkan tukang-tukang yang ahli, seniman-seniman ulung, pekerja-pekerja yang pandai dan perancang-perancang bangunan dari negeri-negeri taklukannya; Delhi, Damaskus dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan dan industri di negerinya dengan membuka rute-rute perdagangan yang baru antara India dan Persia Timur. Ia berusaha mengatur administrasi pemerintahan dan angkatan bersenjata dengan cara-cara rasional dan berjuang menyebarkan Islam.

Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil (1404-1405 M) keluar sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu saudaranya yang lain, Syah Rukh (1405-1447 M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey (1447-1449 M), seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun, masa kekuasaannya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, Abdal-Latif (1449- 1450 M). Raja besar dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa'id (1452-1469 M). Pada masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba putih). Abu Sa'id sendiri terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Kdyunlu.[20]

2. DINASTI GOLDEN HORDĒ>> (1256-1391)

Pada masa Oghtai, terjadi penaklukan (1236-1237) besar-besaran terhadap lembah Sungai Vulgha dan Siberia. Di bawah kepemimpinan Batu[21], warga nomad Mongol dan Turki menaklukkan beberapa daerah di bagian utara laut Aral dan Caspia dan mendirikan ibukota mereka di sungai Volga. Dalam penyerbuan yang paling besar dalam sejarah dunia, The Golden Horde>[22] juga menaklukkan Rusia, Ukraina, Polandia Selatan, Hungaria dan Bulgaria dan membentuk sebuah imperium yang mengembangkan wilayahnya ke arah utara sampai wilayah hutan Rusia, kea rah selatan sampai ke laut Hitam dan Caucasus. Moskow merupakan wilayah kekuasaan boneka yang utama bagi rezim Golden Horde; sedang beberapa penguasa Rusia lainnya bertanggung jawab kepada Moskow untuk pembayaran pajak.[23]

Bangsa Turki dan Mongol yang tengah mengadakan penaklukan tersebut segera mendapatkan sebuah identitas sejarah yang baru. Melalui pergaulan dengan warga taklukan, mereka terlibat dalam percakapan bahasa Turki “Tartar” dan akhirnya mereka memeluk agama Islam.[24]

Di antara pemimpin Mongol pertama yang memeluk Islam ialah Barkha Khan (1256-1267), cucu Jengis Khan dari putranya Juchi Khan[25], yang menguasai Eropa timur dan tengah dan berkedudukan di Sarai, lembah Wolga. Dia dan para pengikutnya memeluk Islam pada tahun 1260 berkat dakwah para ulama sufi yang berada di daerah tersebut. Pada tahun itu juga Barkha mengirim ribuan tentaranya untuk membantu sultan Baybars di Mesir yang sedang menghadapi serangan Hulagu Khan dan tentara Salib. Dalam pertempuran di Ain Jalut pasukan Hulagu dapat dihancurkan. Sejak itu agama Islam berkembang pesat di lembah Wolga dan orang-orang Mongol yang bermukim di wilayah itu menyebut diri sebagai orang Kozak (Kystchak). Menurut Ibnu Katsir[26], Barkha Khan meninggal pada tahun 665 H dan digantikan oleh salah seorang dari keluarganya yang bernama Mankutmar[27] Bin Tughan Bin Babu bin Tuli bin Jenghis khan.

Imperium Golden Horde mempertahankan kekuasaannya dari pertengahan Abad tigabelas sampai pertengahan abad limabelas, tetapi secara perlahan-lahan mengalami disintegrasi akibat tekanan ekspansi Utsmani (yang mengusir pihak Golden Horde dari wilayah Laut Tengah), dan kebangkitan Moskow, Moldavia, dan Lithuania. Demikian juga, dalam rentang abad empatbelas sampai abad enambelas, The Golden Horde> terpecah menjadi sejumlah wilayah kekuasaan yang lebih kecil dan terpecah belah menjadi beberapa kelompok Tartar Crimea, Tartar Volga, etnis Uzbek dan Kazakh. Khan di Crimea, yang mengklaim sebagai keturunan jenghis Khan, memproklamirkan diri sebagai penguasa independen pada tahun 1441. Khan di Khazan, Astrakhan, dan Siberia juga membentuk wilayah sendiri yang otonom.

Di bawah ini adalah rangkaian Dinasti Golden Horde> :
a. Batu (1237-1256), pendiri.
b. Berke (1256-1267).
c. Mongke Timur (1267-1280).
d. Tuda Mongke (1280-1287).
e. Tula Bugha (1287-1290).
f. Turcht (1290-1313).
g. Uzbeg Khan (1313-1340).
h. Jani Beg (1340-1357).
i. Birdi Beg (1357-1359).
j. Tokhtamis (1359-1404).
k. Idhikhu Khan (1404-1419).

Menjelang hancurnya Golden Horde, berdirilah beberapa dinasti Tatar yang merdeka di antaranya :

1. Dinasti Khazan (1437-1557), pendirinya Ulugh Muhammad Khan.
2. Austrakhan (1466-1556), pendirinya Qasim Khan anak Uluhg Muhammad Khan.
3. Cremia (1420-1783), pendirinya Tash-Timur dan Ghazi Girai.


3. DINASTI ILKHAN (1256 – 1335 M)
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu[28]. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil di barat dan India di timur, dengan ibukotanya Tabriz. Umat Islam, dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya, Abaga ( 1265-1282 M) yang masuk Kristen, berkat bujukan ibunya Dokuz Khatun. Dalam istanya banyak pendeta Kristen tinggal, diantaranya sebagai penasehat politik. Pada tahun 1274, Abagha mengirim utusan khusus menghadiri Konsili Lyon. Dia sering berkirim-kiriman surat dengan Raja Louis (1266-1270) dari Prancis dan raja Charles I (1268-1285 ) dari Sicilia.

Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder ( 1282-1284M), yang masuk Islam. Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar- pembesar kerajaan yang lain. Akhimya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak di antara mereka yang dibunuh dan diusir.

Pengganti Arghun, yaitu Baidu Khan (1293-1295) berbuat serupa. Namun justru pada masa pemerintahan Baidu inilah terjadi peristiwa paling bersejarah. Putranya yang menggantikan dia, Ghazan Khan (1295-1302), walaupun sejak kecil dididik sebagai penganut Budhis yang fanatik, ketika naik tahta menyatakan memeluk Islam.

Peristiwa tersebut merupakan kemenangan besar Islam. Ghazan lahir pada tanggal 4 Desember 1271 M. Usianya ketika naik tahta belum genap berusia 24 tahun. Pada umur 10 tahun dia diangkat menjadi gubernur Khurasan. Pendamping dan penasehatnya ialah Amir Nawruz, putra Arghhun Agha yang telah memerintah selama 39 tahun di beberapa provinsi Persia di bawah pengawasan langsung Jengis Khan dan penggantinya. Amir Nawruz merupakan pembesar Mongol awal yang memeluk agama Islam secara diam-diam. Atas usaha dialah Ghazan Khan memeluk agama Islam. Ajakan memeluk Islam itu berawal ketika Ghazan sedang berjuang merebut tahta kerajaan dari saingan utamanya, Baidu. Amir Nawruz berkata, “Tuanku ! Berjanjilah, apabila kelak Allah menganugerahkan kemenangan kepada Tuan, sebagai ucapan syukur Anda mesti memeluk agama Islam !” Atas petunjuk dan nasihat Amir Nawruz itulah Ghazan Khan berhasil mengalahkan Baidu dan naik tahta pada tanggal 19 Juni 1295 (4 Sya’ban 644 H). Janjinya untuk memeluk Islam dipenuhi hari itu juga. Bersama 10.000 orang Mongol lain, termasuk sejumlah pembesar dan jenderal dia mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan Syekh Sadruddin Ibrahim, putra tabib terkemuka al-Hamawi. Setelah empat bulan memerintah, Sultan Ghazan memerintahkan tentaranya menghancurkan kuil Budha, gereja dan sinagor di seluruh kota Tabriz. D atasnya kemudian dibangun kembali masjid dan madrasah, sebab di tempat yang sama itulah dahulu Hulagu menghancurkan puluhan madrasah dan masjid yang megah. Dengan berbuat demikian dia telah menebus dosa leluhurnya kepada kaum muslimin.

Menurut Edward G. Browne (Literary History of Persia), Vol. II, 1956), dalam sejarah Persia Sultan Ghazan merupakan raja Mongol pertama yang mencetak uang dinar dengan inskripsi Islam. Syariat Islam kemudian kembali ditegakkan dan undang-undang kerajaan diganti dengan undang-undang baru yang bernafas Islam. Pada bulan November 1297 amir-amir Mongol mulai memakai jubah dan surban ala Persia, dan membuang pakaian adat nenek moyangnya. Walaupun perubahan itu menyebabkan banyak orang Mongol yang masih beragama Budha tidak puas, dan terus menerus menyebarkan intrikintrik dan meletuskan sejumlah pemberontakan, namun pemerintahan Ghazan relatif aman dan mantap. Reformasi lain yang dia lakukan ialah pengurangan pajak dan penyusutan jumlah pelacuran dan lokasinya diseluruh negeri.

Sultan Ghazan wafat pada tanggal 17 Mei 1304 dalam usia 32 tahun disebabkan konspirasi politik yang bertujuan mengangkat Alafrank, putra saudara sepupunya Gaykhatu, sebagai raja Mongol beragama Budha. Kematiannya ditangisi di seluruh Persia. Dia bukan hanya seorang negarawan muda yang bijak dan taat beribadah, tetapi juga pel indung i lmu dan sastra. Dia menyukai seni, khususnya arsitektur, karejinan dan ilmu alam. Dia mempelajari astronomi, kimia, mineralogy, metalurgi, dan botani. Dia menguasai bahasa Persia, Arab, Cina Mandarin, Tibet, Hindi dan Latin. Penggantinya, Uljaytu Khudabanda (1304-1316), meneruskan kebijakannya. Tetapi raja Mongol yang paling saleh ialah Abu Sa’id (1317-1334 M), pengganti Uljaytu. Di bawah pemerintahan Abu Sa’id ini lah orang Mongol Persia menjadi pembela gigih Islam serta pelindung utama kebudayaan Islam.

Namun, pada masa pemerintahan Abu Sa'id ( 1317-1334 M), pengganti Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu Sa'id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.[29]

C. Hasil Peradaban Mongol Masa Islam

1. Masa Dinasti Chaghtai
Di balik sejarah gelap terdapat titik terang bagi kemajuan bangsa, setidaknya bangsa-bangsa pada waktu itu. Pada masa Timuriah, terutama masa Timur, peradaban maju pesat. Pada masa ini tercatat undang-undang dan kebijakan-kebijakan Timur di antaranya :
a. Pemberian tunjangan tetap bulanan kepada para vikhari (pengemis) agar mereka tidak mengemis lagi.
b. Penegakkan hukum yang tidak pandang bulu
c. Pembangunan Masjid, rumah sakit, sarai khana (tempat istirahat para pelancong) dan sekolah
d. Fasilitas-fasilitas untuk para petani dan fasilitas-fasilitas untuk para pedagang.
e. Pada masa Shakhrukh, Ilmu pengetahuan dan seni maju pesat, ia mendirikan sebuah Observatarium di Samarkhand. [30]


The Gur-i Amir, or Timur's Mausoleum, in Samarkand, built in 1404 Courtesy of AL-AFFA Tour[31]

2. Masa Dinasti Golden Horde
Pada Dinasti ini terutama pada masa Barka Khan, telah dibangun rumah-rumah ibadah dan perguruan-perguruan tinggi Islam pada kota-kota belahan utara.[32] Barka Khan mengganti UUD Mongol diganti dengan syari’at Islam. Selanjutnya semasa Uzbeg Khan, administrasi kenegaraan diterapkan sesuai dengan syari’ah Islam. Kesenian dan sastra berkembang pesat pada masanya. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah di bangun dengan gaya arsitektur yang indah. Menurut Ibnu Bathutah : pada periodenya Golden Horde menjadi Negara Islam yang paling sempurna.

3. Masa Dinasti Ilkhan
Di bawah pemerintahan Mahmud Ghazan dan atas kecakapan menterinya bernama Rashid al Din at Tabib, terjadi kemajuan pesat di bidang pertanian dan pembaharuan kebijakan keuangan, pembentukan petugas pencatat pajak, dan semangat dalam perencanaan program pembangunan fisik, termasuk di antaranya adalah pembangunan pusat-pusat perdagangan, jembatan dan seluruh kota. Selain yang disebutkan di atas pada periode ini, Umat Islam melahirkan ilmuwan internasional di antaranya :

a. Ibnu Taimiyah.
b. Nasir ad Din Tusi, (w. 1274 M), ahli astronomi, ahli geometri, ahli matematika. Ia mendirikan sebuah observatorium di Maragha, sebuah tempat yang terletak di Asia Kecil.[33]
c. Al Juwaini, dengan karyanya : History of the World Conquerors, memaparkan kisah Jenghis Khan dan penaklukan Iran.
d. Rasyid al Din Fazlullah, seorang ilmuwan fisika dan seorang menteri, menulis karya Compendium of histories (جوامع التواريخ), yang mengintegrasikan sejarah Bangsa Cina, India, bangsa Eropa, Muslim, dan sejarah Mongol ke dalam sebuah perspektif kosmopolitan mengenai nasib umat manusia.[34]
D. Belajar dari Sejarah

Allah SWT. Berfirman :
Artinya, ”Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.[35]

Rasulullah bersabda : ”Hampir saja, bangsa-bangsa berbondong-bondong mengerubuti kamu, sebagaimana hidangan mengundang selera pemangsanya. Kami (para Sahabat) bertanya, ”Apakah waktu itu kami minoritas, Ya Rasulullah?. Tidak, bahkan pada waktu itu kamu mayoritas, tetapi keadaan kamu hanyalah laksana buih. Rasa gentar tercerabut dalam hati musuh-musuhmu dan (sesuatu) telah menjadikan dalam hatimu ”Al Wahn”. Kami bertanya, ”Apa ”Wahn” itu? Rasul menjawab : Mencintai kehidupan / harta (dunia) dan takut mati.[36]

Sejarah mencatat bagaimana sabda Rasulullah tersebut terbukti pada mayoritas umat Islam pada masa menjelang penyerangan mongol. Dr. Muhammad Sayyid Al Wakil[37] setelah dengan panjang lebar menerangkan kisah penyerangan bangsa Tartar terhadap dunia Islam, beliau memberikan komentar dan analisa sebab-sebab kekalahan telak umat Islam, di antaranya :
1. Perpecahan dan konflik internal kaum muslimin melicinkan jalan bagi pasukan Tartar untuk menginvasi negeri-negeri Islam tanpa rintangan yang berarti.
2. Perpecahan menyebabkan hilangnya nyali dari kaum muslimin dan sebaliknya membuat nyali orang-orang Tartar semakin kuat.
3. Panatik madzhab dan adu domba dari orang munafik, Ibnu Al Qami, saorang Syi’ah Rafidhah.

Catatan yang cukup menarik tentang kekalahan tentara kaum Muslimin Baghdad itu terdapat dalam buku Tarikh al-Islam (hlm. 206- karangan sejarawan terkenal abad ke-13M Muhyiddin al-Khayyat: “Sejak bertahun-tahun lamanya telah timbul pertentangan tajam antara pengikut Sunni dan Syi ’ah, juga antara pengikut mazhab Syafi ’i dan Hanafi. Pertumpahan darah telah sering pula terjadi dalam pertikaian yang timbul diantara golongan-golongan yang saling bertentangan itu. Pada saat itu khalifah yang berkuasa ialah al-Mu’tasim, sedangkan wazirnya Muayyad al-Din al-Qami, seorang tokoh Syi’ah terkemuka.”[38]

Penyebab lainnya yang tidak kalah penting untuk dijadikan pelajaran ialah Umat Islam ketika itu terlena dengan harta benda (hubbd dunya) dan lemahnya ruhul jihad mereka karena takut mati (karahiyatul maut). Ibnu Katsir dalam kitabnya Al Bidayah wan Nihayah menyebutkan bagaimana sepak terjang Ibnu Taimiyah terus-terusan berdakwah untuk memotivasi mereka untuk berjihad yang pada waktu itu mereka hobi minum-minuman keras,[39] kuatnya pengaruh faham sufi dan taqlid.[40]


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim, M. Islam di Asia Tengah; Sejarah Dinasti Mongol Islam, Bagaskara, Jogyakarta, 2006

----------------------. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2007

Al Qur’an dan Terjemahnya, Depag
Cd Al Maktabah Syamilah
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, PT. Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 2005.
Glasse, Cyril, Ensiklopedi Islam, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999
http://www.sambuh.com/
http://http://www.wikipedia.com//
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam (Terjmh), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999.

Musyrifah Sunanto, Prof, Dr. Hj. Sejarah Islam Klasik; Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Prenada Media, Jakarta, 2003
Nasution, Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, UI-Press, Jakarta, 1984
Rasyidi, Badri., Sejarah Peradaban Islam, CV. Armico, Bandung, 1987
Sayyid Al Wakil, Muhammad, Dr. Lahmatun min Tarikhid Da’wah :Wajah Dunia Islam, terj. Fadhly Bahkri LC, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1998.
USU digital library 8
Yatim, Badri, Dr., Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Press, Jakarta, 2002.
[1] M. Abdul Karim, Islam di Asia Tengah (Yogyakarta: Bagaskara, 2006), hlm. 1.
[2] Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm 193.
[3] http://www.wikipedia.com/Jengis
[4] Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1999), hlm 272.
[5] http://www.wikipedia.com/, lihat pula Ahmad Syalabi dalam Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2002), hlm. 99
[6] Ibid, hlm 112.
[7] Bahrum Saleh, Drs. M.Ag, JENGISKAN DAN HANCURNYA SEBUAH PERADABAN (Makalah : Sebuah Analisis Sejarah)
[8] Menurut Ira M. Mapidus dalam bukunya A. History of Islamic Societies (tejmh) hlm 639, Sejarah Masyarakat Islam di Asia Tengah sejak periode Mongol sampai periode kontemporer ini pada garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga wilayah yaitu : Pertama, Wilayah padang rumput bagian barat dan utara, yakni wilayah Golden Horde> dan penggantinya Kazakh; Kedua, Turkestan (nama modern bagi Tsansoxania dan beberapa wilayah disekitarnya) yang merupakan pusat bagi dinasti Timuriah dan pemerintahan Uzbek pada masa sesudahnya. Ketiga, wilayah sebelah barat Turkestan, yakni daerah perkotaan kabilah di sekitar oases, yang menjadi propinsi Cina Sinkiang pada akhir abad sembilanbelas.
[9] WWW. WIKI. PEDIA.COM
[10] Ibid.
[11] Bosworth, The Islamic, hlm 169 dalam Karim, Ibid, hlm 49.
[12] Ibid, hlm 50.
[13] Sebagian besar sejarawan berpendapat bahwa Orghana telah memeluk Islam, lihat Karim, Ibid hlm 50.
[14] Ia merupakan Muslim pertama dan orang Mongol pertama yang memakai nama Islam yang memerintah pada dinasti ini.
[15] Setelah masuk Islam memakai nama Alauddin.
[16] www.itihaas.com/medieval/
[17] www.wikipedia.com
[18] Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 289.
[19] Karim, Islam di Asia Tengah …, hal. 57
[20] Hamka, dalam Badri Yatim, Ibid, hlm. 123.
[21] Batu adalah anak dari Jochi bin Jenghis khan.
[22] Disebut Golden Horde menurut Spuler asal dari kata Sira Wardu, sedang Lane poole Sir Wardah yang artinya ’kemah emas’. Selain itu warna kulit mereka juga warna emas. (lihat M. Karim, Islam di Asia Tengah …., hlm 61.
[23] Lapidus, Ibid, hlm. 642.
[24] Ibid, hlm 643.
[25] Menurut Ibnu katsir dalam kitabnya Al Bidayah wan Nihayah, jilid XIII hlm 249, ia adalah putra Tuli bin Jengis Khan.
[26] Ibid.
[27] Boleh jadi yang dimaksud Mankutmar oleh Ibnu katsir adalah Mongke Timur (1267-1280).
[28] lihat Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta 2005), hlm 44. lihat pula Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya (UI Press, Jakarta 1984), hlm 80.
[29] Disarikan dari buku Islam di Asia Tengah, susunan Dr. M. Abdul Karim, M.A., M.A dan buku Sejarah Kebudyaan Islam susunan Dr. Badri Yatim.
[30] Karim, Ibid), hlm. 101-104.
[31] http://www.sambuh.com/
[32] Musyrifah Sunanto, Ibid, hlm 198.
[33] Ibid, hlm 207.
[34] Lapidus, Ibid, hlm 430.
[35] Al Qur’an Surat Al Anfal: 46.
[36] H.R. Abu Dawud dan Ahmad
[37] Sayyid Al Wakil, Lahmatun min Tarikhid Da’wah (Wajah Dunia Islam, terj. Fadhly Bahkri LC), hlm 293.
[38] USU digital library 8
[39] Ibid., jilid XIV, hlm 9.
[40] Badri Rasyidi, Sejarah Peradaban Islam (CV. Armico, Bandung, 1987), hlm. 91.