Penegak Kebenaran

Melatih diri untuk terus menuntut ilmu dan memberikan informasi yang sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi. Berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkan dengan harapan akan menjadi Penegak Kebenaran yang diridloi Allah SWT.

Pengusung Peradaban

Menjadikan madrasah, pesantren, dan tempat pendidikan lainnya sebagai tempat thalabul ilmi agar terbentuk generasi muda yang kuat, cerdas, dan taqkwa sehingga suatu saat dapat menjadi mujahid masa depan dan menjadi Pengusung Peradaban yang bermoral dan berakhlaq Islami.

Penerang Kegelapan

Bekerja keras untuk selalu mengamalkan dan mengimplementasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan lain sebagai salah satu kewajiban muslim dengan harapan dapat menjadi Penerang Kegelapan. Berbagi informasi dalam kebaikan dan takwa serta saling menasihati dalam kebenaran

Memperkuat Aqidah

Melatih generasi muda sedini mungkin melalui berbagai media pendidikan exact dan non-exact sebagai bekal hidup di masa depan untuk mewujudkan penjuang masa depan yang mandiri, kuat, disiplin, dan amanah.

Disiplin

Menyalurkan bakat dan mengembkangkan kemampuan generasi muda melalui berbagai kegiatan positif dengan harapan dapat tertanam sikap persaudaraan, persahabatan, dan disiplin.

Search

Showing posts with label Konsep Keautentikan. Show all posts
Showing posts with label Konsep Keautentikan. Show all posts

Konsep Keautentikan


Konsep Keautentikan adalah upaya pencarian jati diri sebuah bangsa atau negara sesuai dengan kekayaan budaya masyarakat itu sendiri. Konsep ini pada akhirnya melahirkan sistem politik, ekonomi, dan sosial yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat itu sendiri walaupun dalam perjalanannya harus mengorbankan keautentikan individu demi kepentingan bersama.
Terlepas dari positip dan negatifnya, konsep ini melahirkan nasionalisme yang berakar pada ashobiyah atau fanatisme negara.

Di negara-negara yang notabene mayoritas penduduknya beragama Islam, khususnya Timur Tengah, Konsep Keautentikan muncul akibat ketidakpuasan nyata terhadap modernisasi dan kritik intelektual terhadap developmentalisme dan liberalisme.

Penggagas konsep keautentikan awal adalah Muhammad Iqbal seorang filosof dan penyair India pada awal abad ke-20 yang dipandang luas sebagai bapak intelektual Pakistan modern, ia berusaha menemukan apa yang autentik Timur tentang dirinya dan masyarakatnya yang berbeda dengan kekuatan budaya Barat yang dirasakannya menekan.

Penyebab lain munculnya konsep keautentikan di negara Islam adalah serbuan kemodernan dunia Barat yang mengakibatkan penjajahan di berbagai bidang di samping pencaplokan hak-hak kepemilikan, di antaranya penjajahan sosial budaya. Perubahan sosial sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari serbuan kekuatan Eropa telah menghancurkan tradisi. Pada tataran praktis, tuntutan akan keautentikan membentuk suatu respons terhadap seperangkat kondisi sosial akibat serangan modernisasi yang melanda seluruh dunia dewasa ini. Pada tataran intelektual, tuntutan itu merupakan jawaban terhadap ide-ide yang melandasi kebijakan modernisasi.

Upaya pencarian keautentikan di Timur Tengah nampaknya “dibantu” oleh kaum orientalis. Kaum orientalis menawarkan kepada dunia Timur ciri-ciri keautentikan mereka yang menuai kritik dari Edward Said yang mengatakan, tulisan-tulisan mereka mencitrakan Timur menurut rekaan mereka sendiri : mistis, sensual, kekal, despotis, eksotis, fasih, ramah, megah, tak rasional, dan sangat berbeda dengan Eropa. Orientalisme menurut Said, memperlebar jurang perbedaan antara Timur dan Barat; jurang yang hanya bisa dijembatani oleh kalangan orientalis sendiri.

Ide Keauntentikan, Timur dan Barat
Para penganjur konsep keautentikan di Timur dan Barat meninggalkan landasan yang dapat diterima secara universal. Pencarian keautentikan mempunyai bentuk sekular dan agamis. Aime Cesaire, penyair-dramawan Prancis dan politikus dari Martinique, dan Leopold senghor, presiden-penyair Senegal pada 1960-1981, mengajukan konsep negritude yang berlandaskan budaya, bukan iman. Julius Nyerere mencoba membangun kesamaan-kesamaan tradisi dengan menyodorkan sosialisme Afrika.

Di Timur Tengah, gerakan-gerakan Islam radikal telah mendominasi pembicaraan soal keautentikan. Keautentikan yang mereka maksud adalah Islam menurut persepsi mereka sendiri.

Betapapun berbeda hasil pencarian keautentikan antara Barat dan Timur, tetapi pemikiran keauntentikan memiliki karakteristik yang sama, di antaranya :
1. Pemikiran ini dimulai dengan pemahaman tentang diri sebagai sesuatu yang unik.
2. Aktivitas manusia melahirkan keragaman kondisi-kondisi yang melandasi individualitas manusia.
3. Pemikiran autentik menumbuhkan perlawanan terhadap kemodernan dan tradisi.
4. Pemikiran autentik bisa berubah menjadi individualisme radikal, subjektivitas kognitif, dan relativisme nilai.


Adakah keauntentikan Universal?
Usaha ke arah ini telah dicoba dibangun landasannya oleh Arkoun bagi penemuan kembali pengalaman Islam dengan suatu cara yang tidak menyisihkan orang atau kelompok manapun, dan ini berarti menumbuhkan toleransi dan demokrasi.

Dapatkah diterima keauntentikan universal ala Arkoun di atas oleh kalangan muslim lainnya?! Inilah yang menjadi problemnya. Wassalam.