Search

Bantahan Atas Tudingan Adanya Riwayat Tahrif Al Qur’an Dalam Kitab-Kitab Sunny

Saudara-saudaraku yang seiman dan sekeyakinan, sebagaimana telah kita ketahui bahwa banyak riwayat-riwayat tahrif  (perubahan) Al Qur’an dalam kitab-kitab Syiah. Namun orang-orang syiah sekarang membantah adanya riwayat tersebut dan berupaya sekuat tenaga untuk membantahnya. Dan tidak berhenti di situ, bahkan mereka balik menuding bahwa dalam kitab-kitab sunny pun banyak riwayat tahrif.  Salah satu tulisan mereka adalah sebagai berikut:

Orang Syi’ah wrote :
Hadis Perubahan Al-Quran dalam Kitab Ahlus Sunnah
Seperti yang sudah disebutkan bahwa Al-Kafi bukanlah kitab shahih, yang hadisnya pun sampai sekarang masih diteliti, makanya tidak bernama “Shahih Al-Kafi”. Lucunya (atau tidak lucunya) di dalam kitab Ahlus Sunnah, yang bernama Shahih Bukhari atau Shahih Muslim, juga terdapat hadis tentang perubahan Al-Quran. Bedanya, ini kitab shahih! Tentu saja shahih menurut penulisnya. Jadi di dalam Shahih Bukhari atau Muslim tidak perlu pengklasifikasian hadis, karena semuanya shahih (menurut saudara Ahlus Sunnah).

Bantahan :
Kita tidak menyangkal bahwa memang hadits2 di Bukhori dan Muslim adalah shahih semua. Semua tuduhan ttg kedua kitab ini, insya Allah banyak sanggahannya.
Yang lucu adalah tuduhan ketika Imam Bukhori, Imam Ahmad, dll Imam Ahli Sunnah tidak meyakini adanya tahrif, tiba2 orang2 syiah menuding ada tahrif di kitab-kitab mereka (imam ahli sunnah). Siapa yang bodoh? Siapa yg keliru? Atau memang mereka sudah biasa menggunakan kitab2 ahli sunnah untuk kepentingannya walaupun harus berbohong atau memalingkan makna menurut sekehendak nafsunya.
Ini adalah sebagian tudingan mereka (dan ternyata sumber utamanya adalah risalah Al-Qazwainy yang berjudul ”Syubhatul Qaul fi tahrifil Qur’an ‘inda ahlis sunnah”) :  

Orang Syi’ah wrote :
Tentang Surah Al-Lail
Dari Qabshah ibn Uqbah yang berasal dari Ibrahim ibn Al-Qamah. Ia berkata kepada kami: “Saya bersama pengikut Abdullah ibn Ubay datang ke Syam. Abu Darda’ yang mendengar kedatangan kami segera datang dan bertanya: ‘Adakah di antara kalian yang membaca Al-Quran?’ Orang-orang menunjuk saya. Kemudian ia berkata: ‘Bacalah!’ Maka saya pun membaca: Wal-Laili idzaa yaghsyaa, wan-nahaari idzaa tajallaa, wadzdzakraa wal-untsaa… Mendengar itu dia bertanya: ‘Apakah engkau mendengar dari mulut temanmu Abdullah ibn Ubay?’ Saya menjawab: ‘Ya.’ Ia melanjutkan: ‘Saya sendiri mendengarnya dari mulut Nabi SAW. Dan mereka menolak untuk menerimanya’.” (Shahih Bukhari, Kitab At-Tafsir, bab Surah wal-Laili idzaa yaghsyaa; pada catatan kaki As-Sanadiy, jilid III, hlm. 139; jilid VI, hlm. 21; jilid V, hlm. 35; Musnad Ahmad, jilid VI, hlm. 449, 451; Ad-Durr Al-Mantsur, jilid VI, hlm. 358 dari Said ibn Manshur, Ahmad Abd ibn Hamid, Bukhari, Muslim, Turmudzi, Nasa’i, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Ibnu Marduwaih, Ibn Al-Qamah, dll.) Padahal yang tertulis dalam Al-Quran sekarang adalah Wal-Laili idzaa yaghsyaa, wan-nahaari idzaa tajallaa, wamaa khalaqadzdzakraa wal-untsaa…

Bantahan
Kita lihat riwayat lengkap dari hadits di atas, kemudian kita lihat bagaimana ‘ta’liq’ Ibnu Hajar. Boleh jadi atau mudah2an Al Qazwainy menyadari dan berhenti berbuat tadlis (di sini akan dibuktikan siapa yang tadlis) dan dusta, dan mengetahui dengan yakin bahwa kebathilan2nya itu talinya pendek (ungkapan Arab)
Riwayat lengkap
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ بْنُ عُقْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ دَخَلْتُ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِ عَبْدِ اللَّهِ الشَّأْمَ فَسَمِعَ بِنَا أَبُو الدَّرْدَاءِ فَأَتَانَا فَقَالَ أَفِيكُمْ مَنْ يَقْرَأُ فَقُلْنَا نَعَمْ قَالَ فَأَيُّكُمْ أَقْرَأُ فَأَشَارُوا إِلَيَّ فَقَالَ اقْرَأْ فَقَرَأْتُ { وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى } وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى قَالَ أَنْتَ سَمِعْتَهَا مِنْ فِي صَاحِبِكَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ وَأَنَا سَمِعْتُهَا مِنْ فِي النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَؤُلَاءِ يَأْبَوْنَ عَلَيْنَا

(BUKHARI - 4562) : Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin Uqbah Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Ibrahim dari Alqamah ia berkata; Aku bergabung dalam suatu kelompok yang terdiri dari sabahat-sahabatnya Abdullah Asy Sya'a, lalu Abu Darda` mendengar kami, maka ia pun bergegas datang. Kemudian ia bertanya, "Adakah di antara kalian yang bisa membaca (Al Qur`an)?" kami menjawab, "Ya, ada." Ia bertanya lagi, "Lalu, siapakah diantara kalian yang paling bagus bacaannya?" Maka mereka pun menunjuk ke arahku. Abu Darda' berkata, "Kalau begitu, bacalah." Maka aku pun membaca, "WAL LAAILI IDZAA YAGHSYAA WAN NAHAARI IDZAA TAJALLAA WADZ DZAKARI WAL UNTSAA." Ia bertanya lagi, "Apakah kamu mendengarnya langsung dari bibir temanmu (Ibnu Mas'ud)?" aku menjawab, "Ya." Ia berkata, "Kalau aku mendengarnya langsung dari bibir Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, namun orang-orang itu mengingkarinya."

Cat : Sebagaimana telah kita ketahui bahwasanya telah terdapat macam2 qiroah, ada yang shahih (mutawatir) ada yang syad. Ibnu Hajar (Al Fath, 8/707) menyatakan dalam kesimpulan paparannya: Hadits di atas menjadi penjelas bahwasanya qiroah  Ibn Mas’ud adalah seperti itu, dalam sanad lain sesungguhnya ia membaca {والذي خلق الذكر والأنثى}, seperti itulah bacaan dalam kitab2 qiroah2 syaadzah (ruksak/menyalahi yang shahih). Riwayat ini tdk disebutkan oleh Abu ‘Ubaid kecuali hanya melalui jalan Hasan Bisri ... kemudian bacaan ini tdk ditukil kecuali dari orang yg disebut di sini, dan boleh jadi bacaan ini termasuk yg dihapus bacaannya dan tidak sampai kepada Abu Darda dan kepada orang yg disebut bersamanya. Dan yang mengherankan adalah penukilan bacaan ini para hufadz dari orang2 Kufah dari Alqomah dan dari Ibnu Mas’ud, dan hanya kepada mereka berdua berakhir bacaan ini di Kufah, kemudian tidak ada seorang pun yang membaca seperti itu dari mereka. Begitu juga Ahli Syam  mengambil qiroah dari Abu Darda dan tidak ada seorang pun dari mereka yang membaca seperti itu. Dengan demikian ini menguatkan bahwasanya bacaan seperti itu telah dinasakh. 

Orang Syi’ah wrote :
Ayat Rajam
Umar ibn Khaththab berkata: “Bila bukan karena orang akan mengatakan bahwa Umar menambah (ayat) ke dalam Kitab Allah, akan kutulis ayat rajam dengan tanganku sendiri.” (Shahih Bukhari, bab Asy-Syahadah ‘indal-Hakim fi Wilayatil-Qadha; Al-Itqan, jilid II, hlm. 25-26; Ad-Durr Al-Mantsur, jilid I, hlm. 230; jilid V, hlm. 179 dari Imam Malik, Bukhari, Muslim, dan Ibnu Dhurais, dan hlm. 180 berasal dari Nasa’i, Ahmad, Ibnu Auf; Musnad Ahmad, jilid I, hlm. 23, 29, 36, 40, 43, 47, 50, 55; jilid V, hlm. 132, 183; Hayat Ash-Shahabah, jilid II, hlm. 12; jilid III, hlm. 449) Jadi, Umar meyakini Ayat Rajam itu ada dalam Al-Quran, tapi kenyataannya tidak ada. Tapi Umar tidak menulisnya karena takut ucapan orang-orang bahwa Umar menambah ayat. Seperti itulah yang dijelaskan As-Suyuthi dalam Al-Itqan jilid II, hlm. 26, mengutip tulisan Az-Zarkasyi: “Tampaknya penulisan ayat tersebut boleh saja. Hanya ucapan oranglah yang mencegah (Umar melakukan) hal itu… Seharusnya ayat itu dimasukkan ke dalam Al-Quran, ayat itu semestinya ditulis.” Ayat rajam ini juga pernah disebut-sebut waktu saya (pertama kali) belajar Ulumul-Quran di kampus  

Bantahan :
Sesungguhnya ayat ini telah dimansukh bacaan dan hukumnya tetap (Mansukh tilawah, Tsabitatul Hukmi). Dan nampaklah bahwa Al Qazwainy tidak banyak menelaah kepada referensi2 agamanya karena terlalu asyik menyerang kepada ahlus sunnah. Seandainya ia berhenti sebentar dan menengok sebentar kepada referensi2 syiah, sungguh ia mengetahui apa yg ia ingin singkabkan aib untuk ahli sunnah justru ada di refensi2 syiah sendiri. Saya akan sebutkan kepada Al Qazwainy sebagian riwayat2 dari referensi2 syiah sendiri supaya ia tdk tergesa2 menghukumi orang lain sebelum melihat diri sendiri, sebagai berikut :

1 - عن حماد عن الحلبي عن أبي عبد الله (ع) في حديث قال: إذا قال الرجل لامرأته: لم أجدك عذراء، وليس له بينة.
قال: يجلد ويخلّى بينه وبين امرأته.
قال: كانت آية الرجم في القرآن "الشيخ والشيخة فارجموهما البتة بما قضيا الشهوة"(15).
2 - عن يونس بن عبد الله بن سنان قال: قال أبو عبد الله (ع): الرجم في القرآن قول الله عز وجل: "إذا زنى الشيخ والشيخة فارجموهما البتة فإنهما قضيا الشهوة"(16).
3 - عن أبي جعفر (ع) أنه قال: كانت آية الرجم في القرآن: "الشيخ والشيخة إذا زنيا فارجموهما البتة فإنهما قضيا الشهوة"(17).
4 - هشام بن سالم عن سليمان بن خالد قال: قلت لأبي عبد الله (ع) في القرآن؟ قال: نعم. قلت: كيف؟ قال: "الشيخ والشيخة فارجموهما البتة فإنهما قضيا الشهوة"(18).
5 - عن إسماعيل بن خالد قال: قلت لأبي عبد الله (ع): في القرآن رجم؟ قال: نعم، "الشيخ والشيخة إذا زنيا فارجموهما البتة فإنهما قضيا الشهوة"(19). براءة أهل السنة من شبهة القول بتحريف القران (ص: 16)
ويقول الطوسي في كتابه "التبيان في تفسير القرآن ج1 ص13:
"لا يخلو النسخ في القرآن من أقسام ثلاثة: أحدها - نسخ حكمه دون لفظه - كآية العدة في المتوفى عنها زوجها المتضمنة للسنة في الحكم منسوخ والتلاوة باقية وآية النجوى وآية وجوب ثبات الواحد للعشرة فإن الحكم مرتفع، والتلاوة باقية وهذا يبطل قول من منع جواز النسخ في القرآن لأن الموجود بخلافه. والثاني - ما نسخ لفظه دون حكمه، كآية الرجم فإن وجوب الرجم على المحصنة لا خلاف فيه، والآية التي كانت متضمنة له منسوخة بلا خلاف وهي قوله: (والشيخ والشيخة إذا زنيا فارجموهما البتة، فإنهما قضيا الشهوة جزاء بما كسبا نكالاً من الله والله عزيز حكيم). الثالث: ما نسخ لفظه وحكمه، وذلك نحو ما رواه المخالفون من عائشة: أنه كان فيما أنزل الله أن عشر رضعات تحرمن، ونسخ ذلك بخمس عشرة فنسخت التلاوة والحكم.

At Thusy dalam kitabnya “At Tibyan fi Tafsiril Qur’an, I/13” menyatakan :”Nasakh dalam al Qur’an itu tdk terlepas dari tiga macam : … kedua : nasakh lafaz, hukumnya tetap berlaku, seperti ayat rajam….
Dari ungkapan di atas,  jelaslah bahwa ahli tafsir dari kalangan syiah pun tidak menyebutkan ayat rajam sebagai contoh tahrif, hanya syiah gulath (ektrims) yg menyatakan seperti itu, sebagai pembelaan, yg alih2 menutup-nutupi adanya tudingan tahrif terhadap al quran dgn balik menyerang  adanya tahrif di dlm kitab2 sunni malah lebih membuktikan aib sendiri yaitu sebagaimana saya simpulkan bahwa kebiasaan orang2 rafidhah adalah kalau tidak berbohong, mereka mengambil hadits2 sunni sepotong2 untuk membela agamanya.

Orang Syi’ah wrote :
An-Naas dan Al-Falaq
Dinukil dari Ibnu Mas’ud, bahwa dia membuang Surah Mu’awidzdzatain (An-Naas dan Al-Falaq) dari mushhafnya dan mengatakan keduanya tidak termasuk Al-Quran. (Ad-Durr Al-Mantsur, jilid VI, hlm. 146; Ruhul-Ma’ani, jilid I, hlm. 24; Al-Itqan, jilid I, hlm. 79; Fathul-Bari, jilid VIII, hlm. 581)

Bantahan :
Saya sering membaca pandangan para pendusta dan mudallis, tetapi saya dapatkan yang paling kerdil dari mereka adalah pandangan ketika saya baca tulisan Al Qazwainy ini. Dari kedustaan dan ketadlisannya adalah ketika ia tidak utuh mengutip ucapan As Suyuthi dan ditempatkannya untuk menutupi kebohongannya. Saya sampaikan apa yg diriwayatkan oleh As Suyuthi secara utuh apa yg berhubungan dgn ketidak sepakatan para sahabat dengan ucapan Ibn Mas’ud kemudian saya sebutkan pendapat2 para ulama untuk membantah kebohongan yang dibuat oleh Al Qazwainy.
يقول السيوطي في الدر المنثور ج6 ص416 وما بعدها:
أخرج أحمد والبزار والطبراني وابن مردويه من طرق صحيحة عن ابن عباس وابن مسعود أنه كان يحك المعوذتين من المصحف ويقول لا تخلطوا القرآن بما ليس منه أنهما ليستا من كتاب الله إنما أمر النبي صلّى الله عليه وسلّم أن يتعوذ بهما وكان ابن مسعود لا يقرأ بهما. قال البزار لم يتابع ابن مسعود أحد من الصحابة وقد صح عن النبي صلّى الله عليه وسلّم أنه قرأ بهما في الصلاة وأثبتتا في المصحف.

Lihat yang dicetak tebal/digaris bawahi !!! (Al Bazzar mengatakan :”Tidak ada seorang pun dari kalangan Sahabat yg mengikuti pandangan Ibn Mas’ud, dan sungguh telah shahih dari Nabi saw. Bahwasanya beliau membacanya kedua surat tersebut dalam shalat, dan menetapkannya dalam mushhaf).
kita tidak akan mendapati ungkapan di atas pada sanggahan orang2 syiah rafidhah.. ingat kaidah yang saya sebutkan ttg org2 syiah ini : kalau tidak berbohong, pasti mereka mengambil ayat, hadits atau pernyataan sepotong-sepotong yang sangat efektif untuk menipu orang2 awam.
Dan tentu saja yang digaris bawahi tdk akan  diambil oleh mereka, karena otomatis membantah anggapan mereka.
Dan ini sebagian riwayat2 yang ada di dalam kitab ad Durul Mantsur :
أخرج أحمد والبخاري والنسائي وابن الضريس وابن الأنباري وابن حبان وابن مردويه عن زر بن حبيش قال أتيت المدينة فلقيت أبي بن كعب فقلت يا أبا المنذر إني رأيت ابن مسعود لا يكتب المعوذتين في مصحفه. فقال أما والذي بعث محمداً بالحق قد سألت رسول الله صلّى الله عليه وسلّم عنهما وما سألني عنهما أحد منذ سألته غيرك. قال قيل لي فقلت فقولوا فنحن نقول كما قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم.
وأخرج مسدد وابن مردويه عن حنظلة السدوسي قال قلت لعكرمة إني أصلي بقوم فأقرأ بقل أعوذ برب الفلق وقل أعوذ برب الناس فقال اقرأ بهما فإنهما من القرآن.

Sebagai tambahan :
Al Qurthuby mengatakan dalam tafsirnya (20/251), Ibn Mas’ud menyangka bahwa kedua surat tersebut adalah do’a perlindungan, dan bukan termasuk qur’an. Dan ijma sahabat dan ahlul bait berbeda dengannya. Ibn Qutaibah mengatakan :”Ibn Mas’ud tidak menuliskan mu’awwidzataen di dalam mushafnya, karena dia pernah mendengar Rasulullah saw. Mendo’akan Hasan dan Husein dengan (membaca) keduanya…
At Thoba’thoba’I mengatakan dalam tafsir mizannya (12/125), dari Ibn Mas’ud sesungguhnya ia tidak menulis mu’awwidzataen dalam mushafnya, dan ia pernah mengatakan bahwa keduanya adalah dua do’a perlindungan yang diturunkan oleh Jibril kepada Rasulullah saw. untuk memperlindungkan Hasan dan Husein a.s. dengan keduanya.  Dan sungguh seluruh sahabat telah menolaknya dan nash telah mutawatir dari ulama ahlil baet bahwa keduanya merupakan surat al qur’an.
وقال أيضاً ج20 ص394: تفسير القمي بإسناده عن أبي بكر الحضرمي قال: قلت لأبي جعفر عليه السلام إن ابن مسعود كان يمحو المعوذتين من المصحف. فقال: كان أُبي يقول: إنما فعل ذلك ابن مسعود برأيه وهو من القرآن. أقول وفي هذا المعنى روايات كثيرة من طرق الفريقين على أن هناك تواتراً قطعياً من عامة المنتحلين بالإسلام على كونهما من القرآن، وقد استشكل بعض المنكرين لإعجاز القرآن أنه لو كان معجزاً في بلاغته لم يختلف في كون السورتين من القرآن مثل ابن مسعود، وأُجيب بأن التواتر القطعي كافٍ في ذلك على أنه لم ينقل عن أحد أنه قال بعدم نزولهما على النبي صلّى الله عليه وآله وسلّم أو قال بعدم كونهما معجزتين في بلاغتهما بل قال بعدم كونهما جزء من القرآن وهو محجوج بالتواتر.


Dan seterusnya, Insya Alloh bersambung...

1 comments:

TERUSKAN BOS LAGI ASYIK BACA JADI TENANG LAgi abis baca ""http://islamsyiah.wordpress.com/2007/06/17/al-quran-sunni-syiah-satu-tiada-perobahan-dalam-al-quran/" terus baca "http://aa-den.blogspot.com/2011/03/bantahan-atas-tudingan-adanya-riwayat.html" terusan nya mana, di tunggu banget

Post a Comment